Ulah; Ubah

74 9 4
                                    

Hai, sudah cek bagian VISUAL?

Buat yang sudah lihat kemarin, hari ini aku perbaiki lagi alias revisi karena aku menemukan foto yang lebih cocok untuk karakter Jihoon di sini.

Foto-foto itu murni dari sudut pandangku sebagai penulis. Kalau kalian punya imajinasi sendiri, silakan ^^ Bebas, kok!

Happy reading!

***

"Mana Hoshi?" tanya seseorang berpakaian gelap, saat Minghao datang.

Mereka berdua berada di belakang gudang tua tak terpakai. Berjarak kurang lebih lima menit berjalan kaki dari lapangan kota.

Minghao mengatur napas sejenak sebelum menjawab, "Hoshi pergi,"

Laki-laki di depan Minghao seketika menegakkan tubuh.

"Pergi?" tanyanya tak percaya. Matanya menyipit.

Minghao mengangguk.

"Ke mana?"

"Aku tidak tahu. Dia berjalan ke arah utara kota, bersama seorang warga bernama Jihoon," jawab Minghao.

"Jihoon?" tanya orang itu memastikan.

Minghao mengangguk lagi.

"Kurang ajar," desis laki-laki di depan Minghao. "Hoshi membuat posisi kita terancam. Bahkan dia punya utang nyawa pada Mingyu," tambahnya.

Minghao membenarkan ucapan laki-laki itu.

"Jadi, siapa yang kau singkirkan malam ini?" laki-laki itu menatap Minghao.

"Vernon," Minghao menjawab. "Dia pacar Boo Seungkwan," lanjutnya.

Laki-laki itu menaikkan sedikit ujung bibirnya, mengangguk-angguk puas.

"Kerja bagus!"

Minghao tersenyum.

"Besok pergi ke rumah duka! Siapkan uang untuk keluarga, kerabat atau siapapun yang berhubungan dengan Mingyu," perintah orang itu. Minghao mengangguk patuh. "Tetaplah tidak terlihat!" pesan orang itu sebelum pergi.

"Baik, Hyung!" Minghao memberi hormat.

"Aku tidak bisa membantumu di sana. Tapi kau bisa menghubungiku jika butuh apa-apa," kata orang itu sambil menepuk bahu Minghao.

"Siap! Hati-hati, Hyung,"

Kemudian laki-laki itu menghilang ditelan kegelapan malam. Minghao menghela napas panjang. Esok hari ia punya tugas tambahan. 


***

Sementara itu, seseorang yang dicap kurang ajar, Hoshi, tengah berdiri di samping Jihoon dan menatap Jihoon tak berkedip.

Hoshi baru saja membuka ikatan di tangan Jihoon, kemudian tak lepas memandangi wajah  laki-laki mungil di sisi kirinya.

Jihoon sendiri kesulitan menelan ludah.

Ruang bawah tanah yang sedang ia masuki ini terlalu sempurna. Temaram, tersembunyi, dan senyap.

Tidak ada kasur busa di sudut ruang. Tidak ada lampu bohlam bercahaya kuning. Jihoon benar-benar takjub hingga tak bisa berkata apa-apa. Otaknya menghitung berapa tahun ia menghindari tempat ini.

"Kau terkesan, Woozi-ya?" tanya Hoshi hati-hati, membuyarkan lamunan Jihoon.

Jihoon menoleh.

Dipandanginya Hoshi, Soonyoung-nya yang ia tinggalkan bertahun-tahun lalu. Laki-laki yang siang ini ingin ia lenyapkan di lapangan kota. Laki-laki yang tidak pernah beranjak dari hati Jihoon.

"Woozi--"

"Panggil aku Jihoon, Soonyoung," kata Jihoon tegas. Tak terbantah.

Hoshi terperenyak.

"Tapi aku pertama kali mengenal kau sebagai Woozi--"

"Namaku sekarang adalah Jihoon," Jihoon tetap kukuh.

Hoshi menahan napas tanpa sadar. Dia tidak tahu apa saja yang telah dilalui oleh Jihoon hingga membuat laki-laki itu berubah--seperti ruang bawah tanah ini.

VISUAL RUANG BAWAH TANAH:

VISUAL RUANG BAWAH TANAH:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

tbc

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


tbc.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya ^^
Boleh vote, komentar, kritik, dan sarannya.

Terima kasih banyak!



M A F I AWhere stories live. Discover now