Salah; Kalah

74 12 4
                                    

Halo!

Sengaja baru update sekarang, sekalian tes ombak. Hehe.

Jangan sungkan buat kasih kritik dan saran ya! Boleh di kolom komentar, atau langsung di twitter aja @/kyasautama (jangan lupa buat hilangin garis miringnya ya)!


Happy reading!

***


"Bagaimana mungkin kita bisa percaya di saat semua orang saling curiga?" Jihoon bertanya kepada semua orang yang ada di sana.

Seungcheol diam, seluruh lapangan juga lengang beberapa saat.

"Let's vote for Hoshi!" Jihoon mengangkat tangannya.

Wonwoo tersenyum lebar. Laki-laki itu berjalan menyibak keramaian, lalu berhenti di belakang Jihoon, dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Ayo hukum Hoshi!" teriak Wonwoo bersemangat.

Melihat kebenaran pada kalimat Jihoon dan keantusiasan Wonwoo, Dokyeom ikut memberikan suara. Tak butuh waktu yang lama, hasil sidang segera diputuskan. 

Hoshi memejamkan mata rapat-rapat, sebentar lagi nyawanya berakhir di tangan para warga.

Tetapi seseorang mendadak menghentikan acara pemungutan suara. Dia adalah Mingyu yang berlari dari barisan belakang, menuju tengah kerumunan.

"Tunggu sebentar!" teriak Mingyu. Semua orang menoleh serentak.

Hoshi kembali membuka matanya.

"Bagaimana kalau ternyata dia bukan mafia? Bagaimana mungkin seorang mafia berterus terang di muka umum?" tanya Mingyu sambil mengitarkan pandangan.

Seungcheol berpikir.

"Apakah kau salah satu dari mafia?" tanya Seungcheol, menuding Mingyu.

Mingyu menatap Seungcheol, lalu menggelengkan kepalanya cepat.

"Bukan, aku warga biasa," jawab Mingyu.

"Tapi kenapa kau membela Hoshi?" tanya Seungcheol lagi.

"Tidak, aku bukan membela Hoshi. Aku hanya berpikir, bagaimana seandainya Hoshi bukan mafia, dan ternyata ia warga biasa? Bagaimana kalau ia telah menemukan uang itu dan menikmatinya sendirian?" Mingyu menjabarkan pendapatnya.

Seisi lapangan terdiam.

"Bagaimana jika Hoshi bukan mafia, sedangkan mafia sebenarnya masih berkeliaran dan membunuh kita semua?" Mingyu bertanya lagi.

"Berarti kau mafianya!" seru Seungcheol pada Mingyu. Mingyu terkejut.

"Hei, bukan! Aku bukan mafia!" Mingyu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku bahkan mencurigai Hoshi," Mingyu kukuh membantah.

"Ya! Mingyu! Kau berani berkhianat padaku?" pekik Hoshi tiba-tiba.  "Kau membuat penyamaranku terbongkar dan jika aku mati hari ini, kau akan berfoya-foya dengan uang itu tanpaku. Benar-benar..." Hoshi menggelengkan kepalanya tak percaya.

Seluruh warga kota kembali  rusuh. Dalam sekejap, orang-orang membentuk dua kubu.  Mereka memilih antara Hoshi atau Mingyu yang akan dihukum gantung hari ini.

"Kalau begitu, mari kita hukum Mingyu sekarang, baru kita hukum Hoshi esok hari," Jihoon menengahi.

"Bagaimana bisa--?" Mingyu langsung menoleh pada Jihoon. Dia terperangah.

"Setidaknya Hoshi telah mengaku pada kita bahwa dia adalah mafia dan mengatakan di mana uang itu sekarang. Seandainya Hoshi tidak bisa membawa uang itu kepada kita, kita tahu siapa yang akan kita gantung selanjutnya," Jihoon mengangkat tangannya, siap memberikan suara.

Hoshi menatap Jihoon lekat-lekat.

"Aku bukan mafia! Aku sebenarnya polisi!" Mingyu berkeras.

Jihoon tersenyum tipis. Dirinya tahu persis siapa polisi terakhir di kota ini yang dibunuh oleh mafia.

"Apa yang kau katakan sekarang membuatmu makin terlihat mencurigakan, kau tahu?" tanya Jihoon pada Mingyu.

Hoshi tersenyum dalam diam, namun ekspresi wajahnya menyiratkan hal lain.

"Mingyu, aku baru tahu kau bisa seegois ini. Setelah kepergian Jeonghan, aku kira kita bisa saling menguatkan. Ternyata aku salah," Hoshi menyebut salah seorang mafia yang berhasil warga gantung tempo hari.

Mingyu makin terpojok.

"Aktingmu bagus sekali Hoshi," lirih Mingyu.

"Let's vote for Mingyu!" kata Jihoon dan mengangkat tangannya.

"Mingyu!" Dokyeom menyusul, diikuti beberapa warga lain. Dan suara bulat sempurna, memberikan hukuman gantung untuk Mingyu. 

Tetapi tidak seperti kematian Jeonghan, yang langsung dijemput cepat oleh sesama mafia misterius, mayat Mingyu dibiarkan begitu saja, yang mengonfirmasi bahwa dia adalah penduduk biasa.

Satu nyawa sia-sia kembali melayang.


tbc.

Jujur, sampai tulisan ini aku publish, aku belum paham maksud Mingyu menahan voting buat Hoshi. Masa iya cuma karena disogok uang?

M A F I AWhere stories live. Discover now