"Ya! Aku adalah mafia!" suara Hoshi menggelegar di tengah lapangan.
Sesaat, seisi lapangan hening. Semua menatap Hoshi tak percaya.
"Iya, aku adalah mafia. Lantas kenapa? Gantung aku sekarang!" Hoshi menatap satu per satu warga di barisan paling depan dengan mata harimaunya.
Tanpa sadar beberapa warga mundur selangkah, terintimidasi oleh tatapan Hoshi.
"Tapi aku tidak percaya dia," lirih Dokyeom, salah seorang warga.
"Ya! Hoshi! Jika kau seorang mafia, berarti kau tahu di mana uang lima ratus milyar itu berada?" Seungcheol bertanya pada Hoshi. Hoshi mengangkat muka, menatap Seungcheol.
Hoshi tidak menjawab, tapi ia terus mengarahkan pandangannya pada Seungcheol dengan seringainya.
"Jawab aku, Hoshi!" Seungcheol berseru.
Hoshi tersenyum licik.
"Apakah aku harus menjawab jika pada akhirnya aku dihukum gantung? Bagaimana mungkin seorang mafia merugikan dirinya sendiri?" tanya Hoshi pada Seungcheol.
Seungcheol terdiam. Pria itu kemudian meremas rambutnya sendiri, setengah frustasi.
"Persetan kau mafia atau bukan! Aku tidak peduli kau telah membunuh berapa orang untuk melancarkan aksimu. Tapi aku yakin, para penduduk lebih membutuhkan uang itu!" Seungcheol akhirnya berkata jujur. Hoshi tersenyum miring, mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Katakan kepada kami di mana uang itu, dan kau akan kami loloskan dari hukuman gantung," Seungcheol berujar tiba-tiba. Mata Hoshi melebar sesaat, ia terdiam. "Kalau kau tetap bungkam, kami tidak segan-segan untuk mengirimkan malaikat maut untukmu," lanjut Seungcheol.
Hoshi berpikir cepat.
"Ya! Aku tahu di mana uang itu!" Hoshi langsung menjawab. Seungcheol menyipitkan mata tidak percaya.
"Katakan di mana mafia menyembunyikan uang itu sekarang, disaksikan seluruh penduduk kota," kata Seungcheol pelan dan tegas.
Hoshi menelan ludah. Sudah tanggung. Identitasnya sudah diketahui, tapi sebentar lagi ia akan mati.
"Uang itu.. disembunyikan di sebuah rumah kosong,"
"Lebih detail!" teriak seorang warga. Hoshi diam sejenak.
"Di dapur rumah itu.."
"Spesifik!" lagi-lagi suara warga memotong kalimat Hoshi.
"Jangan bilang kau hanya mengatakan apa yang ada di kepalamu," Seungcheol melipat tangannya di dada, menatap Hoshi curiga.
"Tidak, tidak. Aku berkata jujur," kata Hoshi.
"Kalau begitu, buat aku percaya," pinta Seungcheol.
Hoshi menarik napas panjang, "Ya, uang itu disembunyikan di sebuah rumah kosong, di utara kota. Kami meletakkannya di bagian dapur, dan menutupinya dengan rak yang berisi gelas-gelas kotor," Hoshi menerangkan.
Seisi lapangan kembali hening dengan penjelasan Hoshi. Semua sibuk berpikir rumah mana yang luput dari pencarian uang mereka.
"Ayo kita hukum Hoshi!" Wonwoo berbisik pada orang-orang di sebelahnya. Di luar kepentingan siapapun, Wonwoo punya dendam pribadi dengan Hoshi.
"Ayo kita tetap hukum Hoshi dan mencari rumah kosong yang dia katakan tadi!" seseorang berteriak di antara kerumunan. Kontan semua orang menoleh, termasuk Hoshi dan Seungcheol yang berada di tengah lingkaran.
"Bagaimana mungkin kita bisa percaya di saat semua orang saling curiga?" sosok itu kini berjalan ke depan, bergabung di tengah-tengah bersama Hoshi dan Seungcheol.
Hoshi tersentak. Di hadapannya saat ini berdiri seseorang yang sejak dulu ia cari. Cinta pertamanya, Lee Jihoon.
tbc.
YOU ARE READING
M A F I A
FanfictionHoshi tahu nyawanya berada di ujung tanduk. Identitasnya sebagai mafia telah terungkap di hadapan publik karena kesalahannya sendiri. Namun, di antara pilihan hidup dan mati, Hoshi justru menemukan seseorang yang membuatnya yakin untuk bertahap hidu...