1

1.3K 129 15
                                    

Kim Hanbin itu, bagaikan seorang tameng luka bagi Lisa. Lelaki bangir itu, bagaikan sebuah perisai bagi siapapun yang akan menyakiti Lisa, yang akan membuat hati gadis itu rapuh kapan saja.

Hanbin itu, bagaikan sebuah cahaya di tengah gelapnya hari-hari yang Lisa lalui. Ia bagaikan sebuah poros yang Lisa jadikan sebagai acuan hidupnya.

Hanbin itu adalah hidup Lisa. Lelaki bangir itu adalah sosok kekasih yang Lisa banggakan kepada setiap orang yang ia kenal.

Hanbin itu---adalah masa lalu yang tak pernah bisa Lisa lupakan.

Kenangan indah, bahagia, rasa senang yang Hanbin berikan 3 tahun silam masih membekas di ingatan Lisa.

Lisa bagaikan seorang anak yang kehilangan induknya saat Hanbin memilih untuk pergi.

Memilih untuk membahagiakan wanita lain.

Memilih untuk pergi dari hidup Lisa.

Memilih untuk hidup bahagia dengan wanita pilihan orang tuanya.

Hanbin bahkan tersenyum tanpa beban saat Lisa menggenggam tangan lelaki bangir itu. Di pernikahannya, tiga tahun silam.

"Selamat." Ujar Lisa lirih.

Tersenyum manis.

Hanbin melakukan hal itu. Lelaki itu tersenyum di saat Lisa harus mengumpulkan keberanian untuk datang ke tempat megah ini dengan keadaan dirinya yang rapuh.

"Terimakasih." Jawab Hanbin.

Dengan senyumnya yang tak pernah pudar sejak ucapan selamat ia terima sedari pagi tadi.

Lisa tak menangis. Meski ia kecewa, air matanya tak turun lagi setelah gadis itu menangis berhari-hari karena kehilangan sebagian hidupnya.

Air matanya sudah habis.

Tangan mereka terlepas. Tak saling menggenggam lagi.

Rasa kecewa Lisa semakin menjadi. Ah, apa Hanbin tak punya sedikitpun rasa untuk kembali padanya?

Apa Hanbin tak berniat untuk meninggalkan wanita dengan balutan gaun pengantin itu dan berlari ke arahnya?

Sepertinya tidak.

Lisa menjabat tangan wanita itu. Dibalas dengan senyuman, Lisa merasa dirinya begitu jauh dari kata bahagia.

Bisakah ia yang menggantikan posisi wanita itu sekarang? Menjadi pengantin wanita dari seorang Kim Hanbin?

"Selamat." Ujar Lisa.

Wanita itu tersenyum. "Terimakasih." Jawabnya.

Namanya Kim Jiwon.

Wanita cantik berlesung pipit yang membuat Lisa dibuang pergi dari hidup Hanbin.

Lisa kemudian berjalan pergi. Melangkahkan kakinya yang terasa berat dari langkah ke langkah.

Itu adalah saat dimana kejadian paling menyedihkan di hidup Lisa terjadi.

Kejadian 3 tahun silam yang benar-benar membuat hati Lisa hancur berkeping-keping.

Rusak, tak tersisa sedikitpun.

Kim Hanbin adalah hidup Lisa meski lelaki itu sudah bahagia dengan isteri beserta bayi kecilnya.

Meninggalkan Lisa menderita seorang diri dengan masa lalu indah yang mereka miliki.

"Lisa, bukankah hari ini hari pertamamu bekerja di Kim's Corp?" Tanya Jennie selaku sepupu Lisa yang juga bekerja di Kim's Corp.

Bedanya, ia sudah bekerja sebagai Manager Kim's Corp selama 3 tahun. Sedangkan Lisa, kemarin setelah melewati beberapa interview, wanita itu resmi menjadi sekretaris CEO perusahaan ternama di Korea Selatan itu.

"Eum, ya. Hari ini adalah hari pertamaku." Lisa membenarkan sedikit poni nya yang agak berantakan. Kemudian, bibirnya ia poles sedikit lagi dengan liptint merah nya.

Jennie menatap ke arah sepupunya yang baru sebulan menetap di Korea, setelah 3 tahun menetap di Thailand. "Kalau begitu, pergilah! Karyawan baru itu tak boleh telat pada jam pertamanya, apalagi ia sekretaris CEO."

Lisa terkekeh. Ia peluk Jennie sekilas kemudian berkata. "Bawel sekali. Aku pergi dulu, doakan semoga rencanaku sukses, ya!"

Jennie tersenyum. "Aku doa kan yang terbaik untukmu."

"Terimakasih, sayang." Lisa mengedipkan sebelah matanya sebelum menutup pintu apartement.

Dan setelah itu, Jennie menghela nafas.

"Maafkan aku, Bu Jiwon." Gumamnya.

***

Hanbin tersenyum saat melewati beberapa karyawan yang membungkuk menyapanya sopan.

"Pagi kembali." Ujarnya.

Lelaki bangir yang menjabat sebagai CEO itu kemudian masuk ke dalam ruangannya setelah menatap meja sekretarisnya yang masih kosong.

Hanbin menatap ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul 07.55

Masih ada 5 menit sebelum jam masuk kantor.

Tok tok tok

Baru saja Hanbin ingin duduk di kursi kebanggaan nya, suara pintu diketuk terdengar.

Itu pasti sekretaris baru yang di seleksi Mino hyung. Batin Hanbin.

Ah, Mino adalah wakil CEO Kim's Corp. Sekaligus sepupu Hanbin.

"Masuk." Jawab Hanbin. Lelaki bangir itu kemudian duduk di kursi kebanggaannya sembari membuka beberapa berkas yang nantinya akan di bahas di rapat nanti siang.

"Selamat pagi, Pak."

Hanbin mendongkak untuk melihat siapa sekretaris baru nya.

"Lisa?" Ujarnya kaget.

Lisa tersenyum. "Perkenalkan, Saya Lalisa Manoban. Sekretaris baru Anda, Pak Hanbin."

1. Berada dalam jarak pandangnya sedekat mungkin.

***

Woho~ 😜

Maaf lagi karena malah bikin cerita baru di saat yang lama belum kelar. Wkwkwk

Gatel pingin publish soalnya. 😆

Kalo mau lanjut comment vote ya!!! ❤️

TWO TIME - HANLIS / HANLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang