Sejak kemarin aku tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Alhasil lingkaran dan kantung mataku terlihat sedikit menghitam.
Sebenarnya aku gadis yang manja dan cerewet. Namun keadaan seakan memaksaku untuk bersikap tegas dan disiplin. Jika saja aku tidak mengingat perkataan ibu tentang perusahaan dan karyawannya, mungkin aku akan bersikap egois dengan banyak bermain main layaknya kebanyakan perempuan seusiaku.
Karena satu hari kemarin aku tidak bisa menyelesaikan pekerjaan di kantor hanya terlalu fokus dengan sosok Azka, alhasil hari ini semua pekerjaan menjadi menumpuk ditambah adanya pertemuan meeting dengan kolega bisnis hingga enam kali pertemuan, rasanya membuat kepalaku pening dan berat.
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatianku dari kertas-kertas yang berserakan.
"Masuk!" Intrupsiku malas.
"Masuk putri." Ulangku kala tidak ada seorangpun yang membuka pintu itu.
Putri adalah sekretarisku yang sudah menjabat dua tahun lamanya.
"Maaf nona hari ini masih ada jadwal temu dengan klien di cafe A&R." Jelas putri saat aku dengan malas dan penuh rasa keberatan berjalan dan membuka pintu untuk Putri.
"Baiklah, tolong segera siapkan berkas yang harus dibawa kesana!" Aku berjalan dengan malas karena mengingat cafe yang disebutkan oleh putri adalah cafe milik Azka. Tersirat di benakku kala melihat dari namanya saja aku meyakini satu hal bahwa nama itu diambil dari perpaduan nama Azka dan Rania.
Aku menghela nafas berat. Entah sampai kapan aku akan kuat, jika mengingat belum berjuang saja aku sudah merasa ditolak dengan telak.
***
Sepertinya kami terlalu cepat sampai di cafe A&R untuk temu dengan klien. Buktinya, klien belum terlihat batang hidungnya sama sekali.
Sembari menunggu klien aku memperhatikan bagaimana interior cafe dan suasana cafe yang memang sangat nyaman, padahal diluar sangat riuh dengan hiruk pikuk ibu kota. Tapi, ketika kita mulai memasuki cafe, suasana berganti dengan kenyamanan yang sama sekali tidak kusangka bisa seperti ini.
Suasana di dalam cafe terasa nyaman, kita bisa bersantai dengan sangat nyaman tanpa merasa terganggu dengan kebisingan diluar cafe. Perpaduan warna cat dan furniture didalamnya pun sangat cocok, dan sialnya aku menyukai cafe A&R.
Saat mataku masih dimanjakan dan memuji kenyamanan setiap sisi cafe, dengan sangat disayangkan mataku menangkap pemandangan yang sama sekali tidak aku harapkan.
Aku menyaksikan dua insan saling bercengkrama dan melihat bagaimana sorot mata elang penuh ambisi itu memandang teduh pada wanita di depannya serta tak lupa sang lelaki tersenyum sangat manis.
Aku melihat Azka dan Rania yang tengah asik berbincang dan tertawa di sudut cafe, pemandangan itu tentu saja sangat membuat hatiku terasa sakit. Seandainya aku yang berada dihadapan Azka, apakah tatapan dan senyumannya masih akan tetap sama?. Dengan tiba-tiba mataku terasa panas aku menengadahkan pandanganku untuk mencegah bulir bening itu membasahi pipi. Namun tak mampu. Pelupuk mata tak mampu menahannya dan bulir bening berhasil membasahi pipi tanpa permisi. Rasanya sesak sekali, apakah perasaanku ini ada namun tidak untuk diperjuangkan. Aku berlari menuju toilet dengan tergesa.
"Kenapa rasanya sakit sekali." lirihku
aku berusaha menguatkan diri dan hatiku agar tidak terlalu membiarkan perasaan ini tumbuh semakin besar tanpa izin di hatiku, karena dari yang kulihat tadi Azka sangat mencintai dan menghormati Rania. Apa masih pantas aku berada diantara dua orang yang saling mencintai itu. Kurasa tidak, karena bagaimanapun aku bukanlah perempuan yang akan merebut apapun yang memang bukan milikku. Aku mengusap sisa air mata di pipiku. Aku mulai menekadkan diri. Biarlah rasa ini menghilang perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
my ambitious husband (Revisi) End
Romanceselama hidupku 23 tahun ini aku belum pernah merasakan cinta, didikan keras yang ku dapatkan dari ayah membuatku terlalu sibuk di dunia bisnis ayahku seorang ceo dari fuzieyama group beliau menjadikanku wanita yg tidak pernah mengenal cinta, namun s...