Aku terduduk dan menatap cermin di hadapanku. Kupoles sedikit bedak padat dan beberapa polesan blush on serta tak lupa eyeliner yang cukup. Rambutku kubiarkan tergerai dan ku-curly di bagian bawah. Aku beranjak dari dudukku dan menatap sekali lagi diriku di dalam cermin.
Mengenakan kebaya berwarna peach berlengan pendek serta tak lupa rok span berbahan songket berwarna kuning langsat menempel pas di bagian tubuhku. Aku siap, menjalani semuanya.
Flashback....
Mas Bagas terus memandangiku seakan memohon jawaban yang akan keluar dari mulutku. Aku masih nampak sesekali memejamkan mata berharap ini hanya mimpi belaka.
"Flo...gimana? Ayo dong jawab."
"Apa Mas yakin mau aku jadi pendamping Mas nanti? Bahkan kita belum saling mengenal." Ucapku. Sejujurnya rasa ragu masih sangat mendominasi perasaanku kini. Aku memang mengagumi sosok Mas Bagas yang tampan, mapan, baik, ramah walau sedikit dingin dan mungkin bisa dibilang ansos. Tapi setidaknya, kurang lebih sebulan mengenalnya, apa yang aku lihat sudah sangat mencakup tipe idealku.
Tapi kini masalahnya beda. Mas Bagas statusnya kini KLIEN ku. Lucu sekali jika seorang WO sepertiku menikah dengan klienku sendiri. Apalagi ia calon suami sahabatku sendiri. Oke, camkan. Mantan calon suami sahabatku.
"Mas aku perlu saran dari beberapa anggota keluargaku. Aku akan jawab besok pagi. Aku janji." Terdengar helaan nafas panjang dari Mas Bagas.
"Aku mohon Mas mau ngerti." Ucapku lagi.
"Oke, aku tunggu sampe besok pagi. Aku pulang dulu Flo." Mas Bagas beranjak dari duduknya dan menuju keluar rumahku.
Aku mengantarnya sampai ke mobilnya. Wajahnya masih kusut, lusuh. Berbeda sekali dengan Mas Bagas yang biasanya.
"Mas, hati-hati dijalan. Jangan nekat." Nasihatku. Berhubung pikiran Mas Bagas masih belum jernih, aku takut ia akan melakukan hal aneh-aneh seperti....bunuh diri? Maklum. Aku paham ia sangat mencintai Kinan. Dan ditinggalkan dengan cara seperti ini, siapapun akan merasakan hal yang sama kan?
"Aku tunggu jawabannya besok, Flo." Ia tak menghiraukan nasihatku dan mash berfokus pada permintaannya. Aku mengangguk.
Setelah memastikan Mas Bagas pergi, segera saja aku bergegas menuju kamar mama dan papa untuk sekedar berkonsultasi dengan mereka. Ku buka kenop pintu kamar setelah mengetuknya beberapa kali.
"Ma...pa..." ujarku lirih.
"Flo? Sini Papa sama Mama mau bicara." Sepertinya dari ucapan papa barusan menandakan papa dan mama sudah mengetahui tujuanku kemari.
"Ma...pa...gimana menurut mama sama papa kalo Flo nerima permintaan Mas Bagas untuk menikah sama dia?" Tanyaku langsung to the point. Kulihat raut wajah kedua orangtuaku. Tak ada yang menunjukkan tanda-tanda tak setuju.
"Kita harap yang terbaik untuk kamu Flo. Mama lihat Bagas baik, dia juga ramah." Jawab mama seraya mengelus sebagian rambutku.
Mama dan Papaku memang pernah berkenalan dengan Mas Bagas ketika Kinan dan Mas Bagas datang kerumahku untuk berkunjung. Tapi aku tak yakin secepat ini Mama bisa meyetujui hubungan kami.
"Tapi Flo takut Kinan akan marah kalo tau masalah ini. Apalagi kita kan sahabat Ma."
Belum lagi jika aku disebut pelakor seperti yang Mas Yogo katakan.
Mama tersenyum.
"Bukannya mama membela anak mama. Tapi status Bagas sekarang kan bukan lagi calon suami Kinan. Jadi wajar kalo dia mencari pendamping lain untuk dia. Mama yakin Bagas bisa bahagiain kamu." Mama mencoba menenangkanku. Papa ikut mengangguk setuju.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Story
Romansa"Menikah dengan klienku sendiri? Seorang wedding organizer sepertiku pada akhirnya menikah dengan pria yang ternyata calon suami sahabatku?" -Floragita "Wanita itu. Orang yang mengurus segala keperluan pernikahanku dengan calon istriku ternyata yang...