5

751 97 6
                                    

Skenario terbaik yang Lisa perankan adalah saat ini.

Saat ketika wanita itu mengambil obat tetes mata dan meneteskan obat itu ke kedua bola matanya hingga menyebabkannya seperti menangis. Agak perih sih, tapi Lisa masih bisa menahannya.

Menatap pantulan wajahnya di cermin, Lisa tersenyum manis. "Kita mulai!" Gumamnya.

Sedikit berlari ke luar toilet wanita dan berhenti di depan pintu ruangan sang CEO.

Haruskah Lisa mengetuk pintu sekarang?

Atau haruskah ia menunggu agar Jiwon datang dulu?

Eum, yah. Lisa mendapatkan kabar bahwa isteri dari mantan---tidak. Istri dari miliknya-itu akan datang dengan membawa buah hati mereka.

Berniat pulang bersama, eoh?

Lisa takkan membiarkan hal itu dengan tenang.

Terimakasih pada Jennie karena menghubungi Lisa ketika pertama kali melihat Jiwon datang ke loby kantor hingga Lisa bisa memulai sandiwara nya.

Lisa menatap pintu kayu jati dengan senyum manis.

Tok tok tok

Dan senyum itu menghilang digantikan dengan raut wajah getir. Lisa sekuat tenaga untuk membuat matanya perih dengan menggosoknya kasar.

Akting nya harus meyakinkan.

Lisa langsung saja membuka pintu setelah merasa tak ada sahutan. Ia langsung ke arah Hanbin dengan wajah yang dibuat sekhawatir mungkin.

Andai saja Lisa sedang tidak bersandiwara, ia bisa saja tersenyum senang saat melihat mantan kekasihnya itu yang reflex berdiri.

"Lisa? Ada apa?"

Grep

Lisa dapat merasakan tubuh Hanbin yang tersentak ke belakang.

Ah, Lisa harus menangis sekarang!

Sebuah elusan Lisa dapatkan kemudian. Lisa tersenyum hangat. Elusan yang selama ini Lisa rindukan.

"Aku di sini." Ujar Hanbin.

Lisa semakin mengeratkan pelukannya.

Ya, kau di sini. Dan kau harus selalu ada di sini untukku, Hanbin.

Dan ketika mendengar suara pintu terbuka, Lisa menyeringai.

Itu pasti isteri beserta bayi kecil Hanbin.

"Eoh? Ada apa?" Suara Jiwon terdengar khawatir.

Lisa berdecih pelan.

Dengan tak rela, ia melepaskan pelukannya dengan sang mantan kekasih. Elusan di rambutnya seketika tak ada.

"Oh, sayang." Hanbin berujar kaget. Tapi, kemudian nada suaranya kembali normal. "Memangnya ini sudah jam pulang? Kenapa tak biarkan aku menjemputmu, eoh?"

Lisa benci mendengar nada perhatian dari mulut Hanbin. Terlebih, itu bukan padanya.

"Aku hanya ingin memberimu kejutan, sayang." Jawab Jiwon. Ia memberikan Puteri kecilnya pada sang suami saat Hanbin merentangkan tangannya.

Kemudian, wanita berdimple itu mendekat ke arah Lisa yang kini tertunduk. Wajahnya terlihat sedih, Jiwon merasa khawatir.

"Ada apa, Lisa?" Tanyanya lembut. Jiwon mengusap surai Lisa lembut. Ia sudah menganggap Lisa seperti adiknya saat Hanbin berkata bahwa wanita di depannya ini sudah dianggap sebagai adiknya juga.

Hanbin melihat ke arah Lisa yang tengah tertunduk itu. Tangan Hanbin mencubit pipi chubby Puteri kecilnya yang sedang memandang ruang kerjanya dengan mata bulatnya itu.

Jiwon membawa Lisa untuk duduk di kursi yang tersedia di ruangan besar itu.

"Kau bisa bicarakan apapun, Lisa. Kau bisa menganggap ku kakakmu kalau kau mau." Ujar Jiwon.

Lisa tersenyum kecil. Tangannya mengepal.

Takkan pernah. Jangan harap!

"Ada apa, hm?"

Lisa melirik sekilas ke arah Hanbin yang ternyata juga tengah menatapnya.

"Ayahku sakit." Lirih Lisa.

Maafkan aku, Ayah. Semoga Ayah selalu sehat. Aamiin.

"Om Marco?" Tanya Hanbin. Nada suaranya terdengar khawatir.

Wajar saja. Ayah Lisa itu pernah menjadi calon mertuanya sebelum---yah, begitulah.

Lisa mengangguk. "Aku ingin izin untuk pulang dulu ke Thailand." Lirihnya.

Jiwon mengangguk. "Pergilah, Lisa." Ujarnya.

Kemudian, matanya melihat ke arah sang suami yang terlihat sangat khawatir. "Kalau kau juga ingin, pergilah, sayang. Temani Lisa. Jaga juga Lisa di sana."

Lisa maupun Hanbin tersentak.

Kemudian, sebuah seringai kecil Lisa tampilkan.

Ah, mudah sekali membodohi wanita di depannya.

Keputusanmu sangat bagus, Jiwon-sii.

5. Buat alasan agar kalian bisa berdua di satu tempat yang sama

***

Maaf yang nunggu update dari subuh...(member GC hanlis).. ketiduran.🤭🤭🤭

TWO TIME - HANLIS / HANLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang