Chapter 6

133 22 4
                                    

Hari berlalu begitu saja. Hidup lebih terasa seperti mimpi. Terkadang kita bermimpi buruk, terkadang kita bermimpi indah. Bahkan kita tidak tahu batas Tuhan memberi kita mimpi buruk atau bahkan sebaliknya. Seperti hari-hari yang telah berlalu. Saat hal-hal buruk datang tapi itu tidak selamanya dan sekarang aku merasakan kebahagiaan. Entah sampai kapan...

"Nikken... Nikken... bangun!"

"Sanha... Bisakah aku dapatkan waktu lebih lama? Mataku tak mau terbuka."

Sanha tak menyerah menarik selimut dan menggelitik kakiku.

"Iya, iya aku bangun."

"10 menit kita tunggu di ruang makan ok!"

Dengan enggan aku merapikan tempat tidur dan sedikit merapikan diriku. Terlihat meja penuh dengan makanan yang aromanya mengundang selera.

"Wahhh apa hari ini hari spesial?"

"Ibunya Sanha mengirim makanan, cepat duduk yang lain sudah kelaparan." Jinjin menarik tanganku.

"Rocky mana?" Tanyaku.

"Kupanggil dia tak mau bangun. Sudahlah kita duluan saja tau sendiri Rocky seperti apa. Nanti juga makan sendiri."

Kami menikmati makan dengan penuh canda tawa. Ini terasa lebih mudah, setidaknya aku tak merasa sesak lagi berada disini.

"Nikken apa rencanamu hari ini?"

"Sepertinya aku beristirahat untuk hari ini Eunwoo. Besok aku mulai bekerja."

"Hmmm, baiklah. Hari ini aku ada jadwal syuting. Yang lain juga sepertinya ada jadwal pemotretan."

"Tidak aku dan Rocky" jawab Mj.

"Baguslah aku tidak sendiri di rumah."

"Tapi aku ada janji diluar dengan teman SMA ku. Sepertinya Nikken harus mengakrabkan diri dengan Rocky."

Aku terdiam sejenak mencerna perkataan Rocky, "Ta-tapi,"

"Tak apa Nikken, Rocky aslinya baik kok, hanya dia susah menerima orang baru." Moonbin meyakinkan, diikuti anggukan yang lain.

***
"Kita berangkat dulu Nikken. Kalau ada apa-apa whatsapp ya!" Jinjin pergi diikuti yang lainnya.

Aku terduduk di depan tv sambil mencari-cari acara yang bisa ditonton. Waktu tak terasa berlalu, ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 11.30. Aku melirik ke arah kamar Rocky tapi seperti tak ada kehidupan. Dengan mengumpulan keberanian aku memdatanginya.

Badannya masih tergulung selimut, "Rocky, apa kau tak lapar? Sebaiknya makan dulu?" Tak ada jawaban. Kutarik sedikit selimutnya dan terlihat wajah Rocky begitu pucat.

"Badanmu panas sekali!, apa kamu mau ke dokter?"

"Tak usah. Tak usah pedulikan aku! Keluar saja"

Aku terdiam dan keluar dari kamarnya. Awalnya aku berusaha bersikap acuh, tapi apa daya. Kuhangatkan air untuk kompres dan mulai membuat bubur.

"Hhhhhh... apakah ini benar kulakukan? Entahlah...."

Aku masuk ke kamar Rocky sembari membawa air kompres. Selimut yang menutupi wajahnya aku tarik.

"Apa kamu tidur?" Tanya ku berbisik dan Rocky tak bergeming.

Aku duduk disebelahnya dan mulai memgompres.

"Apa ini? Aku tak perlu."

"Diam saja!"

Rocky hanya melihatku yang tak menghiraukan ucapannya. Setelah mengompres aku bawakan bubur yang aku buat.

"Duduklah! Kamu harus makan dulu!"

"Aku bilang tak perlu!"

"Apa kamu akan tetap seegois ini? Haruskah aku bilang pada yang lain dan buat mereka khawatir?"

Rocky sejenak menatapku dan berusaha untuk duduk. Aku tersenyum seraya menyodorkan bubur yang ada ditangan ku.

"Nanti kalau sudah selesai makan, panggil aku diluar."

"Nikken."

Aku berbalik menaikkan alisku.

"Terimakasih."

Aku keluar dengan perasaan bertanya-tanya, "Ternyata dia bisa berterimakasih."

Setelah beberapa menit Rocky keluar dengan nampan makanannya.

"Bukankah sudah kubilang panggil aku saja kalau sudah selesai?" Ucapku sembari mengambil nampan yang dia bawa.

"Obat apa yang biasa kamu minum?"

"Aku ambil sendiri."

"Ini airnya. Istirahatlah lagi setelah minum obat."

"Aku mau disini dulu. Bisakah kamu masuk ke kamar saja! Aku ingin sendiri."

Aku hanya menurut dengan perasaan dongkol. "Dasar...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Always You AstroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang