A Day With Hamada Asahi

901 131 14
                                    


Kencan yang diinginkan oleh Asahi, adalah kencan umum yang paling sering dilakukan oleh muda-mudi jaman sekarang, seperti menonton di bioskop, mengelilingi kota, makan di Cafe, dan sebagainya.

Jadi, Meiko menyuruh Haruto mengenakan blous warna jingga lembut berlengan panjang, dengan rok berenda selutut berwarna putih. Haruto dirias natural, agar memberi kesan polos. Rambutnya dibuat lurus dengan kepang sebelah di sisi kanan. Di pangkal kepangannya diberi ikat rambut yang memiliki gantungan buah ceri. Haruto mengenakan sepatu tanpa selop, dengan tali yang melilit hingga setengah betisnya dengan warna yang senada dengan ikat rambutnya. Sebagai pelengkap, Haruto mengenakan tas selempang kecil yang senada dengan warna bajunya.

Mereka bertemu di bioskop, Asahi menanyakan film apa yang ingin ditonton Haruto, Haruto menatap Asahi bersemangat.

"Ru-Ruto.. Kamu ingin menonton apa?" Tanya Asahi, Haruto mencubit hidung Asahi.

"Bukan Ruto, tapi lebih imut lagi." Ujar Haruto, Asahi nyengir.

"Ru-kun?"

"Aku mengenakan pakaian wanita, Niisama." Peringat Haruto, tapi Asahi sedikit salah fokus dengan 'Niisama' yang Haruto keluarkan.

"...."

"Bagaimana kalau hanya nama, biasa saja?"

"Ru-chan?"

"Tidak buruk juga. Ah, Niisama!! Ayo kita tonton ini!" Ujar Haruto sambil menunjuk sebuah poster.

"Baiklah.. Aku akan membeli tiketnya." Asahi sudah bersiap menuju loket tiket, sebelum Haruto menahan lengannya.

"Tidak, Niisama. Aku yang akan membeli tiket, Niisama yang membeli popcorn dan soda." Ujar Haruto, Asahi menurut.

Selesai dengan membeli tiketnya, Haruto menemukan Asahi yang terlihat kebigungan, bagaimana caranya dia membawa popcorn dan minuman itu sekaligus? Omong-omong dia membeli popcorn ukuran jumbo dan dua gelas besar soda. Melihat Asahi yang kebingungan, Haruto segera mendatanginya dan mengambil alih popcorn dari tangan Asahi. Mereka kemudian masuk dalam ruangan, Haruto melihat wajah lucu Asahi yang tanpa ekspresi saat melihat adegan thriller di film itu, jadi Haruto berpura-pura sangat ketakutan dan menggenggam tangan Asahi, yang kemudian menepuk kepala Haruto dengan tangannya yang bebas. Lalu, kaget dengan dirinya sendiri dan menarik tangannya dari kepala Haruto.

"Tidak usah pucat begitu, itu hanya film." Ujar Asahi, Haruto mengangguk dan mencoba menikmati filmnya. Sesekali Asahi melirik wajah Haruto, dan sesekali dia melirik tangan Haruto yang menggenggam tangannya.

Setelah filmnya habis, mereka pergi berjalan-jalan mengelilingi kota, mengunjungi kuil, membeli aksesoris di kedai-kedai pinggir jalan, dan membeli es krim. Haruto melihat bagaimana Asahi tampak kikuk, dan canggung saat memesan es krim, namun berakhir melawak pada penjual es krimnya. Dia terkikik, tapi berpura-pura tersenyum manis saat Asahi menoleh padanya. Karena terlalu asik berjalan-jalan dan berkeliling, mereka jadi melewatkan waktu makan siang. Memang sebelumnya mereka mengunjungi sebuh cafe dan makan parfait di sana, tapi, sebuah kue itu tidak mengenyangkan. Jadi, setelah berjalan sedikit lebih lama, akhirnya mereka berhenti ke sebuah kedai ramen dan makan siang di sana, meski sudah terlambat. Di dalam kedai, Haruto melihat bagaimana orang-orang menertawakan Asahi yang karena gugup menyemprotkan saus begitu banyak di mangkoknya, bahkan sampai memesan ulang karena ramennya jadi terasa aneh. Itu berakhir dengan Haruto yang membantu, memasukkan saus ke dalamnya. Selesai makan, mereka keluar dari kedai dengan ekspresi yang berbeda. Haruto tengah menahan tawa, sedangkan Asahi masih setia memasang wajah datar tak berdosanya.

"Niisama.. Pfffttt..." Haruto menepuk-nepuk pelan bahu Asahi.

"Ya?" Tanya Asahi polos. Maafkan Haruto, kak Asahi. Haruto tidak mampu menahan tawanya lagi.

"Ahahahahah..." Tepat saat Haruto tertawa, cahaya matahari menyorot ke arahnya. Mata Asahi menyipit, Haruto terlihat berkilauan.

"Terang sekali.." Gumam Asahi, terpana melihat kilauan indah yang memancar dari Haruto.

"Niisama.. Niisama sangat lucu." Ada nada geli terselip di sana. Tangan Haruto bergerak mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah sapu tangan! Haruto kemudian bergerak mendekat ke arah Asahi, lalu dia membungkuk sedikit untuk membersihkan sekitaran mulut Asahi yang dipenuhi saus tomat, tanpa sadar bahwa jarak mereka menjadi sangat dekat. Asahi membeku, terpana pada wajah Haruto yang sangat dekat dengannya. Cahaya matahari kemudian menimpa mereka berdua.

"Cahayanya.." Bisik Asahi dalam hati, dan mengarahkan pandangannya pada Haruto.

"Nah, selesai..." Ujar Haruto memundurkan wajahnya dan tersenyum, Asahi melihat sekeliling lalu kembali mengarahkan pandangannya pada Haruto.

"Cahayanya.." Bisik Asahi lagi dalam hati. Cahaya di sekeliling mereka terlihat menghilang, seolah dunia kini hanya menyorot pada mereka. Terutama pada Haruto dan kilauannya.

"Ru-chan.. Senang?" Tanya Asahi, Haruto mengangguk. Dia puas berjalan-jalan, dan mencicipi kuliner sepanjang jalan, terlebih semua biaya ditanggung oleh Asahi. Mana mungkin dia tidak senang?

"Ya.. senang sekali.." Dan mata Asahi terbelalak, ketika cahaya itu tiba-tiba menyebar ke seluruh penjuru saat Haruto menunjukkan eyesmile nya sambil menggenggam kedua tangannya. Asahi yakin, ini adalah kencan pertama yang akan memberikan bekas begitu dalam dan tak akan menghilang selamanya.

— Hari Asaharu berakhir di sini.

[END] Dating Simulation  [Remake] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang