"Ah... Di mana aku?"
Tiny memperhatikan sekitar, lalu menguap lebar-lebar. Ia terbangun dari tidurnya, lalu berusaha mengingat apa yang sudah terjadi.
"Aku... Jovian... Clair... Baiklah. Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?" Tiny mengucek matanya, lalu meregangkan tubuh setelah berhasil berdiri dengan sempurna.
Ruangan ini... Sepertinya sudah tak asing lagi. Tiny menoleh kesana-kemari, mencari sesuatu yang akan membuatnya tenang.
Sedetik kemudian, ia menemukan foto Alya bersamanya. Tiny mendekati foto yang tergantung di tembok itu, lalu menatapnya baik-baik.
Tepat di sebelah fotonya, ada foto Jovian dan Alya, backgroundnya benar-benar membuat Tiny merinding. Sebuah bangunan tua, berwarna hijau lumut yang sudah terlalu kusam.
Bukan... Bukan cat hijau. Tapi aura hijau. Udara berwarna hijau yang mengelilingi rumah itu. Suasana di sana sangat gelap. Pohon-pohon yang sudah tua, menjulang tinggi. Pohon itu tampak lebih menyeramkan dari pohon lainnya, tak ada daun di tangkainya. Bahkan rantingnya membentuk bayangan yang menyeramkan.
Langit di foto itu juga berwarna hijau menyeramkan. Persis seperti dimensi lain yang sering difilmkan.
Tiny merasa heran, mengapa di dalam foto tersebut, Jovian dan Alya sedang tersenyum dengan lebarnya ke hadapan kamera. Kalau Tiny yang berada di sana, ia sudah lama menjerit dengan kencangnya.
Tiny memperhatikan foto itu baik-baik. "Hm... Seperti ada yang aneh di foto ini... Tapi, apa?"
Lampu. Salah satu lampu di ruangan rumah itu menyala. Padahal, di ruangan lainnya tak ada penerangan sedikit pun. Tiny merasa lega karena telah menemukan kejanggalan yang sedang ia cari.
"Itu sama sekali tidak mengkhawatirkan. Mungkin saja, rumah itu memang masih berpenghuni, kan? Haha. Ya. Tentu saja. Alya, kan, penakut. Ia tak akan sanggup untuk tersenyum selebar itu di depan rumah yang besar itu."
Tiny menghela nafas, lalu terduduk kembali. Ia berusaha melirik foto itu lagi, namun mengurungkan niatnya.
"Kenapa aku masih merasa tak tenang," Gumamnya.
Tiny merubuhkan tubuhnya di atas kasur, lalu menutup matanya paksa dengan kedua telapak tangannya.
Dan sesaat kemudian, ia merasakan aura yang berbeda sedang mengelilingi tubuhnya.
"Tidak... Oh, jangan lagi. Jangan mimpi buruk lagi. Kumohon," Kata Tiny, berusaha menghentikan tangannya yang ingin menyingkirkannya dari mata Tiny.
'Dasar tidak pernah menerima kenyataan' Ejek hatinya.
Tiny membuka matanya perlahan, tapi pasti. Dan pemandangan yang berbeda segera disuguhkan padanya. Langit berwarna hijau kehitam-hitaman berada tepat di hadapannya.
Tiny panik, segera ia terbangun dari tidurnya. Tunggu. Tidur? Benarkah ini hanya mimpinya?
Tiny memperhatikan ke sekitarnya. Banyak pohon-pohon gundul dengan ranting yang melilit aneh di sekitarnya. Tiny menarik nafas dalam-dalam, lalu mulai berjalan tanpa arah.
Tiny seperti mengenal tempat ini. Di foto itu... Ya, sama persis. Kecuali di bagian rumah yang tampak horror itu. Tiny merasa lega sekaligus semakin takut oleh hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN THE KOST
HorrorTiny baru pindah ke kosan baru, kosan yang lebih dekat dengan universitasnya. Kosan itu terlihat bagus dan murah. Tapi siapa sangka disanalah mimpi buruk Tiny dimulai. Teman psikopat, teman indigo, teman hantu. Semuanya akan memburu Tiny satu per sa...