"Seperti yang kuutarakan di istana, kami memang sengaja datang menemuimu di istana Karang Setra, Kakang Rangga. Dan memang, tujuan ke sana karena diutus guru kami yang bernama Nyai Langis. Kami datang memang untuk meminta bantuan padamu, untuk mencari Selendang Sutera Emas milik guru kami yang hilang," Rahtama memulai menceritakan semua tujuannya menemui Pendekar Rajawali Sakti di Istana Kerajaan Karang Setra.
"Ya! Kau sudah mengatakannya di istana," selak Pandan Wangi. "Tapi, kenapa kalian membutuhkan bantuan Kakang Rangga? Sedangkan kalian memiliki kepandaian tinggi. Terutama, Paman Randaka."
"Sebenarnya, kami juga tidak ingin merepotkan orang lain, Nini. Tapi, yaaah.... Semua ini kami lakukan karena terpaksa. Orang yang mencuri Selendang Sutera Emas berkepandaian sangat tinggi. Dan kami semua tidak sanggup menandingi kepandaiannya. Jadi, terpaksa harus mencari pendekar tangguh yang memiliki tingkat kepandaian lebih tinggi lagi," Paman Randaka yang menjelaskan pertanyaan Pandan Wangi.
"Sebentar...," selak Rangga. "Bisa kalian jelaskan, seperti apa Selendang Sutera Emas itu? Apakah selendang itu sangat penting artinya bagi kalian?"
"Bukan untuk kami, Pendekar Rajawali Sakti," sahut Rahtama.
"Memang bukan untuk kami. Tapi, selendang itu merupakan benda pusaka yang sangat penting artinya bagi guru kami," sambung Anggita.
"Nyai Langis...?"
"Benar. Tanpa Selendang Sutera Emas, semua kepandaian yang dimiliki Nyai Langis tidak ada artinya. Dan dengan mudah sekali guru kami bisa dikalahkan musuh, karena sebagian jiwanya sudah dipindahkan ke dalam selendang itu," sambung Rahtama.
"Hm...," gumam Rangga perlahan.
"Kakang, kalau begitu keselamatan Nyai Langis sedang terancam," desis Pandan Wangi setengah berbisik.
Rangga hanya diam saja. Sedangkan pandangannya menerawang jauh ke depan. Sementara, semua orang yang duduk melingkari api unggun ini memandanginya.
"Di mana Nyai Langis menunggu kalian?" tanya Rangga sambil menatap Rahtama.
"Puncak Bukit Batu," sahut Rahtama.
"Hm..... Kalian di sini saja. Dan besok pagi baru ke sana," kata Rangga sambil bangkit berdiri.
"Kau sendiri mau ke mana...?" tanya Anggita.
Tapi, Pendekar Rajawali Sakti tidak sempat mendengar pertanyaan gadis itu karena sudah melesat begitu cepat. Begitu sempurna ilmu meringankan tubuhnya, sehingga dalam sekejap saja sudah lenyap dari pandangan mata. Begitu cepatnya, seakan-akan Pendekar Rajawali Sakti bagaikan tertelan bumi saja.
"Mau ke mana dia?" tanya Paman Randaka.
"Ke Bukit Batu," sahut Pandan Wangi.
"Malam-malam begini...?" selak Anggita terpana.
Namun Pandan Wangi hanya tersenyum saja mendengar pertanyaan gadis itu. Dan memang, tidak ada seorang pun dari mereka yang tahu kalau Rangga memiliki seekor burung rajawali raksasa yang bisa dikendarai ke mana saja dalam waktu singkat. Hanya Pandan Wangi saja yang tahu. Dan si Kipas Maut itu juga langsung bisa menebak kalau Pendekar Rajawali Sakti pasti menuju Bukit Batu menggunakan Rajawali Putih, yang sekaligus gurunya.
"Paman, kita harus segera menyusul," kata Suryadanta.
"Tanyakan dulu pada Nini Pandan Wangi. Kalau dia bilang tidak perlu, kalian tidak perlu memaksa," sahut Paman Randaka kalem.
"Tapi...."
"Sudahlah, kalian tidur saja. Besok pagi, baru kita pergi sama-sama ke Bukit Batu," selak Pandan Wangi cepat, memutuskan ucapan Suryadanta.
Meskipun masih diliputi kecemasan dan ketidakmengetian, tapi tak ada seorang pun yang bisa membantah lagi. Sementara, Pandan Wangi sudah bangkit berdiri dan melangkah menjauhi api unggun. Paman Randaka juga berdiri, dan berjalan mengikuti si Kipas Maut. Dia ikut duduk, begitu Pandan Wangi duduk di atas sebatang pohon mati yang sudah roboh. Sementara, Rahtama dan kedua adiknya masih saja duduk di dekat api unggun.
"Kenapa kau kelihatan begitu tenang, Nini?" tanya Paman Randaka ingin tahu sikap Pandan Wangi yang seperti tidak peduli atas kepergian Rangga seorang diri ke Bukit Batu.
"Paman sendiri, kenapa juga kelihatan tenang?" Pandan Wangi malah balik bertanya.
"Aku harus bisa bersikap tenang di depan mereka, Nini Pandan," sahut Paman Randaka beralasan.
"Dan kau sendiri?"
"Sudah lama sekali aku selalu bersama-sama Kakang Rangga. Dan aku tahu apa yang dilakukannya tidak akan membahayakan dirinya. Kalaupun terjadi sesuatu, aku yakin Kakang Rangga bisa mengatasi," sahut Pandan Wangi kalem.
"Tampaknya kau begitu percaya pada kemampuannya, Nini Pandan," ujar Paman Randaka.
"Ya...," sahut Pandan Wangi agak mendesah.
"Aku memang seringkali mendengar tentang dia, Nini Pandan. Dan kudengar, dia memiliki burung raksasa yang bisa ditunggangi. Benarkah itu, Nini..?"
Pandan Wangi hanya mengangguk saja.
"Apakah kepergiannya ke Bukit Batu sekarang ini juga menggunakan tunggangannya itu?" tanya Paman Randaka ingin meyakinkan diri.
"Aku rasa begitu, Paman," sahut Pandan Wangi kalem.
"Sungguh hebat dia," puji Paman Randaka.
Lagi-lagi Pandan Wangi hanya tersenyum mendengar pujian itu. Sementara, Paman Randaka sudah berdiri lagi.
"Tidurlah, Nini. Biar aku yang menjaga malam ini," kata Paman Randaka.
"Terima kasih, Paman," sahut Pandan Wangi.
Saat Paman Randaka berlalu, Anggita tampak menghampiri si Kipas Maut. Sedangkan Pandan Wangi sudah membaringkan tubuhnya. Kedua tangannya terlipat di bawah kepala, untuk dijadikan bantal. Anggita langsung saja merebahkan tubuhnya di samping si Kipas Maut. Hanya sedikit Pandan Wangi melirik, kemudian mengangkat kepalanya sedikit.
Ditatapnya Paman Randaka yang kini tengah berbincang-bincang dengan Rahtama dan Suryadanta. Tampaknya, ketiga laki-laki itu sudah memutuskan untuk tidak tidur malam ini. Pandan Wangi kembali melirik Anggita, namun gadis itu sudah memejamkan matanya. Tapi Pandan Wangi tahu, Anggita belum tidur. Atau paling tidak tengah berusaha untuk bisa tidur lelap.
"Hhh.." Sambil menghembuskan napas panjang-panjang, Pandan Wangi memejamkan matanya. Gadis itu juga ingin sekali tidur. Tubuhnya sudah terasa begitu penat, setelah seharian penuh terguncang-guncang di atas punggung kuda. Bahkan senja tadi, sampai malam harus menggali lubang untuk menguburkan Ki Wirasaba dan semua muridnya yang tewas.
KAMU SEDANG MEMBACA
82. Pendekar Rajawali Sakti : Selendang Sutra Emas
AcciónSerial ke 82. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.