•Bagian 3•

203 13 0
                                    

DENGAN rambut kucir ekor kuda, sepatu berwarna putih ditambah kaos kaki tenggelam didalamnya, Syrenka berjalan hampir setengah berlari. Ditemani permen coklat susu kesukaannya ia mencari keberadaan cowok yang ia pinjami kaos kakaknya tiga hari yang lalu.

Mereka tidak satu kelas membuat Syrenka semakin kebingungan mencari, apalagi ini desakan Elang-kakaknya yang harus cepat mengambil kaos miliknya. Kaos yang Syrenka pinjamkan untuk Fredo ternyata kaos kelas yang seharusnya Elang gunakan untuk ulang tahun kampusnya dua hari lagi, tapi Fredo tak kunjung mengembalikannya. Terpaksa harus dirinya yang susah payah sekarang.

"curut satu mana sih" gumamnya sambil sesekali menanyakan keberadaan cowok tengil pada siswa siswi yang ia lewati.

Ia terus menyusuri koridor kelas yang menuju kantin tempat 'geng kapas' biasanya berkumpul, tapi tak satupun member dari 'geng kapas' terlihat dimata Syrenka pagi ini.

"apa jangan jangan bolos berjamaah sih" gerutunya lagi. Ia mulai bosan dan capek sendiri berjalan memutari sekolah yang berhektar hektar lebarnya. Permen coklatnya pun hampir habis dan ia belum menemukan batang hidung cowok yang ia cari.

"mana gak punya nomernya lagi, curut curuttt"

Akhirnya Syrenka menyerah. Merasakan keringat mengucur dipelipisnya bahkan ini masih pagi dan udara masih segar, ia memutuskan untuk kembali kekelas dan menanyakan keberadaan Fredo pada Sean yang satu kelas dengan Syrenka.

Hampir saja ia berbalik badan, suara berat khas cowok memanggil dirinya dengan sebutan duyung lagi dan lagi. Ia semakin risih ketika ia menyadari suara tersebut berasal dari Sean.

Suara Sean sangat menyebalkan baginya bahkan kupingnya bisa saja memanas karena Sean terus menerus memanggilnya dengan julukan bukan namanya yang asli.

"apa?" jawabnya sambil memutar bola matanya malas. Tangan kanan yang semula berada disamping badan, kini telah berada dipundak kiri Sean sedangkan tangan kanannya sudah mengepal ringan berniat melayangkan tinju kapanpun Syrenka suka.

"eh sabar sabar" ucapnya saat melihat raut wajah Syrenka menjadi sangat tidak enak dipandang. "nih gue disuruh kangmas Dodo ngembaliin baju lu. Dia gak masuk tiga hari ini" lanjut Sean, ia menyodorkan kantong kresek warna abu abu gelap itu kepada Syrenka.

"makasih" hanya itu yang dapat Syrenka ucapkan karena memang itu yang diperlukan, tidak ada hal lain lagi yang harus ia lakukan bersama Sean.

"yah gitu doang, kirain mau nraktir baso" canda Sean sambil membuat dua jarinya berbentuk tanda Vicoria.

"gak sudi" cerca cewek itu yang akhirnya memilih lari meninggalkan Sean yang masih mematung dibelakangnya tersebut.

"kok dada gue sesek ya" lirihnya, ia memegangi dada kirinya selepas Syrenka pergi dari tempat itu. Dadanya sedikit sesak tiba tiba. Seingatnya dia tak memiliki riwayat penyakit apapun dalam tubuhnya.

Ia mencoba tidak memikirkan apapun tentang ini, akhirnya ia memutuskan untuk bergerak pergi, sebentar lagi pukul pukul 7 pagi yang artinya pelajaran akan segera dimulai. Ia bergegas pergi kekantin untuk mengisi perutnya dulu. Makan adalah nomer satu dihidupnya.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Sean menemukan Leon yang duduk sendiri ditempat mereka biasanya berkumpul. Cowok yang telah membantunya mencari tahu tentang keberadaan putri duyung. Hanya Leon yang benar benar membantunya, karena menurut cowok keturunan Cina tersebut hal ini adalah hal yang cukup menyenangkan bagi dirinya.

"Le, gimana?" tanya Sean kepada sahabatnya itu. Hampir saja ponsel Leon melayang karena terkejut.

"ebujukkk ngagetin lu, apanya?"

My Love From the OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang