Tujuh

6 1 0
                                    

Gilsha menatap pantulan dirinya di cermin. Hari ini matanya berhasil menjadi mata panda akibat tidak tidur semalaman. Bagaimana mau tidur, kalau Gilsha saja habis bertemu dengan musuh bebuyutannya. Bukan hanya bertemu, tapi kemungkinan besar musuh yang selama ini menghilang dari kehidupan Gilsha, datang kembali dan akan tinggal satu atap di dengannya.

Natha. Cewek yang selama ini menjadi musuh sekaligus rival-nya itu baru saja kembali ke Indonesia, setelah selama kurang-lebih 1 tahun menetap di australia. Gilsha tidak suka Natha kembali. Natha tidak ada aja, hidup Gilsha selalu di timpa masalah. Apalagi kalau ada Natha. Musuh bebuyutannya itu pasti akan selalu mencari masalah dengannya.

Gilsha mendengus. Menatap sekali lagi pantulan dirinya di cermin, kemudian berlalu pergi.

***

Gilsha berjalan menuju meja makan. Pemandangan yang pertama kali menyambut kedatangannya adalah Diana, Hendra, dan Natha, yang sedang asik ketawa-ketiwi yang Gilsha tidak tahu penyebabnya.

Gilsha dengan cuek mengambil tempat duduk di samping Hendra, dan bersebrangan dengan Diana.

“Gilsha, nanti, kamu sekolah bareng sama Natha, ya. Mulai hari ini Natha, sekolah di sekolahmu.”

Huk huk huk

Gilsha meneguk habis air mineral yang di sodorkan Hendra untuknya. Mendengar penjelasan dari Hendra barusan membuatnya tersedak nasi goreng yang sedang ia kunyah.

“Ya, ampun...pelan-pelan dong, sayang....” seru Diana, sok khawatir.

Gilsha memutar bola matanya malas. “Dasar serigala berbulu domba. Gayanya aja, sok perhatian. Nyatanya, enggak. Dasar muna. MUNAFIK!”

“GILSHA! BICARA APA SIH, KAMU? BISA NGGAK, SOPAN DIKIT SAMA MAMA. DIA INI MAMA KAMU, LOH!” Bentak Hendra, terpancing emosi.

Gilsha tersenyum sinis, melempar sendok yang sedari tadi ia pegang, kemudian beranjak pergi meninggalakn meja makan yang mendadak suhunya berubah panas.

“GILSHA! MAU KEMANA KAMU? GILSHA...PAPA BELUM SELESAI BICARA!!!” Teriak Hendra yang hanya dianggap Gilsha seperti angin lewat. Gilsha, gadis itu terus berjalan keluar dari rumahnya.

Diana mengelus-elus punggung Hendra. Mencoba untuk menenagkan suaminya itu. Sedangkan Natha. Sedari tadi cewek itu hanya diam, memperhatikan drama singkat yang terjadi antara bapak dan anak barusan. Diam-diam Natha tersenyum, menatap punggung Gilsha yang sudah menghilang dibalik pintu, dengan senyum devilnya.

***

Randa memarkirkan motornya. Melepas helmnya, kemudian turun dari motornya. Baru saja Randa melangkah hendak berjalam menuju kelasnya. Tiba-tiba seseorang menyenggol bahunya keras.

Randa menatap orang yang baru saja menabraknya. Kemudian mengeleng-geleng kepala ketika mengetahui orang itu adalah Gilsha.

“Hadeh..., kalau jalan itu, pake mata, dong!” Seloroh Randa.

“Sorry.” Gumam Gilsha. Kemudian melanjutkan langkahnya, tanpa membalas ucapan ketus Randa.

Randa mengernyit, ketika menagkap ketidakberesan terhadap Gilsha. Hari ini cewek itu tampak berbeda. Kalau biasanya Gilsha akan langsung membalas ucapan Randa dua kali lebih pedas. Justru hari ini cewek itu lebih memilih diam, dan melanjutkan langkahnya meninggalakan Randa. Bukan hanya sikapnya saja yang berubah, tapi Randa juga sempat mendapati lingkaran hitam si sekitar mata Gilsha yang mirip dengan mata panda. Apa yang sebenarnya terjadi pada Gilsha?

***

Cindy mengernyit, memperhatikan Gilsha dari atas sampai bawah. Sebenarnya tak ada yang salah dengan penampilan Gilsha. Penampipan cewek itu tetap sama, berantakan. Tapi yang saat ini mencuri perhatian Cindy, adalah kantong mata cewek itu yang mirip dengan mata panda. Belum lagi wajah kusut Gilsha, yang menjadi tanda tanya besar di dalam kepalanya.

“Kenapa, lo?” tanya Cindy. Menatap sahabatnya itu heran.

“Gue kesel. Kenapa coba, dia balik lagi. Padahal, gue seneng banget pas dia ke Australia.”

“Siapa?”

“Siapa lagi, kalau bukan, si Natha.”

“What? Seriusan, Natha balik lagi, ke Indo?”

“Hmm, kesel gue. Apalagi, dia bakal ikut sekolah disini. Gila kan, bikin gue tambah emosi aja!”

“Ck, ngapain sih, tuh bocah balik lagi. Enek deh, liat mukanya!” gumam Cindy. Yang di setujui oleh Gilsha.

Kringgg

Bel tanda masuk berbunyi. Gilsha dengan malas-malasan mulai membenarkan posisi duduknya, menghadap ke depan. Tak lama, Bu Sahrini selaku guru mata pelajaran Sejarah. Datang memasuki kelas, dan memulai kegiatan belajar-mengajarnya.

   Gilsha menempelkan pipinya pada permukaan mejanya. Rasanya ia benar-benar mengantuk, karna semalaman tidak tidur. Perlahan Gilsha mulai memejamkan matanya. Baru 5 menit Gilsha terpejam. Tiba-tiba sebuah penghapus melayang kearahnya.

Klontang

Gilsha terlonjak kaget. Ketika sebuah benda asing mendarat mulus di mejanya. Gilsha melihat penghapus papan tulis yang sudah tergeletak diatas meja. Kemudian pandangannya beralih ke arah bu Sahrini, yang tengah menatapnya tajam.

“Gimana? Sudah puas, tidurnya?” tanya Bu Sahrini, yang lebih mirip dengan sindiran.

“Sudah. Saya sudah puas...banget.”

“Udah sampe mana, mimpinya?”

“Udah sampe...oh ya, mimpinya udah sampe korea. Tadi saya juga udah sempat ketemu sama jisung.”

Bu Sahrini memelotot, “Keluar kamu, Gilsha!” teriaknya marah.

Gilsha terkekeh pelan. Kemudian berdiri, dan berjalan keluar kelas. “Makasih, bu. Atas pengertian-nya!” teriak Gilsha. Sebelum akhirnya benar-benar pergi keluar kelas.

Bu Sahrini mengelus dada. Mecoba bersabar menghadapi murid-nya yang satu itu. Sudah banyak guru-guru yang mengeluh akibat menjadi korban kenakalan Gilsha. Dan Bu Sahrini adalah salah satu korbannya.

Pusing memikirkan kenakalan Gilsha. Bu Sahrini memutuskan untuk kembali melanjutkan pembelajaran yang sempat tertunda.

Tbc.



Bad Girls (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang