|| 1.3

13 6 0
                                    

Pemuda itu duduk di karpet lantai dengan pergelangan dan telapak tangan kanan yang sudah dililit perban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda itu duduk di karpet lantai dengan pergelangan dan telapak tangan kanan yang sudah dililit perban. Hasil karya Seo Changbin. Tidak buruk, tapi tidak bagus juga. Setidaknya luka sayatan itu bisa tertutupi dan tidak mengeluarkan darah lagi.

Changbin teringat pada kejadian semalam. Rasanya panik setengah mati menemukan pemuda yang terluka itu dan ingin membawanya ke rumah sakit. Terlebih pemuda itu justru tidak bergerak dan berbicara lagi.

Saat itu Changbin mengira pemuda itu sudah mati. Butuh tiga menit untuk Changbin mengingat cara memastikan seseorang mati atau tidak. Changbin bahkan sempat berpikir untuk melakukan CPR atau memberi napas buatan sebelumnya.

Sebenernya Changbin sempat berpikir untuk kabur saja. Kepanikan berhasil membuatnya bertindak seperti orang bodoh.

"Permisi."

Changbin sedikit tersentak dan segera menoleh pada pemuda di sampingnya.

"Apa aku membuatmu kaget?"

"Iya, tapi yang semalam lebih mengagetkan."

Namanya Kim Seungmin. Pemuda yang terluka dan pingsan semalam. Changbin memilih membawanya ke flat untuk diobati atas dasar rasa kemanusiaan. Toh, lukanya tidak separah itu.

"Terima kasih sudah menolongku."

"Apa yang terjadi padamu?" Changbin menatap Seungmin untuk menuntut jawaban. Tapi yang ditanya justru mengalihkan pandangannya. "Kalau kau tidak mau bilang, segeralah pergi dari sini."

Seungmin menoleh kaget, "Tidak. Tolong beri aku tempat tinggal beberapa hari saja."

Changbin mulai merasa curiga.

"Aku bisa membayarmu. Berapa harga sewa flat kumuhmu ini sebulan?"

"Tiga ratus lima puluh ribu won."

"Aku bayar harga sebulan untuk tinggal seminggu saja. Setuju?" Seungmin menatap Changbin penuh harap.

Sementara Changbin mendecak, "Aku bermaksud pulang ke kampung setelah jatuh tempo bulan ini."

Melihat Seungmin yang terdiam membuat Changbin semakin penasaran. Sebenarnya apa yang pemuda itu tutupi sampai terluka saja tidak mau bilang apa yang terjadi.

"Kalau kau tidak mau bilang aku akan melapor ke polisi."

Tidak diduga. Changbin pikir Seungmin akan ketakutan dan akhirnya melunak untuk angkat bicara. Tapi pemuda itu justru tersenyum tipis. Senyum yang terlihat manis dan sukses mengundang kewaspadaan Changbin.

"Aku tidak akan membiarkannya. Coba saja kalau bisa."

Changbin menyesal sudah memungut manusia di depannya ini.

"Seo Changbin, kau hanya perlu menganggap seolah aku ini adalah teman lama dan bersikaplah dengan baik layaknya saudara."

Entah kenapa Changbin sekarang berharap Han Jisung menggedor pintu flatnya dan menyelamatkannya dari situasi ini.

"Kau psikopat, ya?"

Seungmin mengernyit mendengar pertanyaan itu.

"Kau seorang kriminal?"

Kernyitan di dahi Seungmin semakin dalam. "Aku cuma seorang pengangguran yang semalam diserang oleh orang tidak dikenal."

Changbin dengan berani menatap Seungmin setengah kesal, "Lalu kenapa tidak mau lapor polisi? Maksudku ini baik."

"Aku kabur dari rumah."

Changbin menatap Seungmin tidak mengerti.

"Orangtuaku mencariku karena aku kabur dari rumah."

"Kenapa kau kabur?"

Seungmin menggaruk telinganya dengan tangan kiri, "Kau banyak tanya sekali, sih? Aku seperti berhadapan dengan Nenekku saja."

Mata Changbin membola, "Kau membandingkan aku dengan Nenekmu? Bagaimana bisa?"

"Karena kau banyak tanya."

"Kau hanya tinggal menjawabnya, bukan? Semuanya akan selesai dengan cepat jika kau menjawabnya dengan cepat juga."

Seungmin menatap keluar jendela sebelum kembali menatap Changbin, "Aku menjawab semauku saja."

Brak! Brak! Brak!

Kedua pemuda di dalam flat itu tersentak dengan suara gedoran di pintu. Changbin segera beranjak untuk membukakan pintu sebelum pintunya rusak lebih lanjut.

Han Jisung menyambut Changbin dengan cengiran andalannya. Sementara pemuda yang baru membuka pintu menatapnya jengah.

"Seo Changbiiin. Selamat pagiiii." Jisung menunjukan keresek putih di kedua tangannya. "Aku membawakanmu sarapan."

Seketika mata Changbin berbinar melihatnya. Dia tidak peduli lagi bagaimana tidak sopannya sikap Jisung menggedor pintu flat beberapa waktu lalu.

"Ini aku membelikanmu karena teringat pada kesengsaraanmu kemarin dan maaf karena semalam aku tidak jadi mampir." Jisung mengulurkan barang bawaannya, "tolong dinikmati."

Changbin dengan senang hati menerima keresek yang diberikan Jisung, "Terima kasih. Kau penyelamatku, Han."

"Aku sudah dapat pekerjaan. Aku pergi bekerja dulu, ya."

Jisung berjalan begitu saja meninggalkan Changbin yang menatapnya terkejut. Tentu saja Changbin tidak menyangka Jisung akan mendapat pekerjaan secepat itu.

Changbin berbalik dan tidak menemukan Seungmin yang sebelumnya duduk di karpet lantai. Namun saat hendak menutup pintu, tubuhnya tersentak menemukan pemuda itu sudah berdiri di pojok sana.

"Kenapa kau suka sekali membuatku terkejut?!"

Seungmin mengabaikan protes Changbin karena lebih tertarik pada hal lain, "Kau menerima sumbangan, ya?"

"Aku sedang krisis ekonomi."

"Biarkan aku tinggal disini seminggu maka aku akan memenuhi kebutuhan panganmu selama itu."

Changbin melenggang dan segera duduk di karpet lantai, "Setuju. Sekarang ayo kita makan."

[]

masih adakah pembaca cerita ini? :'
lama banget aku anggurin :')

masih adakah pembaca cerita ini? :'lama banget aku anggurin :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ᴇɴᴛʀᴀɴᴄᴇ || ꜱᴇᴏ ᴄʜᴀɴɢʙɪɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang