“Ah… kau nakal sekali oppa” ucap seorang wanita. Wajahnya tidak terlalu jelas karena tubuh Yunho yang besar mengalinginya. Mereka berdua tersenyum gembira dari balik jalan kecil menuju tikungan tangga darurat kantornya itu.
’Apa yang mereka lakukan? Kenapa begitu bahagia?’ gumam Soonhee dalam hatinya. Ada perasaan terbakar dihatinya. Hubungannya dengan Yunho yang sudah beranjak tujuh bulan itu tak sebaik yang dipikirkannya. Soonhee berjalan lemah sepanjang koridor menuju toilet. Matanya sedikit berkaca karena pukulan tadi. Melihat kekasihnya yang dia percayai berselingkuh dengan wanita lain didepan matanya adalah hal yang sangat menyakitkan untuknya.
Sesampainya ditoilet, dia menangis hingga tersedak sambil terduduk di bangku toilet. ‘Apa yang harus kulakukan sekarang?’ pikirnya bingung sambil terus menangis. Jam kerja sudah mulai habis, pukul enam seharusnya dia sudah pulang dengan Yunho, tapi Soonhee terus terdiam didalam toilet seperti lari dari kenyataan yang dia lihat tadi. Dia merasa seperti kebingungan, dia terlalu menyukai Yunho, terlalu berat untuknya untuk memutuskan hubungannya. Tiba-tiba telepon genggamnya berbunyi, itu adalah telepon dari Yunho. Tapi Soonhee melepas baterai telepon genggamnya dan kembali termenung sambil mengusap air matanya. Dia tau, pasti Yunho hanya ingin mengajaknya pulang bersama, seperti yang biasa mereka lakukan sepulang bekerja.
Pukul tujuh. Sudah senja, namun Soonhee masih menangis di dalam toilet. Dia memberanikan diri untuk keluar toilet dan berjalan menuju meja kerjanya. Sepanjang lorong, lampu-lampu gedung sudah mulai padam. Dia melihat sekeliling tempat, tidak ada satupun yang masih dikantor. Ini adalah saat yang tepat untuk pulang, Soonhee terlalu malu untuk menunjukkan wajahnya dan matanya yang membengkak akibat tangisannya tadi. Dia membereskan tas hitamnya di atas meja. Pandangannya sedikit berkaca lagi. Dilihatnya sebuah foto yang menempel didinding meja kerjanya. Fotonya bersama Yunho saat dipantai. Kali ini foto itu membuatnya lebih menangis. Tangisannya bahkan lebih keras. Soonhee terlalu lemah untuk semua itu, dia terlalu lugu untuk mempunyai kekasih seperti Yunho. Tangisannya terus saja menggema diruangan kantor yang luas itu.
“Omona, suara apa itu?“ ujar Jaejoong kaget dalam ruangannya. Dengan mengendap-endap dia keluar ruangan dan mencari sumber suara itu. Dilihatnya ruangan kantor diluar yang sudah agar redup itu. Tidak ada seorangpun disana. Jaejoong merasa aneh dan kembali ke dalam ruangannya. Tapi tepat sebelum dia membuka pintu, suara tangisan itu terdengar semakin keras, membuat Jaejoong membatalkan niatnya untuk masuk kedalam ruangannya. Ditelusurinya sekat-sekat yang ada diruangan luas itu. Dia terus berjalan dengan raut yang penasaran. Suara tangisan itu terdengar semakin mendekat dan jelas. Dilihatnya seorang wanita berambut panjang sedang tertunduk dimejanya sambil menangis. Jaejoong sedikit terkaget, dia melihat sesosok hantu wanita didepan matanya. Jaejoong sangat ketakutan, sambil menutup mata dia membaca doa-doa aneh. ’Sebentar~’ pikir jaejoong dalam hati. Dilihatnya kaki wanita itu, ’Tapi kakinya menyentuh lantai’ ujarnya dalam hati. Dia merasa aneh, ’Atau mungkin itu bukan hantu?’ pikirnya.
Dengan penuh keberanian dia mulai menyentuh pundak wanita itu dengan jari telunjuknya. Dengan cepat wanita itu tersadar dan menegakkan kepalanya. Dibalikkannya tubuhnya dan terpaku melihat sosok atasannya itu. Jaejoong kaget bukan main. Tapi tak lama dia menghela napas lega. Ternyata itu bukan hantu yang dipikirnya.
“Ya! Kim Soonhee! Kau menakutiku saja!” teriak Jaejoong sambil mengelus dadanya.
“Maaf pak“ ujar Soonhee sambil dengan cepat meraih sapu tangannya dan mengusap air matanya. Dia terlihat kaget dan kegok tak berani melihat kearah Jaejoong.
“Jangan panggil aku ‘Pak’ aku terlalu muda untuk panggilan itu. Panggil saja aku Jaejoong. Kau kenapa?” Tanya Jaejoong sambil mendekat.