𝙥𝙧𝙚 - 𝙨𝙩𝙤𝙧𝙮

40 11 2
                                    

Dari sepuluh perusahaan yang dikirim surat lamaran, tidak ada satupun yang bersedia menerimanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari sepuluh perusahaan yang dikirim surat lamaran, tidak ada satupun yang bersedia menerimanya. Padahal Changbin sudah menegaskan kalimat di posisi yang dibutuhkan untuk memperbesar peluang saingan. Tapi lihat, bahkan tidak untuk pekerjaan cleaning services.

Mungkin, hari ini Changbin masih belum beruntung. Dewi Fortuna sedang menyiapkan keberuntungan dengan ancang-ancang kesengsaraan yang dialaminya.

Biarkan Changbin berharap untuk menyemangati diri sendiri.

Sudah tiga bulan berlalu sejak hari kelulusannya dan selama itu dirinya masih bergantung dari uang kiriman orangtua yang tidak seberapa. Dan, berita mengejutkan datang satu jam yang lalu dalam dering ponsel panggilan telepon dari Ibunya. Kabar buruk. Ayahnya terlibat kecelakaan lalu lintas. Lebih buruk lagi, Changbin yang harusnya mendapat kiriman uang besok terpaksa ditunda. Entah sampai kapan. Ibunya berkata seminggu paling telat.

Nasib anak rantau.

Di depan pintu minimarket, Changbin meratapi empat koin kembalian di telapak tangannya sebelum disimpan ke dalam saku celana. Tujuh mie instant dengan berbagai macam varian rasa namun harga tetap rata-rata mungkin pilihan terbaik saat ini. Ya, sementara waktu saja. Sampai ada uang untuk membeli nasi dan lauk sayur yang lebih baik.

Untungnya Changbin bukan perokok atau penggila minuman soda maupun alkohol. Changbin tentu sadar keadaan ekonominya belum cukup memadai. Meskipun jika ada kesempatan, dua kaleng soda bisa lolos masuk ke dalam daftar struk belanja.

Sekarang ada masalah lain. Perutnya berisik minta dijejal makanan, maka tidak ada banyak waktu untuk adegan mendrama lainnya. Changbin harus bergegas pulang dan memasak mie instant untuk kesejahteraan, kemakmuran serta kelangsungan hidupnya di dunia yang singkat ini.

Berjalan menyusuri jalanan sembari memikirkan rasa mie apa yang cocok untuk dimasak malam ini membuatnya memiliki secercah kebahagiaan. Changbin ingat masih ada tiga telur di dalam kulkas dan itu membuatnya semakin bersemangat. Kesengsaraan hari ini akan segera berakhir.

"Kampret!"

Tidak. Belum berakhir. Orang yang menabraknya kabur begitu saja tanpa minta maaf. Changbin naik pitam. Dia lapar dan orang tadi membuatnya marah. Rasanya Changbin ingin memakan orang itu saja.

"Minggir!"

Tubuh Changbin berbalik. Kedua matanya membola saat melihat sepeda yang melaju cepat sekali di jalan menurun ini.

Bruk!

"Astaga, pertanda apa ini?" Changbin mengusap wajahnya kesal.

Dia lapar.

[]

dark mode look's better

ᴇɴᴛʀᴀɴᴄᴇ || ꜱᴇᴏ ᴄʜᴀɴɢʙɪɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang