You know what is the most strange things that ever happen?
Us.
***
Hari ini entah mengapa sedikit terlalu cerah dari biasanya. Sinar matahari yang pada hari normal sudah sangat panas kini semakin menjadi-jadi. Ditambah listrik yang mati sehingga pendingin ruangan pun cuma jadi sekedar pajangan. Pemanis ruangan.
Di sudut kanan, duduk beberapa gadis dengan kipas bergambar warna-warni dan kertas minyak yang menempel pada wajah mereka. Sungguh menyebalkan mendengar keluhan-keluhan tanpa solusi yang kerap kali terlontar dari bibir bergincunya.
Namun, tak semua murid wanita yang seperti itu. Buktinya kini ada seseorang yang lebih memilih untuk mendengarkan lagu-lagu klasik yang sering disebut kuno oleh sebagian besar grup dengan make up mereka.
Nama gadis itu adalah Wendy. Definisi cantik dan klasik. Dan satu lagi, orang yang sedari tadi justru asik mencoret-coret papan tulis putih dan mengabaikan bisikan-bisikan aneh dibelakang kepalanya.
Dia adalah Haru. Aneh memang. Impresi yang tidak biasa dari seorang murid pindahan baru di kelas 2 SMA.
Tingkahnya kini menarik perhatian Wendy yang sedari tadi fokus pada lantunan lagu di earphone yang tertaut dikedua telinganya. Gadis itu kini mengalihkan pandangannya pada Haru.
"Si anak baru itu ngapain sih?" Gumam Brian, murid laki-laki yang kebetulan duduk dibelakang bangku Wendy. Ia pun entah mengapa ikut fokus melihat tingkah laku Haru.
"Oke!" Ucap Haru sembari mengamati karya seni yang baru saja ia ciptakan. Kini, gadis bernama Haru itu sudah selesai mengukir namanya diatas papan tulis putih tersebut.
Haru berbalik, matanya menatap kearah siswa diseluruh penjuru ruangan. Pandangannya tanpa sengaja bertautan dengan Wendy dan Brian yang merupakan satu-satunya murid yang memperhatikannya disaat seisi kelas justru sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Gadis itu tersenyum kearah mereka berdua. Berbeda dengan Wendy yang membalas ramah senyumannya, Brian justru langsung memalingkan wajahnya.
Wendy lalu berjalan kearah gadis itu, ia mengambil salah satu spidol dan mulai menggambar sebuah karikatur yang lalu ia beri tulisan "halo, Haru".
Haru tersenyum, "kamu bisa gambar juga ternyata" ucapnya.
"Iya dong, ternyata seru juga ya coret-coret gini" balas Wendy yang kini asik menggambar bersama dengan Haru.
Tiba-tiba terbesit nihat jahil dibenak kedua gadis aneh ini. Mereka bersamaan melirik kearah Brian yang tampaknya mulai sadar ketika Wendy menggambar wajahnya diatas papan tulis.
"Woy" Brian langsung berdiri menghampiri kedua gadis tersebut. Ia lalu meraih penghapus papan dan mulai menghapus gambar wajahnya disana.
"Eh, ini permanen??" Ucap Brian ketika goresan spidol tersebut tak bisa ia hapus.
"Masa, sih?"
Haru dan Wendy refleks mengecek spidol yang mereka gunakan, tertulis dengan jelas label 'permanent' pada sampul spidol tersebut.
Dengan wajah panik mereka bertiga bergegas menghapus coretan mereka namun naas, saat itu pak Roy yang terkenal galak baru saja kembali ke ruang kelas setelah menghadiri rapat.
"Kalian?? Apa-apaan ini papan tulis jadi hitam begini?!" Pekik pak Roy kearah mereka bertiga.
"Bukan saya pak, sumpah! Ini kerjaan me-"
"Gak usah ngebela diri! Sekarang lari 5 putaran!!"
"Haahh???"
Haru dan Wendy saling lirik setelah Brian dipaksa lari oleh pak Roy.
"Kalian ngapain masih diem? Lari buruan!"
"Iya pak!"
***
Dengan napas yang tidak beraturan, kini Brian dan Wendy duduk ditengah lapangan. Lelaki itu sesekali mengusap peluh yang mengucur deras dari dahinya.
"Aduh!" Brian nampak kaget setelah Haru datang dan menempelkan sekaleng minuman dingin kearah pipi kanannya.
"Buat lo" ucapnya yang lalu memberikan minuman serupa kepada Wendy.
"Makasih" balas Wendy yang langsung meneguk minumannya.
Kini mereka duduk saling berdampingan. Urutannya, Brian, Haru, lalu Wendy. Tiga orang aneh berada ditengah lapangan disiang hari yang panas.
Brian melirik kearah dua gadis disampingnya. Seketika tawa muncul pada wajahnya yang seringkali dicap galak oleh orang-orang.
Ya, Brian sebenarnya juga termasuk dalam penghuni baru di sekolah ini. Ia pindah saat akhir kelas 1 SMA dan walaupun banyak orang yang ingin mencoba dekat dengannya entah mengapa selalu segan.
Haru mengarahkan telunjuknya kearah langit. Entah bagaimana bisa, bagaikan sihir kini langit siang hari itu terasa begitu sejuk. Angin berhembus membawa gumpalan awan menuju ketempat mereka bertiga duduk.
"Thanks ya, Haru?" Ucap Brian.
"Sama-sama"
"Jangan kasih gratis, ru!" Pekik Wendy sembari tertawa.
"Kampret juga"
Mereka pun tertawa.
That was, just the beginning.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayonara Haru
Teen Fiction[Day6 lokal au] Dia Haru, sosok yang mungkin hanya akan muncul sekali dalam hidup. ▪ ▪ ▪ ©wknmyk, Februari 2020.