BAGIAN 7

458 21 0
                                    

Perlahan Rangga menggeser kakinya beberapa langkah ke depan, lebih dekat dengan Nyai Selasih. Sementara, empat orang gadis yang semuanya berwajah cantik dan mengenakan baju warna kuning gading sudah berada di belakang wanita cantik berbaju merah menyala itu. Tampak dua orang gadis yang terkena pukulan Rangga tadi, masih berusaha mengatur jalan pernapasannya.
"Seharusnya aku yang bertanya padamu, Nisanak. Siapa kau, dan apa tujuanmu menguasai pondok Nyai Langis ini...?" terdengar dingin sekali nada suara Rangga. Sorot mata Pendekar Rajawali Sakti terlihat begitu tajam, seakan-akan hendak menembus langsung ke dalam hati Nyai Selasih lewat dua bola matanya yang bening dan indah. Dan tatapan Rangga yang begitu tajam, dibalas Nyai Selasih dengan tidak kalah tajamnya. Seakan-akan, mereka berdua sedang mengukur tingkat kepandaian masing-masing.
"Aku tahu, kau memiliki kepandaian tinggi, Kisanak. Tapi tidak ada gunanya dipamerkan di depanku," desis Nyai Selasih, tidak kalah dingin.
"Hm...," lagi-lagi Rangga menggumam kecil.
"Kau baru boleh bertanya padaku, kalau mampu mengalahkanku, Kisanak," kata Nyai Selasih lagi.
Kening Pendekar Rajawali Sakti jadi berkerut mendengar kata-kata Nyai Selasih yang begitu dingin dan mengandung nada tantangan. Perlahan kakinya bergeser ke kiri beberapa langkah, tapi Nyai Selasih malah mengikuti arah geserannya. Perlahan Nyai Selasih menarik tangannya, dan meletakkan di atas gagang pedang yang tersampir di pinggang. Kemudian gagang pedangnya digenggam erat-erat.
Sedangkan Rangga hanya memandang saja tangan yang sudah menggenggam pedang itu. Walau belum tercabut dari warangka. Dan suasana pun terasa begitu tegang. Sementara, empat orang gadis berbaju kuning gading yang tadi bertarung melawan Pendekar Rajawali Sakti sudah mulai menyingkir menjauh. Mereka tahu, tidak berapa lama lagi pasti akan terjadi pertarungan sengit antara dua tokoh sakti yang memiliki ilmu-ilmu kedigdayaan tinggi.
Sret! Cring!
"Oh...?!" Rangga sempat terkesiap begitu Nyai Selasih mencabut pedangnya. Seketika itu juga, menyemburat cahaya terang yang menyilaukan dari seluruh mata pedang di tangan Nyai Selasih. Begitu terangnya, sampai-sampai Rangga harus menyipitkan kelopak matanya. Kemudian kakinya ditarik ke belakang beberapa langkah, namun pada saat itu juga....
"Hiyaaat...!"
"Heh...?! Hup!" Bukan main terkejutnya Pendekar Rajawali Sakti ketika tiba-tiba saja Nyai Selasih melompat begitu cepat bagai kilat. Pedangnya juga langsung dibabatkan ke leher pemuda berbaju rompi putih itu.
Wuk! "Uts...!"
Cepat-cepat Rangga menarik kepala ke belakang, hingga tubuhnya jadi agak doyong ke belakang untuk menghindari tebasan pedang wanita cantik berbaju merah itu. Dan bergegas Pendekar Rajawali Sakti melompat ke belakang sejauh lima langkah, begitu ujung pedang yang memancarkan cahaya menyilaukan mata itu lewat di depan tenggorokannya.
"Hap...!"
"Hiyaaa...!"
Tapi, Nyai Selasih tampaknya tidak membiarkan Pendekar Rajawali Sakti mengambil kesempatan untuk balas menyerang. Dengan cepat sekali dia kembali melompat menyerang, sebelum Rangga benar-benar siap. Tapi, kebutan pedang yang begitu cepat kembali dapat dihindari Rangga dengan mudah. Dan Nyai Selasih kelihatannya jadi semakin berang saja.
"Hiya! Hiya! Hiyaaa...."
Beberapa kali Nyai Selasih mengebutkan pedangnya, disertai pengerahan tenaga dalam tinggi sekali. Begitu tinggi tingkat tenaga dalamnya, sehingga setiap pedangnya bergerak berkelebat, selalu menimbulkan deru angin keras menggetarkan jantung.
Tapi, Rangga bukanlah anak kemarin sore yang mudah gentar mendengar kebutan senjata yang begitu dahsyat. Walaupun tidak memiliki kesempatan untuk balas menyerang, tapi dengan jurus Sembilan Langkah Ajaib, serangan-serangan itu bisa dihindari dengan manis dan tangkas sekali.
Dan serangan-serangan yang dilancarkan Nyai Selasih pun semakin dahsyat saja. Begitu cepat sekali pedangnya berkelebat, sehingga cahaya yang memancar dari pedangnya tampak menutupi seluruh tubuhnya. Dan ini membuat Rangga semakin sulit untuk membalas. Sedikit pun tidak ada kesempatan untuk membalas menyerang baginya.
"Hup! Hiyaaa..."
Tiba-tiba saja Rangga melenting tinggi-tinggi ke udara, tepat di saat Nyai Selasih membabatkan pedangnya ke arah kaki. Dan begitu berada di atas kepala, bagai kilat Pendekar Rajawali Sakti meluruk deras. Kedua kakinya bergerak berputar begitu cepat, mengarah ke kepala wanita cantik yang seluruh tubuhnya sudah berselubung cahaya berkilatan dari pedang di tangan kanan.
"Heh...?!" Wuk!
Begitu terkejutnya Nyai Selasih mendapat serangan yang begitu cepat dan tiba-tiba dari Pendekar Rajawali Sakti. Sehingga tanpa disadari, pedangnya dikebutkan ke atas kepala. Namun tanpa diduga sama sekali, Rangga malah berputar begitu cepat. Dan tahu-tahu Pendekar Rajawali Sakti sudah berdiri di depan wanita berbaju merah itu. Lalu sebelum Nyai Selasih bisa menyadari, tiba-tiba saja Rangga sudah menghentakkan tangan kanannya dengan kecepatan luar biasa ke arah dada.
"Yeaaah...!" Begkh!
"Akh...!" Begitu keras dan cepat pukulan yang dilepaskan Rangga, sehingga Nyai Selasih tidak sempat lagi menghindar. Dan pukulan yang disertai pengerahan tenaga dalam tinggi itu tepat menghantam dada, membuat wanita itu terpekik dan langsung terpental jauh ke belakang. Begitu kerasnya, hingga tiga batang pohon yang terlanda tubuh Nyai Selasih hancur seketika. Dan wanita itu berhenti melayang setelah menghantam sebongkah batu sebesar kerbau, sampai hancur berkeping-keping. Nyai Selasih terkapar dengan mulut penuh darah di antara pecahan batu. Sementara, Rangga berdiri tegak dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Nyai...!" Empat orang gadis pengawal Nyai Selasih segera berhamburan menghampiri. Mereka langsung menjatuhkan diri, berlutut mengelilingi wanita cantik yang masih tergeletak dengan mulut berlumur darah. Memang sungguh dahsyat pukulan yang dilepaskan Rangga. Tadi, Pendekar Rajawali Sakti mempergunakan jurus Pukulan Maut Paruh Rajawali yang disertai tenaga dalam tinggi, walaupun tidak sepenuhnya. Sedikit pun Nyai Selasih tidak bergerak, dan ini membuat empat orang gadis pengawalnya jadi kebingungan. Namun, tiba-tiba saja mereka bangkit berdiri. Pandangan mereka langsung tertuju begitu tajam sekali ke arah Pendekar Rajawali Sakti.
"Keparat..! Bunuh dia...!" seru salah seorang gadis itu.
"Hiyaaa...!" "Yeaaah...!"
Bagaikan singa-singa betina yang sedang murka, keempat gadis cantik itu berlompatan menyerang Rangga. Pedang mereka langsung berkelebat cepat mengarah ke bagian-bagian tubuh yang mematikan. Namun dengan gerakan begitu manis, Pendekar Rajawali Sakti berlompatan sambil meliuk menghindari setiap serangan yang datang.
"Hiyaaa...!"
Cepat sekali Rangga merubah jurusnya dari jurus Sembilan Langkah Ajaib ke jurus Sayap Rajawali Membelah Mega. Kedua tangannya terpentang lebar dan bergerak begitu cepat, menyambar keempat gadis-gadis yang menyerangnya. Demikian cepat serangannya, sehingga keempat gadis cantik itu tidak dapat lagi menghindar. Jeritan-jeritan tertahan kesakitan pun seketika terdengar saling sambut, disusul bergelimpangannya gadis-gadis itu.
Sementara, Rangga kembali berdiri tegak dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Sedangkan keempat gadis itu tidak ada lagi yang bisa bangkit berdiri. Mereka bergelimpangan sambil merintih menahan sakit pada tubuhnya, akibat terkena kebutan kedua tangan Rangga yang mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi. Dan pada saat itu, datang Pandan Wangi yang diikuti Paman Randaka dan ketiga murid Nyai Langis.
Rangga berpaling sedikit begitu telinganya mendengar langkah kaki kuda menghampiri. Tampak mereka yang datang berlompatan turun dari punggung kuda masing-masing, dan bergegas menghampiri Pendekar Rajawali Sakti. Mereka tampak kebingungan melihat di sekitar tempat itu ada lima orang wanita cantik bergelimpangan dengan mulut penuh berlumur darah. Sedikit pun tak terlihat luka pada tubuh mereka, tapi tak ada seorang pun yang bergerak lagi.
"Siapa mereka, Kakang...?" tanya Pandan Wangi sambil mengedarkan pandangan memandangi wanita-wanita yang bergelimpangan.
"Aku tidak tahu, siapa mereka sesungguhnya. Mereka sudah ada di sini, dan menginginkan Selendang Sutera Emas milik Nyai Langis," sahut Rangga.
"Aku kenal perempuan itu...!" sentak Paman Randaka tiba-tiba, sambil menunjuk Nyai Selasih.
Bukan hanya Rangga dan Pandan Wangi yang terkejut dan langsung berpaling ke arah yang ditunjuk Paman Randaka. Bahkan ketiga murid Nyai Langis langsung berpaling menatap wanita berbaju merah yang tergeletak tak bergerak-gerak di antara reruntuhan pecahan batu yang tadi terlanda tubuhnya.
"Maksud, Paman. Nyai Selasih...?" tanya Rangga ingin mematikan.
"Benar! Perempuan laknat itu," sahut Paman Randaka, agak mendengus suaranya.
"Aku tahu betul, siapa dia. Hm... Pasti dia yang membunuh Nyai Langis."
"Siapa dia sebenarnya, Paman?" tanya Rahtama, agak gusar nada suaranya.
Belum juga Paman Randaka bisa menjawab, Nyai Selasih terlihat mulai bergerak sambil merintih kecil. Disekanya darah yang menggumpal memenuhi rongga mulutnya. Perlahan kedua kelopak matanya mulai mengerjap terbuka, lalu bergerak bangkit perlahan-lahan.
"Ohhh...!?" Nyai Selasih jadi terperanjat, begitu melihat di sekitarnya sudah ada orang lain, selain Pendekar Rajawali Sakti. Cepat tubuhnya menggerinjang bangkit berdiri, namun jadi limbung. Seketika tangan kanannya mendekap dada erat-erat. Dan belum juga bisa berdiri tegak kembali, segumpal darah kental berwarna agak kehitaman tersembur dari mulutnya.
"Hoeeek...!" Tubuh Nyai Selasih kembali limbung, lalu jatuh terduduk dengan napas terengah. Sepertinya, rongga dadanya terhimpit sebongkah batu yang sangat besar. Pandangan matanya pun jadi nanar berkunang-kunang. Kembali dicobanya bangkit berdiri. Tapi belum juga tubuhnya bisa diangkat, kembali terjatuh. Sedikit suara rintihan kecil terdengar. Kemudian, wanita itu kembali menggeletak diam tak sadarkan diri.
"Dia terluka dalam. Tolong pindahkan ke dalam," ujar Rangga meminta.
"Tapi...," Rahtama ingin membantah. Namun sebelum bantahan pemuda itu selesai, Rangga sudah bergerak tanpa bicara lagi. Langsung saja tubuh wanita cantik berbaju merah menyala itu diangkat, dan dibawa masuk ke dalam pondok Nyai Langis.
Sementara yang lain hanya memandangi saja, tidak mengerti semua yang dilakukan Pendekar Rajawali Sakti. Sedangkan Pandan Wangi yang sudah mengerti benar dengan watak Rangga, segera mengangkat salah seorang gadis yang menggeletak dekat dengannya. Dan kakinya melangkah mengikuti Pendekar Rajawali Sakti yang masuk ke dalam pondok
"Ayo, angkat yang lain," perintah Paman Randaka.
Tanpa bisa membantah lagi, ketiga murid Nyai Langis itu mengikuti jejak Rangga dan Pandan Wangi. Hanya Anggita saja yang tidak mendapat bagian, dan hanya mengkuti dari belakang. Tapi, kelihatan jelas kalau kening gadis itu berkerut. Mungkin masih belum mengerti dengan semua yang dilakukan para pendekar digdaya itu. Jelas sekali, wanita-wanita itu bisa tidak sadarkan diri karena bertarung dengan Rangga tadi. Tapi, justru pendekar itu malah ingin menolongnya.
Memang sulit memahami watak seorang pendekar. Terlebih lagi, kalau seorang pendekar besar dan digdaya seperti Pendekar Rajawali Sakti. Bagi Anggita yang belum berpengalaman dalam rimba persilatan, apa yang dilakukan Rangga memang tidak bisa dimengerti akal sehatnya. Tapi memang tidak ada kesempatan baginya untuk bisa mengerti. Sementara di dalam pondok, Rangga, Pandan Wangi, dan Paman Randaka sudah mulai sibuk mengobati wanita-wanita itu. Sedangkan ketiga murid Nyai Langis hanya bisa menyaksikan tanpa mampu berbuat apa-apa.

82. Pendekar Rajawali Sakti : Selendang Sutra EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang