Dengan langkah tidak bersemangat Aku keluar dari kantor, hanya untuk sekedar menghirup udara segar meski akhirnya esok hari pun aku harus tetap kembali ke dalam neraka itu. Kembali berkutat dengan kertas-kertas yang sejujurnya membuatku mual hanya dengan melihatnya.
Aku hanya berharap semoga aku selalu kuat dengan segala keadaan yang terjadi di perusahaan. Mengingat janjiku pada ayah, aku akan selalu kuat dalam hal apapun termasuk dalam mempertahankan perusahaan.
Aku mulai menyalakan mobil dan menginjak pedal gas untuk keluar dari zona merah yang mengikatku seumur hidup. Yah kurasa akan terjadi seumur hidupku. Sejujurnya aku tidak tau arah tujuanku saat ini. Selain perut yang menjerit meminta amunisi.
Di sepanjang perjalanan aku hanya menatap sekelilingku, memperhatikan setiap hiruk pikuk kehidupan di ibu kota ini. Aku selalu senang dan juga sekaligus membuatku iri kala melihat keluarga yang sangat harmonis dalam kesederhanaan mereka. Entah kenapa Mereka selalu terlihat tanpa beban. Seandainya aku bisa memilih aku ingin terlahir di dalam keluarga yang sederhana, seperti itu. Namun, aku selalu kembali berfikir dan selalu memaksa pikiran juga hatiku untuk selalu bersyukur dengan semua yang kujalani saat ini.
Senyumku masih terukir kala melihat banyaknya keluarga yang harmonis dan saling bercengkrama juga melihat anak-anak yang tertawa bahagia. Namun tiba-tiba Aku dikejutkan dengan suara keributan yang tak jauh dari tempatku saat ini. Sejujurnya aku cenderung tidak peduli dengan apapun yang terjadi di sekitarku. Namun, Entah dorongan dari mana kakiku melangkah dengan sendirinya menuju suara keributan yang terdengar seperti beradu argumen.
Saat sampai ditempat itu aku kembali dikejutkan dengan pemandangan yang memperlihatkan seorang laki-laki muda tengah menghakimi seorang lelaki tua. Bukan, bukan hanya sebatas itu, karena yang kudengar laki-laki muda itu menyebut lelaki tua didepannya dengan sebutan " Ayah ".
"Apa ini yang ayah maksudkan dengan keharmonisan dalam kesederhanaan?" Lelaki muda itu menghakimi ayahnya di tempat umum.
"Maafkan ayah nak ayah bisa menjelaskan semuanya." Dengan tatapan mengiba lelaki tua yang dipanggil ayah itu mencoba menjelaskan dan meluruskan apa yg dilihat anaknya.
"Dari awal aku selalu diam saat ayah selalu mencoba harmonis dan bersikap seolah ayah adalah lelaki yang sangat bertanggung jawab, meski aku selalu merasa semua itu hanya semu." Lelaki muda itu tetap dengan mempertahankan wajah yang entahlah kemarahan dan kecewa. Mungkin.
"Cukup Azka, ayah terlalu lelah untuk bersandiwara lagi, dan setelah apa yg kamu lihat sekarang, ayah sepertinya tidak perlu menjelaskan apapun." Lelaki tua itu mendorong kursinya dan menarik wanita yang kuyakini istrinya itu pergi dari cafe, yang akhirnya saat ini aku datangi.
"Oh jadi nama lelaki muda itu Azka" gumamku
Suasana cafe terasa riuh, banyak sekali desas desus yang kudengar di sekitarku saat ini. Entah itu yg mengatakan jika ayahnya tergoda wanita lain atau banyak lagi itu aku tidak terlalu menghiraukannya karena aku sendiri terpaku pada lelaki yang kudengar namanya adalah Azka tadi. Ada gelenyar aneh yang menggelitik hatiku. Aku tidak mengerti apa yang aku rasakan saat ini kala melihat Azka. Selain keterkejutan kala melihatnya membentak lelaki yang ia sebut ayah itu meski aku meyakini jika Azka melakukannya karena ia sangat menyayangi ibunya.
Setelah kejadian saat itu akhirnya setiap hari aku selalu menyempatkan berkunjung ke cafe dimana Azka bekerja, karena entah kenapa aku selalu ingin melihatnya. Meskipun mimik mukanya sama sekali tidak terlihat ramah kala menyambutku. Namun, ketampanan dan sorotan mata yang penuh ambisi itu mampu menghipnotisku dan tersirat di benakku mungkin saja jika dia yang menjadi suamiku, maka pamanku tidak akan pernah bisa merebut Fuzieyama group.
"Maaf apakah anda tidak berniat memesan sesuatu mungkin? saya rasa akan lebih baik jika anda membeli satu gelas minuman untuk menemani lamunan Anda." Aku melebarkan mata karena terkejut mendengar penuturan lelaki yang sejak kemarin menarik perhatianku.
KAMU SEDANG MEMBACA
my ambitious husband (Revisi) End
Romanceselama hidupku 23 tahun ini aku belum pernah merasakan cinta, didikan keras yang ku dapatkan dari ayah membuatku terlalu sibuk di dunia bisnis ayahku seorang ceo dari fuzieyama group beliau menjadikanku wanita yg tidak pernah mengenal cinta, namun s...