Raja Ali Kecil.

2 0 0
                                    

Udara dingin menggetarkan raga.
Dengan tangan Sang Kuasa yang mampu mengubah gelap menjadi terang bahkan menciptakan langit dan bumi.
Pukul tiga dini hari, telah lahir seorang putra mahkota yang kelak akan menggantikan Prabu Ahmad Bharata Wijaya. Raja dari Kerajaan Bashmapati.
Sebuah kerajaan besar yang tersembunyi dari dunia luar, jauh dari jangkauan manusia biasa, di huni oleh makhluk yang luar biasa.

Pangeran Ali, nama anak yang baru di lahirkan Hamidah Sekarwangi, istri dari Prabu Ahmad  Bharata Wijaya. Pangeran Ali nama panggilan kecilnya, seorang bayi yang luar biasa ada tanduk emas di kedua sisi kepalanya.
Saat lahir di kelilingi cahaya terang putih keemasan yang berkilau.
Ayahanda prabu dan ibunda ratu sudah pasti tahu kekuatan yang terpendam dalam diri Pangeran Ali.
Prabu Ahmad selalu membawa Pangeran Ali berkuda saat usianya baru satu tahun. Kuda terus berpacu cepat menerobos hutan dan jalan setapak yang sudah rata. Deretan rakyat Bashmapati menyambut Prabu Ahmad yang membawa Pangeran Ali kecil. Teriakan mengagungkan terus di gaungkan, Sang Prabu memperlambat laju kuda, seraya melambaikan tangan pada rakyatnya, pintu gerbang istana Bashmapati dibuka pengawal memberikan hormat dan iring-iringan kuda memasuki jalanan istana menuju alun-alun kerajaan.

****

Seiring berjalannya waktu, Pangeran Ali tumbuh menjadi remaja yang tampan rupawan dan sangat paripurna, ramah tamah, sopan, juga gagah dan terlihat dewasa meski masih berusia 15 tahun.
Menyadari akan kekuatan besar yamg ada di dalam dirinya. Kekuatan yang akan mengguncang dunia dan mampu menggetarkan lawannya.
Pangeran Ali berusaha mengasahnya memperdalam ilmu yang masih terpendam dalam jiwanya.

Memanah adalah hobbynya.
Ia lesatkan anak panah ke pohon mangga rakyat, "wusssh.... ssssat." Anak panah menancap tepat di tengah batang pohon, dan pohon itupun terbelah dua.
Pangeran Ali, yang masih labil dan belum bisa mengendalikan kekuatannya menjadikannya remaja sang pembuat onar, di mata rakyat Bashmapati.
Rakyat sudah sangat kesal dengan ulahnya, bukan hanya tanaman warga yang jadi korban salah sasaran Pangeran Ali, tapi juga hewan peliharaan warga.

Pernah ia saking takutnya di massa warga, tiba-tiba cahaya putih keemasan dalam dirinya keluar seperti membentengi diri, dia berlari menjadi sangat cepat secepat kilat menyambar, melesat di tengah persawahan, membuat padi yang sudah mulai menguning rata seperti tanah lapang.

*****

Pangeran Ali mematut diri di cermin, memegangi wajahnya, berdiri menyamping melihat diri sendiri.
"Biasa saja, kenapa seperti ada dorongan kuat saat emosi meluap?" gumamnya, masih heran. Ia berlari di tempat.
"Lari secepat angin!" serunya,  tapi tak ada yang terjadi.
Pangeran Ali menggaruk kepalanya, mengedikkan bahu lalu pergi.

Di tengah perjalanan, Pangeran Ali melihat perompak berpakaian jawara  meminta upeti dengan kasar memporak porandakan dagangan pedagang.

"Upeti! Mana upetinya?" teriak lelaki tegap, memilin kumisnya keatas.
Pedagang dengan takut memberi upeti.
"Hentikan! Kisanak, untuk siapa upeti itu?" tanya Pangeran Ali.
"Siapa kau bocah tengik?  Jangan menggangu ini bukan urusanmu!" ucap perompak itu ketus.
"Kau tidak tau aku? Kembalikan upeti yang kalian minta pada pedagang itu!" ujar Pangeran Ali tak takut.
"Berani sekali kau, sudah bosan hidup hah,...?" Pria dengan sayatan di pipi itu menghunus golok. Semua warga menjadi takut.
Pangeran Ali semakin emosi, cahaya putih keemasan yang keluar dari tubuhnya berubah menjadi merah, matanya pun merah menyala, tanduk emasnya membesar tubuhnya menjadi raksasa.

"Aku Pangeran Ali, putra Prabu Ahmad Bharata Wijaya. Kau sudah memasuki wilayah Bhasmapati dan berbuat onar." Suara Pangeran Ali menggelegar bagai petir.
Seketika rakyatnya ketakutan, musuh pun menjadi gentar, tapi tetap mencoba melawan, meski ukuran mereka menjadi sangat kecil di banding tubuh Pangeran Ali yang menjadi raksasa.
Perompak melempari Pangeran Ali dengan golok, Parang dan senjata tajam lainnya, dengan sekali hentakan kaki lawannya sudah terkapar, terpental jauh.

"Jangan datang lagi, atau kalian akan mendapatkan yang lebih dari ini," ucap tegas sang Pangeran.
Lalu Pangeran Ali tidak tahu bagaimana cara ia kembali ke bentuk semula, karena ketika emosinya memuncak perubahan wujud itu menjelma begitu saja.
Dia duduk bersila di atas tanah, mengatupkan kedua tangannya lalu memejamkan mata.
"Seperti kilat yang menyambar, bawa aku pulang." Pangeran Ali sudah tiba di depan gerbang istana. Tapi masih dengan postur tubuh raksasa.
Dia bingung, mengulang cara seperti tadi, mengubah kalimat yang ia ucap.
"Demi dewata, kembalikan wujudku semula." Tapi tetap tidak berubah.
"Apa mantranya?" ucapnya gusar.
"Sabar, tenang, jangan marah dan emosi," Pangeran Ali mencucu mengatur napas, "sekali lagi," ucapnya, saat merasa tenang.
"Bismillah," belum Pangeran Ali melanjutkan kalimatnya, tubuhnya sudah kembali normal.
"Alhamdulillah," ucapnya, mengusap wajah yang putih bersinar.

*****

Pernah istana raja di datangi warga minta ganti rugi karena ulah Pangeran Ali yang belum bisa mengendalikan kekuatannya.
Saat Pangeran Ali belajar ilmu Halimun  menghilangkan raga.
Pangeran salah masuk.
"Aaaaaaarrgh," Pekik seorang janda yang sedang mandi sore hari.
"Maaf," ucap Pangeran Ali.
Secepat kilat Pangeran Ali menghilang, dan salah masuk lagi, kali ini masuk ke kamar pengantin baru yang hendak bercinta.
"Haaaaaaah, maaf," bukan sepasang pengantin baru yang teriak, tetapi Pangeran Ali sambil menutup dadanya. Ia pun menghilang lagi.
"Taman kamar Ali," ucapnya, memejamkan mata.
Dan dia ada di dekat kamar pelayan istana, melihat Sumitri pelayan wanita yang usianya tak beda jauh dengannya mungkin juga sama.
Pelayan wanita itu yang selalu membuat ramuan untuk Pangeran Ali khasiatnya baik bagi kekuatan dan kebugaran sang pangeran.

****

Semakin bertambahnya usia Pangeran Ali sang  putra mahkota meski di kedua sisi kepala memiliki tanduk emas. Tak mengurangi ketampanannya yang paripurna, dengan badan tinggi besar dada bidang dengan otot perut persegi yang menambah kegagahannya, rambutnya hitam lagi lebat.
Pangeran Ali siap dilantik menjadi Raja Bhasmapati menggantikan Ayahanda Prabu Ahmad Bharata Wijaya, yang sudah berumur.
Acara pelantikan pun di laksanakan dengan mengundang semua kalangan para raja dan rakyat jelata.
Acara berjalan lancar, tugas besar kini menjadi tanggung jawabnya.
Mengemban amanah yang luar biasa.
Raja Ali yang gagah, perkasa, bijaksana tapi bisa juga menjadi buas dan ganas apa bila ada yg mengancam keselamatan kerajaannya.

NadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang