Bab 5: Perempuan Memakai Dres

2.2K 214 10
                                    

"Kamu lelaki yang membuatku sial, apakah kamu bisa menghentikan kesialan itu? Kumohon, aku sudah lelah dengan ini semua."
~Tania Abidin

🍃🍃🍃

Suara ketukan dari pintu membuat Tania terbangun dari tidur lelapnya, Tania melihat jam yang terpasang di dinding menunjukkan pukul dua belas lebih lima menit yang berarti sudah tengah malam.

Tok ... tok ....

"Iya, sebentar!" teriak Tania kesal karena sudah membangunkan dirinya, ia akan memarahi siapapun yang telah mengganggu waktu tidurnya seperti ini.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi Tania segera bangkit dan membukakan pintu tetapi saat pintu sudah terbuka tidak menemukan siapapun membuat Tania nenoleh ke kiri dan kanan, Tania merasa sedikit heran apa ada orang iseng yang berniat mengganggunya. Tanpa berpikir panjang Tania kembali menutup pintu, sebelum pintu tertutup sepenuhnya tiba-tiba ada sekelebat bayangan putih yang masuk ke dalam kamar.

Brak.

Pintu jendela yang awalnya tertutup kini telah terbuka dengan sendirinya, hembusan angin malam masuk menerpa kulit wajah Tania, sinar rembulan memancarkan cahaya indah di malam ini, untuk sesaat Tania merasa terpan akan keindahannya meski marasa sedikit kaget karena terbuka secara tiba-tiba.

Tania berjalan mendekat, berniat untuk menutup kembali jendelanya, akan tetapi sesosok bayangan tiba-tiba muncul dan mendorong tubuh Tania ke luar jendela, Tania yang cekatan pun langsung memegang kayu pembatas jendela sehingga dirinya tidak terjatuh ke bawah. Tania ketakutan, bagaimana jika ia jatuh? Di bawah terdapat banyak ranting pohon besar yang sudah mengering, jika Tania jatuh maka ia akan mati tertusuk oleh ranting-ranting pohon itu.

Setelah dirasa cukup tenang Tania akan segera menutup dan mengunci jendela akan tetapi Tania melihat banyak perempuan berjalan mengenakan bermacam-macan jenis dress dengan warna yang berbeda-beda. Perempuan-perempuan itu terlihat mengelilingi kos tua ini, semakin lama perempuan yang Tania lihat malah berubah menjadi perempuan yang sangat menyeramkan. Ada yang menyeret-nyeret kakinya, kepala yang hampir putus, baju putih berumuran darah, tangan yang patah, serta ada yang tidak memiliki kaki, tangan dan tubuh yang penuh dengan luka. Tania yang merasa ketakutan segera menutup jendela dengan cepat, Tania jadi teringat perkataan Mita yang sudah menegurnya tadi sore dan ia telah melanggar dua kali peraturan yang ada di sini, sebenarnya apa yang terjadi? Tania merasa ada hal-hal yang ganjil di sini.

Tania merasa perempuan-perempuan tadi bukanlah manusia tetapi setan. Tania menjadi penasaran apa yang dulu telah terjadi di dalam kost tua ini. Tania memang penakut, tetapi rasa takutnya sudah terkalahkan oleh rasa penasaran saat tadi melihat perempuan-perempuan itu yang awalnya baik-baik saja lalu berubah menjadi menyeramkan dan anehnya mereka terlihat mengelilingi gedung tua ini seperti mencari sesuatu tetapi apa? Tania jadi merasa bingung sendiri.

"Kamu melihatnya bukan?" ucap seseorang membuat Tania menoleh.

Di depan pintu kamar yang masih sedikit terbuka memperlihatkan seorang perempuan yang selalu mengganggu Tania lalu menghilang entah ke mana.

"Apa?"

"Mereka membutuhkan bantuan."

"Bantuan apa? Mereka bukan manusia, 'kan?" ucap Tania lalu mendekat ke arah perempuan yang selalu memakai dress berwarna pink itu, kali ini perempuan itu membawa bunga mawar.

"Ini."

"Untuk apa? Gue gak butuh bunga dari lo!" teriak Tania kesal. Tania merasa lelah, pikirannya terus berkecamuk, apa ini nyata? Tania masih berharap ini hanya mimpi.

"Untukmu, itu akan menjauhkan kamu dari bahaya simpanlah di dalam kamarmu."

"Apa mau lo? Gue tahu lo gak sebaik itu kan? Siapa nama lo?"

"Namaku Malta, jaga dirimu baik-baik," ucapnya lalu pergi, saat Tania akan mengejar gadis yang selalu menggunakan dress berwarna pink yang ternyata bernama Malta itu sudah tidak ada.

Tania menghela napas lelah, teka-teki apa yang telah menghampiri kehidupannya? Tania memilih tak ambil pusing, mengambil bunga yang tergeletak di lantai lalu memilih untuk mengunci kembali pintunya dan mencoba untuk melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu meski ia tidak yakin akan tertidur dengan cepat, Tania masih berharap bahwa ini hanyalah mimpi.

🌱🌱

Sinar mentari merayap masuk melalui celah-celah jendela. Tania mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang ada di dalam ruangan, ia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Tania kaget, ia harus segera pergi ke kampus, dengan gesit Tania menyambar baju ganti serta peralatan mandinya ia langsung berlari agar segera sampai ke kamar mandi. Di kamar mandi ternyata sudah banyak orang yang mengantri, pantas saja pagi kemaren masih sepi mungkin karna mereka mandinya siang seperti ini.

"Misi-misi gue duluan udah telat, nih," ucap Tania menerobos masuk secara paksa membuat sebagian orang mundur, dengan cepat Tania masuk dan memulai ritual mandinya tanpa memperdulikan teriakan kesal dari orang lain. Tani keluar pun suasananya masih ramai ia harus kembali berdesak-desakan agar bisa keluar.

Tanpa sarapan terlebih dahulu Tania memilih untuk langsung berangkat ke kampus, di lorong Tania bertemu dengan Mita. Tania berniat untuk menyapa akan tetapi Mita terlihat enggan untuk berbicara dengan Tania dan pergi bagitu saja tanpa senyuman apalagi sapaan.

Tania yang sudah merasa telat tidak begitu memperdulikan sikap Mita padanya, yang terpenting ia harus bisa sampai kampus dengan secepat yang ia bisa, apalagi ia harus menunggu kendaraan umum seperti angkot. Lama Tania menunggu, angkot yang dinanti-nanti tidak kunjung datang membuat Tania menggerutu kesal, tidak lama seorang dengan motor matic-nya menghampiri Tania lalu membuka helm.

"Mau bareng?" tawarannya pada Tania.

"Eh, lo." Tania merasa kaget saat melihat Riyan yang mengajaknya untuk berangkat bersama. Tania masih ingat dengan lelaki itu, lelaki yang membuat dirinya sudah terkena sial.

"Mau bareng, gak? Kita satu gedung kok, gue fakultas ekonomi."

Tania yang kebingungan karena sudah hampir telat memilih untuk ikut bersama lelaki yang telah membawa malapetaka dalam hidupnya, anggap saja Riyan sedang berbalas budi atas kemalangan yang Tania alami, makannya Tania mau berangkat bersama Riyan. Riyan membawa motornya dengan keadaan sedang, sesekali mereka mengobrol yang membuat mereka terlihat dekat.

####

Haiii, terim kasih sudah membaca sampai bab ini, jangan lupa tinggalkan jejak, vote dan komentar.

Misteri Kost Tua [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang