Satu hal yang ku tahu saat bertemu kembali denganmu, the way I feel for you.
My everything - Ariana Grande
---
Detak jarum jam terdengar di sebuah ruangan yang cukup luas dengan penerangan minim. Terlihat Putri terbaring di sebuah ranjang queen size, sedari tadi menatap langit kamar. Merenung pada acara pagi tadi. Sungguh dirinya masih tak percaya, bertemu kembali dengan mantan bukanlah hal yang diinginkannya apalagi kini hubungan mereka sebagai bos dan bawahan.
Putri mendesah pelan kemudian memejamkan mata, kilasan masa lalu terlintas di pikirannya.
Tiga manusia berlawanan jenis tengah bercengkrama di salah satu meja dekat jendela kaca sebuah café di Amerika. Terlihat dua wanita tertawa mendengar cerita sahabat pria mereka.
"Emang dasar Andre keganjenan, liat cewek mulus dikit aja langsung nyosor kenalan pake acara nyium tangan segala lagi. Eh, taunya si cewek transgender, anjir." Ujar pria tersebut tertawa setelah menceritakan liburannya bersama Andre saat di Thailand yang membuat kedua sahabat wanita di hadapannya ini makin terbahak.
"Bangsat lo, Ray! Puas lo ceritain gue?!" Seseorang dengan sengaja tiba-tiba mendorong kepala Ray dari belakang.
"Aduhh! Sakit bego!" Pekikan sekaligus umpatan dari Ray menatap kesal pada orang yang sejak tadi menjadi bahan tertawaan duduk di sampingnya tanpa rasa bersalah sama sekali.
"Bahagia banget lo bikin gue malu!" Ucapan Andre membuat mereka makin terbahak. "Sialan!"
"Nggak sanggup gue bayangin gimana muka lo saat itu, Ndre." Ujar Putri yang masih belum menghentikan tawanya.
"Aduh, sakit perut gue ketawa." Keluh Clara yang duduk di samping Putri.
"Rasain, kualat kan lo ngetawain gue!" ujar Andre pada Clara yang belum juga berhenti tertawa. "Jadi si tuan Putri kita ini bakal balik ke Indonesia?" Tanya Andre mengalihkan pembicaraan.
"Iya, nih udah beli tiket. Dua hari lagi gue dah balik." Jawab Putri setelah meredakan tawanya. Ia lalu menunjukan tiket penerbangannya.
"Ih, kok cepet banget sih?! Belum puas nih quality time bareng elo." Ujar Clara.
Putri terkekeh geli melihat Clara memajukan bibirnya cemberut. "Giliran gue mau pergi lo cemberut gitu. Kalau rindu nanti tinggal video call aja, Ra. Hp lo kan apel kegigit masa gak bisa video call-an sih."
"Tapi tetap aja gue bakal rindu ama lo."
"Kenapa harus balik sih?!" Ray juga ikut cemberut seperti Clara.
"Ya gue rindu mama papa gue, Ray. Kan lo tau sendiri keluarga gue di sana, kampung gue juga di sana lagipula gue udah nyelesain study di sini."
"Lo gak ada niat lanjutin S2 di sini?" Tanya Andre setelah meyebutkan pesanannya pada pelayan.
"Niat sih ada tapi belum sekarang, gue kerja dulu. Kalian emang kapan balik ke Indo?" Putri menatap mereka satu persatu.
"Aduh put, keluarga gue kan udah menetap di sini paling juga balik ke Indo kalau nanti berkunjung ke rumah Eyang gue." Ujar Clara.
"Gue masih harus nyelesain S2 dulu." Ujar Ray kemudian Putri menjatuhkan tatapannya pada Andre.
Andre yang mendapat tatapan seperti itu menyahut, "Sama, gue juga masih harus nyelesain S2."
"Ah, elah, ngikutin gue mulu lo. Kalau fans ngomong dong. Sini gue tanda tangan!" Ujar Ray seolah masih saja belum puas membuat Andre kesal hari ini.
"Bangsat! Di sini kita dalam kondisi yang sama tapi elo keduluan ngucapinnya bego, bukan berarti gue yang fans sama lo!" Geram Andre menatap tajam Ray yang selalu mencari gara-gara padanya.
"Ya, setidaknya kreatif dikit lah jawabnya. Misal gue masih lanjutin pendidikan di sini, gitu dong. Gak musti pake kata yang gue ucapin." Perkataan Ray tentu saja semakin membuat Andre geram padanya hingga pertikaian mereka berdua tak terelakkan, hal ini membuat Clara dan Putri jengah melihatnya.
Clara memutar bola matanya malas, tak sengaja menangkap sosok yang ia kenali memasuki café tempat mereka berada saat ini. "Put, Put! Itu bukannya Adam ya?!"
Putri menoleh ke arah yang ditunjuk Clara. Sosok itu berjalan menuju kerumunan pria dan wanita yang berada tak jauh dari meja mereka saat ini.
"Ngapain dia di sini? Wait, siapa wanita yang di gandengannya?" Ucapan Clara membuat Putri menatap wanita yang di samping Adam. Dilihat dari segi wajah sepertinya wanita itu berumur lebih muda dari mereka berempat.
Andre dan Ray sedari tadi telah berhenti adu mulut karena atensi mereka tertuju pada sosok yang dimaksud Clara. Mereka mengenal sosok pria itu siapa lagi kalau bukan Adam Putra, senior mereka yang berstatus kekasih nya Putri.
Terlihat wanita yang bersama Adam tengah berbicara pada kerumunan itu yang berjumlah 5 orang dan mengenalkan Adam pada mereka. "Oh ya, kenalin ini Adam, kekasihku."
Putri, Clara, Andre langsung kaget, dan Ray terbatuk-batuk hebat setelah minum dan mendengar pernyataan wanita itu barusan sontak membuat pengunjung di café menatapnya, begitu pun dengan Adam beserta kerumunannya.
"Putri?!" Pekik Adam yang kaget melihat sosok yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Hal ini juga membuat pengunjung café fokus menatapnya.
Tetesan air jatuh di pipi ketika Putri memejamkan matanya kemudian berdiri. Adam melihat itu. Tak berselang lama Adam melihat mata itu terbuka menampilkan sorotan kehancuran di dalamnya, menatapnya dengan tatapan terluka.
Putri berjalan mendekati Adam. Kini Adam melihat tatapan itu berada dekat di hadapannya. "Aku bisa jelasin." Ujar Adam menatap lekat mata indah sang kekasih.
PLAK.
Suara tamparan itu cukup keras. Pengunjung café kaget melihat kejadian itu. Adam merasakan perih di pipi kirinya, ia cukup kaget dengan tamparan tiba-tiba yang dilayangkan Putri padanya tapi tak seberapa dengan kalimat yang diucapkan Putri selanjutnya, "Kita putus!"
Putri kemudian membuka mata, menahan diri ingin menangis. Pertemuannya kembali dengan Adam membuka luka lama yang ditorehkan pria itu padanya. Meski Adam menorehkan luka, namun tak urung kenangan manis masa lalu mereka membuat dada Putri sesak.
Mulai hari ini, Putri menyadari dirinya butuh tenaga ekstra untuk menjalani hari-hari yang akan datang. Terutama pada hatinya yang entah kenapa masih bereaksi sama seperti dulu saat mereka bersama.
Sedangkan di tempat lain di kawasan kota Jakarta, di lantai 7 sebuah apartement mewah seorang pria tinggi tegap berdiri di dekat jendela kaca besar yang menampilkan langit malam kota Jakarta. Dia, Adam Putra pemilik Blanc Corp perusahaan raksasa yang memiliki beberapa cabang perusahaan di seluruh Indonesia.
Adam tersenyum, kejadian pagi tadi membuat sudut bibir pria yang 2 tahun lagi berkepala tiga itu tak henti-hentinya tertarik ke atas mengingat kekagetan dari sosok yang amat dirindukannya. Putri, wanita yang berstatus kekasihnya, ah ralat, mantan, kini berada dekat dengannya memudahkan rencana yang telah lama disusunnya.
Mantan, kata yang dibenci Adam saat ini. Kata itu yang selalu membuatnya merasakan sesak di dada, menahan segala rasa yang sungguh menyakitkan untuk ditahan. Helaan napas perlahan dikeluarkan Adam ketika memori kesalahpahaman itu menyeruak ke permukaan.
Bunyi sebuah pesan masuk di ponselnya membuyarkan ingatannya pada masa lalu. Dua hari lagi aku akan datang. Lagi, senyum terpatri di wajahnya setelah membaca dan membalas pesan dari seseorang yang ditunggunya. Ia memang harus segera menyudahi segala kesalahpahaman yang terjadi selama ini. Sudah cukup 2 tahun ini bagi Adam siksaan yang dirasakannya.
---
Happy Friday!
Semoga suka cerita ini. Maafkan banyak typo. Bagian ini memang pendek (kaya si penulis).
Love,
Isnajkt
YOU ARE READING
Breath
RomanceEnam tahun menjalin hubungan asmara namun harus kandas, penghianatan di masa lalu membuat Putri ingin mengubur masa lalunya itu. Namun semesta dengan segala kemampuannya, memaksanya berada di lingkungan sang pria masa lalu setelah dua tahun berpisah...