Bab 20. Kebakaran

2.1K 160 137
                                    

Happy Reading!
<
>

        
        Keesokan harinya Tania tidak keluar-keluar dari kamar, beberapa kali ponselnya bergetar tanda kalau ada telpon masuk tetapi Tania memilih untuk mengabaikannya, apa salah Tania merasa cemburu? Iya, Tania sedang cemburu saat mengetahui kalau Riyan pergi bersama Salsa, gadis yang katanya agamis itu.

"Cih ... katanya anak agamis, polos, mana ada mau jalan sama cowok berduaan," gerutu Tania menjelek-jelekan Salsa.

Kesal, hanya itu yang sedang melanda di hati serta pikiran Tania sekarang, bahkan sahabatnya pun terlihat biasa saja membicarakan Riyan dan Salsa, menggosipkannya tepat di hadapan Tania saat sedang makan tadi pagi, mereka jelas tidak memperdulikan Tania yang terlihat kesal mendengarkan celotehan mereka.

Sekarang Tania semakin bertambah kesal karena sudah membaca buku itu sampai berulang-ulang kali tetapi tidak menemukan titik terang. Mimpi soal kematian seorang gadis yang Tania yakini kalau itu Adis masih ragu untuk Tania ceritakan kepada Mita, Tania tidak bisa menyimpulkan apapun tanpa adanya sebuah bukti.

Tania takut jikalau Mita mengetahuinya ia akan bersikap ceroboh dan menelpon polisi untuk berusaha memenjarakan Miranda karna ingin membalas dendam atas kematian sahabatnya Adis di kost ini, padahal tidak ada bukti yang menguatkan dugaan mereka. Itu yang Tania takutkan, semuanya bertambah rumit seiring berjalannya waktu.

Tania merasa heran, kenapa dulu ia bisa tertarik dengan kost tua yang menyeramkan ini? Padahal Tania patut mencurigai kenapa harga sewa kamar bisa semurah itu, padahal kamarnya terbilang luas. Entah kesialan apa takdir membawanya ke gedung ini, Tania sempat ingin pulang tetapi tidak bisa karna sedang kuliah, apalagi sekarang ada lelaki yang sedang ia sukai di sini. Tania menjadi semakin bingung, bunuh diri pun bukanlah soal yang mudah, masih ada harapan dalam doa seorang ibu yang menginginkan kesuksesan anaknya.

"Gimana?"

"Eh, elo. Ngapain lo mucul lagi? Udah deh gue udah capek!" gerutu Tania pelan.

"Kamu enggak mau petunjuk itu? Aku tahu ada sesuatu di buku itu!"

"Kenapa enggak lo bilang dari kemaren kalo lo tahu, lo enggak perlu suruh gue susah-susah ambil buku itu di gudang, kan?" tekan Tania pada sosok itu, memutarkan bola matanya kesal.

"Itu bukti, biar kamu sama temen-temen kamu percaya!"

"Iya-iya, terus gimana? Gue enggak nemuin apa-apa, tuh, gue juga ragu dengan kematian Adis sahabatnya Mita yang mati karena hantu itu!" ucap Tania dengan ketus.

"Kamu enggak usah khawatir dia orang yang baik."

"Ia tahu, tapi kan— eh, kok lo hilang, sih? Ah, nyeselin. Mending gue tidur aja, kenapa, sih semua orang nyeselin hari ini!" teriak Tania menggema di dalam kamarnya.

Dengan kesal Tania naik ke atas ranjang, menarik selimut sampai sebatas dada, ia lelah bukan hanya fisiknya begitupun dengan batinnya, lelah akan semua yang tidak ia pahami, Tania hanya bisa bertanya mengapa? Mengapa? Tanpa ada seorangpun yang menjawabnya.

Tidak cukup waktu yang lama untuk Tania  terlelap dan bermimpi indah. Semuanya terasa begitu cepat, sampai sebuah asap tiba-tiba masuk melalui celah-celah pintu, mengganggu pernapasan Tania, membuatnya terbangun sampai terbatuk-batuk. Tania terkejut saat membuka mata, di dalam kamarnya sudah banyak asap hitam yang mengepung, tidak ada suara alarm tapi Tania memahami situasinya sekarang.

"Kebakaran!" teriakan demi teriakan terus Tania lakukan sembari mencoba untuk berjalan keluar. Semuanya sia-sia, apinya sudah menjalar masuk ke dalam kamar. Tania menjadi putus asa, apakah ini takdir hidupnya? Meninggal di kota orang dengan status serta harapan yang belum ia capai, Tania jadi bingung dan rasanya ingin menangis dengan sangat kencang.

Misteri Kost Tua [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang