DUA BELAS

114K 6.3K 260
                                    

He'em...he'em....berhubung saya lelah dan emosi membaca komentar Next dari kalian. Diharapkan dengan sangat untuk membudayakan membaca sampai part terakhir.
Dan diharapkan tidak ada lagi yg komentar lanjut atau Next dsb nya. Ingat budayakan membaca.

...

Selamat membaca.

Kay sedang duduk ditaman belakang rumah sambil membaca komik romantis kesukaannya. Kay menoleh sekilas ketika mamanya datang dan duduk dibangku sebelahnya.

"Kay" panggil mamanya dan Kay menoleh.

"Iya Ma?"

"Mama perhatikan kamu udah dua minggu loh nggak kekampus" ucap Mamanya dan Kay mulai duduk dengan gelisah. Wajah Kay merona mengingat pertemuan terakhirnya dengan Arkan yang terciduk sedang mengelus wajah Arkan. Saat itu Kay langsung berlari masuk kedalam rumah tanpa permisi dan tanpa pamit. Jadi bagaimana caranya ia bisa melihat wajah Arkan dengan biasa-biasa saja lagi sekarang?

"Kay ngurus skripsinya semester berikutnya aja deh Ma, ya?" Kay berusaha memujuk mamanya.

"Nggak sekalian dikehidupan berikutnya aja?" tanya mama Kay sinis dan Kay langsung paham bahwa permintaannya ditolak.

"Kay nggak mau skripsi sama dosen pembimbing Kay yang ini Ma" rengek Kay.

"Bukannya di fakultas kamu mau sampai kiamat juga nggak bisa ganti dosen pembimbing ya?" tanya mamanya dan Kay mengangguk lemah.

"Ya udah kalau gitu. Sekarang kamu ke kampus dan urus skripsi kamu sana" usir mama Kay dan Kay langsung cemberut.

"Kay resepsi aja deh, nggak usah skripsi. Ya Ma?" pinta Kay sambil mengedip-ngedipkan matanya dengan manja.

"Ternyata kamu keenakan mama jodohkan ya. Gini aja kalau gitu. Kalau kamu nggak seminar-seminar juga sampai bulan depan. Kamu mama nikahkan dengan bujang lapuk umur 49 tahun Mau?!" ancam mamanya dan Kay langsung menatap mamanya dengan pandangan horor.

"Buset Ma. Seumuran papa. Kenapa nggak mama aja yang nikahinnya jadi laki kedua" ucap Kay yang langsung mendapatkan tamparan keras dilengannya.

"Duh Mama ih sakit tau"

"Makanya jangan suka ngomong yang aneh-aneh" timpal mamanya.

"Mama duluan yang ngomong aneh-aneh. Masa Kay dinikahkan sama yang tua begitu. Papa mana setuju" ucap Kay dengan yakin.

"Papa kamu pasti ngikut apa kata mama. Kamu lupa kalau papa kamu itu bucinnya mama"

Kay mendengus merasa kalah dengan kenyataan yang diucapkan mamanya.

"Sana kampus! Pokoknya mama nggak mau tau kamu harus seminar bulan depan kalau nggak kamu harus nikah dengan bujang lapuk pilihan mama"

"Kalau Kay seminar? Kay nikahnya sama Arkan?" tanya Kay lagi.

"Iya. Kalau kamu berhasil seminar, mama akan atur kamu dengan Arkan" ucap mamanya dan Kay meringis dengan sensasi ngeri-ngeri sedap saat mendengar nama Arkan yang terbayang oleh Kay adalah wajah dosen pembimbingnya bukan wajah Arkan calon suaminya lagipula Kay memang belum melihat wajah Arkan si calon suaminya.

"Tapi Kay belum lihat loh wajah Arkan. Mama nggak ada fotonya gitu?" tanya Kay penasaran.

"Ada sih Kay tapi foto masa kecil kalian. Mama lupa ngeletakin albumnya dimana. Udah lama sih"

Mata Kay langsung membulat. "Masa kecil kami?" tanya Kay semakin penasaran.

"Iya waktu kecil kan kamu sampai tidur dirumah Mamanya Arkan gara-gara kamu nggak mau pulang, mau nya nempelin Arkan mulu. Kamu kalau disuruh pulang langsung nangis. Kalian lucu banget saat itu. Wajah Arkan apalagi sampai cemberut kamu tempelin terus meskipun akhirnya Arkan pasrah saja setelah diomeli kedua orangtuanya. Kalian seperti abang adek yang sangat akrab. Sayangnya Arkan harus ikut orangtuanya pindah karena ayahnya Arkan pindah tugas ke luar kota saat kamu sedang persiapan masuk SMP. Mama pikir kamu masih ingat Kay. Kamu bahkan ngancam Arkan kalau kembali lagi ke sini Arkan harus langsung nikahin kamu"

SCRIPTSHIT (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang