PART 7 : DIA TAK SUKA

120 37 24
                                    

Lagi-lagi Tiny hanya bisa membuka, lalu menutup matanya. Sudah. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan sekarang. Oh, tampaknya ia masih berusaha untuk menenangkan dirinya.

Tiny menengok kembali ke jendela kamarnya, memastikan untuk keberapa kalinya. Tiny bangun, berusaha membentak dirinya sendiri. Memaksakan dirinya sendiri untuk bangkit dari ketakutan, ruangan terdalam yang terlalu gelap baginya.

Sebelum datang ke apartemen ini, hidupnya tenang-tenang saja. Merasakan ada yang janggal disekitarnya saja belum. Tapi... Semenjak disini, semakin banyak hal aneh yang menghantuinya. Bukan hanya sebulan kemudian... Bukan, bukan. Bahkan belum sampai 1 minggu, tapi dari hari pertama masuk.

Tiny mendekati pintu kamarnya yang sudah tertutup rapat-rapat. Tangannya telah menyentuh ujung gagang pintu sebelum akhirnya tergelincir sempurna dari sana.

"Tidak, Tiny... Kau mau melakukan apa? Mau menemui Ryan lagi?"

"Lalu, kau mau berbuat apa? Diam saja di sini sampai ragamu menghilang?!" Kata bantinnya, sedikit membentak.

Tiny menggepalkan tangannya, lalu menghentakkan kaki kesal. Anak kuliahan ini tak bisa tetap dalam keadaannya sekarang. Belum seminggu yang lalu ia pindah. Dan sudah begini jadinya. Beberapa hari yang lalu, Tiny memang belum mengenal apartemennya ini. Sekarang, ia sudah begitu mengenalnya. Tapi masih belum bisa beradaptasi? Cukup.

Ia menggenggam pasti gagang pintu itu, lalu memutarnya cepat. Setelahnya, tanpa ragu, ia membuka pintu lebar-lebar. Sudah tak peduli apa yang akan terjadi. Ryan tiba-tiba berada di hadapannya lalu menempatkan jumpscare di saat yang tepat? Silahkan.

"L... Lho?"

Di depan pintu kamarnya, sudah tak ada siapa pun. Ryan tak ada di sana.

"Ah!!!"

Dengus Tiny lega. Pikiran mumet-mumetnya ternyata amat tak berguna. Ryan sudah masuk ke kamarnya?

Tiny keluar dari kamarnya dengan hentakan kaki sehalus mungkin, lalu menutup pelan pintu kamar.

Tiny menempelkan telinganya ke pintu kamar nomor 14, berusaha mendengar sesuatu. Bukan berusaha, mengharap.

Hening. Mungkin, 3 detik lagi? Hening. 5 detik! Hening. 10 detik lagi... Suasana di sana masih hening. Tak ada suara apapun yang muncul dari dalam kamar itu.

Tiny menjauh pelan, lalu menggeleng pada dirinya sendiri. "Ckck."

Tiny masuk ke kamarnya lagi, lalu menutup pintu. Tak lupa dikuncinya pintu itu supaya angin dingin luar tidak masuk, berhembus tanpa izin masuk ke kamarnya.

Tiny membuka layar hpnya. Dan lagi-lagi sebuah pesan menunggunya.


>-------------------------------------------------------------<

Sebentar lagi aku sampai
Ada bunyi klakson, turun ya
Atau aku yg perlu jemput, hm?

Aku...

Kenapa?
Masih ketakutan, hm?
Turunlah, aku akan menenangkanmu

Idih
Ga!

>--------------------------------------------------------------<


Entah sejak kapan, tiba-tiba suara klakson mobil terus berbunyi dari lantai bawah apartemennya. "Jovian? SAMPAI?!"

IN THE KOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang