Three Month Later
Wonwoo
Aku memandang keluar jendela rumah sakit. Matahari awal musim guur masih menumpahkan sisa sinarnya, meskipun waktu sudah menunjukkan hampir pukul 20.00. Hingga selarut ini, Mingyu belum juga datang. Padahal ia sudah ku kabari kalau hari ini aku melahirkan. Karena kepadatan jadwal Seventeen dan agensi yang mendesaknya untuk tetap ikut ambil bagian meski kehamilanku sudah masuk usia tua, ia tidak bisa menemaniku.
"Mari Tuan Jeon, sudah waktunya Anda masuk ruang operasi," ucap suster, yang sejak aku datang selalu melayaniku dengan baik. Ia membantuku turun dari ranjang dan pasien, dan naik ke ranjang yang akan menjadi saksi kelahiran buah hatiku dan Mingyu.
"Apa suami Anda tidak menemani, Tuan?" tanya suster, selagi ia mendorong ranjangku menuju ruang operasi.
Aku hanya bisa tersenyum tipis. Ingin menjawab tidak, tapi hati kecilku berharap ia datang. Ingin menjawab iya, tapi, bagaimana kalau Mingyu memang akan datang terlambat? Saat aku masih menimang-nimang jawaban yang akan ku berikan, sebuah teriakan menghentikan ranjang yang ku tumpangi berhenti. "TUNGGU!!!"
~Birth~
Mingyu
Akhirnya selesai juga acara hari ini. Tanpa menunggu anggota yang lain, aku langsung melangkah keluar studio dan memberhentikan sebuah taksi, memberikan sebuah alamat. Rasa bersalah memenuhi hatiku. Hari ini, tepatnya pukul 20.00, istriku tersayang, Wonwoo, akan melahirkan. Namun, karena kengaretan yang terjadi, akhirnya aku baru keluar studio sekarang.
"Tolong cepat, Pak," pintaku, penuh permohonan.
Aku memandang keluar jendela, berharap para bintang bisa menghapus rasa gundahku.
Butuh waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai di rumah sakit dimana Wonwoo akan melaksanakan operasi, itupun dengan aku yang terus-menerus memaksa supir untuk mengebut. Ku letakkan beberapa lembar uang di atas sofa, dan bergegas keluar. Berlari dengan kecepatan tertinggi yang bisa ku raih.
Tidak ku pedulikan orang-orang yang memandangku aneh. Aku hanya ingin menemani Wonwoo melahirkan anak kami berdua.
Begitu aku sampai di lantai dimana Wonwoo berada, dapat ku lihat para perawat sudah mulai membawanya menuju ruang operasi. Aku lelah berlari, jadi, "TUNGGU!!!", aku berteriak agar mereka berhenti.
~Birth~
Mingyu menghampiri Wonwoo dengan keringat membasahi tubuhnya, dan nafasnya yang terengah-engah. Ia menjatuhkan lututnya di samping ranjang, dan membenamkan wajahnya pada telapak tangan Wonwoo. "Syukurlah... Ku pikir aku terlambat..."
"Gyu, gwaenchana?" tanya Wonwoo cemas, ia mengusap rambut basah Mingyu, memintanya mendongak. "Tidak perlu berlari seperti itu."
"Aku takut tidak bisa menemanimu," ucap Mingyu pelan. Ia berdiri dan mengusap pipi Wonwoo dengan sayang.
Mendengar itu Wonwoo tersenyum penuh haru, dan mengecup tangan Mingyu yang berada di pipinya. "Gomawo."
Para perawat itu kembali mendorong ranjang Wonwoo, dengan Mingyu yang berjalan di sisinya, menggenggam tangan sang istri.
~Birth~
Wonwoo
Aku memandang wajah Mingyu yang terlihat pucat, sejak dokter memulai operasi. Tangannya menggenggam jemariku dengan begitu erat, seolah-olah ia sedang ketakutan. Sebenarnya kenapa?
"Gyu..." panggilku lemah.
Mingyu menoleh dan langsung mengembangkan senyumnya yang biasa; aku baik-baik saja. "Ada apa, sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[SP] Pregnant || Meanie
FanfictionBOOK 1 OF 4 FROM SERIAL PREGNANT Wonwoo tidak tahu apa yang terjadi. Saat ia melihat dua garis merah muncul di benda kecil panjang itu. Yang ia pikirkan hanyalah terjun dari atap apartemen mereka. BOOK 2 : [SP] BABY || Meanie BOOK 3 : [SP] CHILD ||...