Chapter 5

177 30 4
                                    

Sesampainya di kantor polisi aku menjelaskan kalau itu heels milikku. Para anggota kepolisian pun mengupdate berita kalau heels itu bukan lagi barang bukti. Moonbin yang sedari tadi memerhatikan nampak memasang wajah terkejut.

Saat sudah berada di dalam mobil Moonbin membungkukkan badan dan mengangkat kakiku.

"Ini harus segera dibersihkan. Lukanya lumayan parah. Nanti sampai rumah kita bersihkan. Apa sakit?"

Aku hanya mengangguk mendapati sikap manisnya.

"Nikken, aku tak tahu kamu seberani itu. Mungkin ini karena kita belum saling kenal. Tapi tak bisa aku pungkiri aku sangat kagum padamu."

Hatiku terasa berbunga-bunga mendengar ucapan Moonbin. "Bukankah aku pernah melakukannya untukmu." Candaku.

Moonbin hanya tersenyum manis. Sambil sesekali tertawa kecil. Entah apa yang dia pikirkan.

Moonbin menuntunku masuk apartement. Di dalam terlihat ramai hingga aku dapati sosok Chun Hae duduk dipangkuan Sanha. Dia nampak terkejut melihatku.

"Kak Nikken...!"

Semua mata tertuju padaku saat anak kecil itu menghambur dalam pelukan. Semua orang memasang wajah penuh tanda tanya kecuali orang tua Chun Hae yang menyadari akulah yang menyelamatkan anaknya.

Ayah dan Ibu Chun Hae bergegas menemuiku dan membungkukkan badan seraya mengucap terimakasih. Aku segera membungkukkan badan juga membalas apa yang dilakukan orang tua Chun Hae. Orang dalam apartement mendadak sunyi sampai akhirnya Chun Hae berkata, "Kak Sanha dialah superhiro yang aku ceritakan."

Aku yang memandang gemas Chun Hae segera menarik kedua pipi tembemnya seraya memberi pelukan. Sanha datang menghampiriku. "Nikken terimakasih. Ini kedua kalinya kau menyelamatkan orang yang berharga dalam hidupku. Terimakasih."

"Aku bahagia karena Chun Hae tak apa." Jawabku sembari melemparkan senyum.

"Nikken, lukamu harus segera dibersihkan." Moonbin menyela percakapan.

"Apa dia terluka? Mana?" Sanha mulai memasang wajah prihatinnya.

Moonbin yang menunjuk kearah kaki ku membuat yang lain memintaku untuk duduk. Jinjin yang sedari tadi menyimak dengan sigap membuatkan air hangat untuk membersihkan lukaku.

Aku baru melihat betapa manisnya enam orang itu memperhatikanku. Tidak. Lima orang maksudku. Rocky masih tetap dengan ekspresi dinginnya. Tapi aku tak begitu terbawa karena yang lain memperhatikan ku habis-habisan.

"Selesai..." saat Sanha berhasil memperban lukaku.

"Sanha. Ayah dan Ibu pulang dulu, sebentar lagi malam tiba."

"Baik Ayah, Ibu."

"Kak Nikken, Chun Hae pulang ya!" Bocah kecil yang sedari tadi duduk dipangkuanku melambai pelan menuju keluar ruangan mengikuti ayah dan ibunya.

Sanha dan yang lainnya mengantar mereka sampai di depan pintu. Aku yang hanya bisa terduduk di sofa merasa sedikit ada kehidupan di tempat yang awalnya aku sebut sebagai neraka ini.

"Nikken apa kau lapar?" Tanya Jinjin yang langsung duduk disebelahku.

"Mau aku belikan sesuatu?" Mj mulai menawarkan diri.

"Tidak. Aku tidak lapar." Jawabku.

Semua orang disitu mendadak baik padaku terkecuali Rocky. Aku tak mau ambil pusing dulu karena sudah lelah dengan semua keadaan.

"Kita harus memberi Nikken sesuatu atas semuanya. Apa ada yang kau inginkan?" Tanya Eunwoo yang mendapat dukungan dari teman-temannya. "Apa kau mau tanda tanganku? Kau tau kan aku yang paling memiliki pesona?" Sambung Eunwoo dengan cengiran di wajahnya.

Tak berselang beberapa detik Sanha mendaratkan bantal sofa ke wajah Eunwoo. Aku terkekeh melihat interaksi mereka.

"Kalau aku boleh mengurutkan kalian, Eunwoo adalah orang yang menempati posisi ke enam." Jawabku polos yang mengundang gelak tawa anggota lainnya.

Eunwoo yang terkaget merasa tak terima. "Lalu siapa nomor satunya?" Kini semua mata menatap kearah ku untuk mendapatkan jawaban. Tapi aku tak bisa menjawabnya.

Always You AstroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang