"Wajah mu pucat sekali, Wonwoo-ya," ucap Jisoo, yang kini duduk di samping Wonwoo. Pria manis itu mengusap pipi tirus sang adik, dan memandanginya dengan cemas. "Apa tidak sebaiknya ke rumah sakit? Biar nanti hyung antar."
"Aku hanya lelah, hyung, tidak apa-apa," sahut Wonwoo, dengan senyum manis mengembang di bibirnya. Ia dengan manja menyandarkan kepalanya pada bahu Jisoo.
Jisoo dengan gemas mengacak surai madu sang adik. Mengecup pelipisnya dengan penuh perasaan. "Jangan sakit, adik ku. Sakit mu menyakiti semuanya."
"Mnm." Wonwoo menganggukkan kepalanya. Matanya tiba-tiba memanas. Namun ia hanya diam tak bersuara. Hingga pandangannya tiba-tiba beradu dengan Mingyu yang baru saja keluar dari dapur, dengan segelas susu cokelat di tangannya. Sukses membuat air mata yang masih menggenang itu, perlahan-lahan menetes dan mengalir. "Hiks..."
"Wonu, kamu kenapa?" Jisoo yang merasa bahunya basah, terkejut melihat wajah adiknya sudah basah oleh air mata.
"Hyungie-ya," panggil Mingyu lembut, langsung meletakkan susu cokelatnya di meja dan berjalan menghampiri sang kekasih. Ia mendudukkan dirinya di depan Wonwoo, mengusap air mata yang terus mengalir. "Hyung kenapa?"
"Wonwoo kenapa? Sakit? Mana yang sakit?" Jeonghan yang sedari tadi menonton TV di single sofa, bergegas menghampiri salah satu adik manisnya.
Semua member langsung berkumpul melingkari Wonwoo, yang tak kunjung berhenti menangis. Laki-laki berwajah manis itu saat ini berada dalam pelukan Mingyu. Menangis terisak yang benar-benar menyakiti hati kakak dan adik-adiknya.
"Aku takut... Aku takut..." bisik Wonwoo, yang hanya dapat didengar oleh Mingyu. Laki-laki manis itu mengeratkan pelukannya, membenamkan wajahnya pada dada bidang yang begitu ia sukai.
"Aku di sini... Aku di sini... Tidak apa-apa, tenanglah... Aku di sini..." Dalam hati Mingyu berharap, tidak ada yang menyadari keanehan mereka berdua.
~Suspicious~
Butuh beberapa saat hingga Wonwoo tenang dan tidur karena lelah. Mingyu dengan penuh kehati-hatian mengangkat tubuh Wonwoo, dan membawa tubuh ramping itu ke kamar sang kekasih-kebetulan sekali mereka tidak sekamar.
"Apa yang kamu takutkan, sayang?" lirih Mingyu, sembari membelai pipi tembam Wonwoo dengan sayang. Hatinya begitu sakit melihat orang yang dicintainya menangis begitu pilu. "Apa kamu takut jika mereka tahu keadaan mu?"
Air matanya Mingyu ikut menetes. Selama ini ia juga takut, namun ia tidak bisa menunjukkannya, ia harus menjadi penguat untuk kekasihnya. "Maafkan aku, ini salahku."
~Meanie~
Seungcheol mengacak rambutnya dengan kesal. Berulang kali ia berjalan ke dapur, balik lagi menuju ruang depan, ke kamar dan balik lagi ke dapur. Seperti itu, hingga adik-adiknya merasa bingung dan jengah.
"Hyung, kamu kenapa sih?" tegur Seungkwan, yang sudah bosan dengan tingkah kakak tertuanya itu. "Kepala ku sakit melihatnya."
"Kamu sedang ada pikiran ya, Cheol-a?" tanya Jeonghan, memandang sahabat se-line nya dengan acuh.
"Apa kalian tahu sesuatu tentang Mingyu dan Wonwoo?" tanya Seungcheol, menghentikan langkahnya dan duduk di antara Jisoo dan Jeonghan.
"Maksudmu?"
"Entahlah, aku merasa ada yang aneh dengan mereka berdua." Seungcheol memijat pelipisnya yang berdenyut sakit. "Seolah-olah ada yang mereka sembunyikan."
"Benar." Woozi yang sedari tadi hanya diam mulai membuka suara. "Kenapa Wonwoo tiba-tiba menangis, padahal sebelumnya dia baik-baik saja."
Seungcheol mengangkat kepalanya, memandang langit-langit ruangan dengan pandangan yang sulit diartikan. "Apa maksud kata-kata Mingyu? Takut? Apa yang mereka berdua takutkan? Keadaan apa yang tidak boleh kami ketahui?"
~Pregnant~
Suara berisik dari dapur, mengusik tidur nyenyak Seungcheol. Pemuda kelahiran 95 itu langsung terbangun, dan melangkahkan kakinya perlahan menuju asal suara. Dengan mata sebelah tertutup, ia nyaris tersandung saat mendapati rubah cantik sedang berkutat di dapur. Jemari-jemari lentiknya dengan telaten mencelupkan cokelat bar ke dalam segelas cokelat hangat di hadapannya, dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Manik hazelnya lantas berkaca-kaca. Bibir tipisnya mengerucut lucu.
Mata Seungcheol sontak membola melihat bungkus cokelat bar yang menyebar di atas meja. Membayangkan betapa manis pahitnya memakan cokelat bar berpadu cokelat hangat, membuat Seungcheol mendadak mual.
Ia lantas berdehem pelan, mengejutkan Wonwoo yang langsung menjatuhkan cokelat bar yang ia pegang ke dalam segelas cokelat panas.
"Belum tidur, Nu?" tanya Seungcheol sembari menghampiri adik manisnya itu---duduk di seberangnya.
"Aku lapar, hyung," jawab Wonwoo ragu, ia memandang bungkusan cokelat di atas meja. "Hyung tahu sendiri aku tidak bisa masak, juga tidak enak jika harus membangunkan Mingyu ataupun Seokmin, jadi aku memakan cokelat-cokelat ini."
Seungcheol menghela nafas dan mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Wonwoo. "Kenapa tidak membangunkan, hyung? Hyung bisa membuatkan mu sesuatu."
"Hyung pasti lelah, jadi aku tidak ingin mengganggu." Wonwoo menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu, tidurlah, ini sudah malam. Kamu juga masih belum sembuh total," ucap Seungcheol lembut, yang langsung diangguki oleh Wonwoo.
Pemuda manis itu langsung bangkit, mengucapkan, "Selamat malam," dan melangkah pergi meninggalkan sang pemimpin yang hanya terdiam.
"Wonu~ Apa yang kamu dan Mingyu sembunyikan sebenarnya?" lirih Seungcheol, sembari memandang rembulan dari balik jendela.
"Kita bisa merahasiakan apa saja
Semuanya
Segalanya
Namun, akan ada satu mata yang tetap bisa melihatnya"
-CN Angel-
To be continue...
Hola hola, gue comeback. Ada yang kangen gak nih sama Pregnant? Sama uri Wonu yang manis?
Maaf banget ya, baru bisa update.
Jangan lupa vote and comment, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SP] Pregnant || Meanie
FanfictionBOOK 1 OF 4 FROM SERIAL PREGNANT Wonwoo tidak tahu apa yang terjadi. Saat ia melihat dua garis merah muncul di benda kecil panjang itu. Yang ia pikirkan hanyalah terjun dari atap apartemen mereka. BOOK 2 : [SP] BABY || Meanie BOOK 3 : [SP] CHILD ||...