Kekecewaan Membawa Petaka

9 2 0
                                    

Happy Dare uhuy!

@Kekecewaan Membawa Petaka@

Tangisan seseorang  berambut sebahu itu menggema mengisi kamar seorang gadis yang tidak tertata rapi. Pukulan bertubi-tubi pada bantalnya ia lakukan untuk menyalurkan kekesalannya.

Buk!

Buk!

Buk!

"Hiks tega! Dasar cowok gak tau diri! Udah gue korbanin uang jajan gue demi lo tapi tetep aja lo selingkuh!"

"Dasar burik! Jelek! Gak ganteng! Miskin! Bau Bangke! Jahat pula! Huaaaa! Kok bisa gue suka sama lo! Hiks"

Perkenalkan namanya adalah Nakdillah biasa di panggil dengan Dilla. Kemarin  ia memutuskan sang pacar karena selingkuh, ia tidak terima di perlakukan seperti ini lantas Della menjambak selingkuhan pacarnya dengan bringas, tak sia-sia kukunya yang tak pernah ia potong selama seminggu karena datang bulan berhasil membuat muka si pelakor menjadi tempat mengukir karya paling indah. Namun Dilla juga terkena bogeman oleh si pelakor yang tak terima di aniaya.

"Srup! Hidup...Hidup... Kemarin gue di tikung temen! Sekarang  malah di selingkuhin! Kadang hidup itu bukan kayak drama novel yang banyak di incar cogan." Dilla mengambil cermin kecil dari atas mejanya memperhatikan wajahnya yang sangat memperihatinkan. Mata yang bengkak karena bergadang menangis, luka di bagian pipi yang kini mulai keungu-unguan, bibir pecah-pecah, hidung seperti badut, dan rambut pun sudah seperti nenek lampir yang sudah puluhan tahun tidak ke salon.

"Akh! Dia pikir gue bakal bertekuk lutut minta balikan! Sorry Ujang! Gue bakal move on."  Ucap Dilla Bertekat kuat.

Dilla beranjak dari tempat tidurnya mengambil handuk untuk mandi, sepertinya hari ini ia butuh rehat. Membolos kerja  tidak akan membuatnya mati luntang-lantung tidak punya rumah kan?

Alhasil setelah bertapa selama 1 jam lamanya di kamar mandi Dilla mencari persegi yang entah dimana ia meletakkannya.

"Duh mana sih! Ketemu!" Ia memencet tombol bergambar 📞 untuk menghubungi seseorang .

"Halo"  ujar seseorang di sebrang sana

"Minta izin ya, aku gak kerja hari ini, srup!" Ucapnya sambil menarik masuk ingus yang keluar.

"Memangnya ada apa?"

"Sakit nih,"

"Owh ya sudah, kalau begitu istirahat ya."

Tut!

Panggilan  suara secara sepihak di matikan, pikiran Dilla saat ini adalah menyejukkan hati dengan refreshing. Mungkin jalan-jalan ke taman gak buruk juga, pikirnya.

======

Satu botol mizone berhasil ia habiskan, sekarang kekecewaan dan sakit hati karena diselingkuhi sudah sedikit lebih baik.
Sendirian . Adalah pemikiran pertama yang paling Dilla butuhkan untuk saat ini, sesekali matanya melirik ke arah sepasang muda mudi yang berjalan dengan tangan bertautan.

'Gak tau apa, Gue baru aja putus! Gue doain lo pada gak langgeng!'
Senyum sinis tercetak pada bibir merah Dilla. Rotasi matanya masih berpetualang, hingga fokusnya terhenti pada salah satu objek yaang membuat matanya panas.

Degh!

Rasanya Dilla ingin pulang saja, lalu akan menggelamkan dirinya sendiri di segitiga bermuda. Sesak dalam hatinya membuatnya meremas botol mizone yang sedang ia pegang hingga menjadi tak berbentuk, Sudah ia tidak tahan lagi menyaksikan kedua insan itu bermesraan sedangkan ia sedang dilanda kabut merah.

"Kampret!"

Dengan cepat Dilla mengambil batu yang sungguh menggiurkan jika terlempar ke arah dua insan yang sedang di mabuk cinta itu.
Kedua tangannya memegang batu kerikil tajam. Dan ayunan tangan serta atensinya ia fokuskan.

Dugh!

"Sial! Ulah siapa nih?!"

Rupanya leparan pertama berhasil mengenai kepala sang mantan, hingga darah mengalir dari pelipis kanannya.

Dugh!

Lemparan batu kedua juga berhasil! Kali ini mengenai mata pelakor yang kemarin di jambaknya.

"Whahaha! Mpos kalian."

Mendengar tawa menggelegar yang amat dia kenali di balik semak-semak, langkah Ujang menuntunnya pada semak-semak lebat yang sedang bergoyang, padahal angin tidak terlalu kencang sehingga semaknya berjoget ria.

"Della!"

Mata Della membulat sempurna saat dirasakannya persembunyiannya telah di temukan sang 'Mantan'.

"Oh hai ujang!"

"Nama aku Langit! Bukan ujang, Del!"

"Lah! Kapan lo ganti nama Jang?! Bukannya kemaren nama lo Ujang!"

"Kamu yang seenaknya ganti nama aku!" Kesalnya.

"Tau akh!"

"Ngaku kamu, Del!  Kamu kan yang melempar batu tadi?!"  Langit membentak Della dengan keras.

Sungguh saat mendengar bentakan Langit  rasanya ia ingin menangis lalu terbang saat ini juga, tapi sesegera mingkin ia menepis pikiran di luar nalarnya. Ia hanya manusia bukan malaikat jadi hanya angan-angan saja jika ingin terbang. 

"Iya! Memangnya kenapa?!"

"Yang kamu lakukan itu salah Della! Kamu kira melempar seseorang dengan batu itu menyenagkan?!"

"Terus lo kira juga diselingkuhi enak gitu?!"

"Sejak kapan  aku selingkuh Dell!"

"Kemarin! Lo bahkan lebih ngebelain dia! Waktu dia dorong gue terus bentak gue! Lo gak belain gue!  Apa itu kurang! Apa lo kira itu menyenagkan juga?!"

"Dia bukan selingkuhan aku!"

Wajah langit yang putih kini berubah semerah kepiting rebus, bukan karena salah tingkah atau melting karena rayuan tapi karena amarah yang berusaha ia tahan mati-matian.

"Terus! Jalang lo gitu?!"

Plak!

Tamparan mendarat pada pipi  sebelah kiri Della,  rasanya tamparan tadi tidak sebanding dengan sakit dan kecewa yang dirasakan Della pada hatinya.

"Dari tadi gue diam bukan berarti gue gak berani sama lo! Tapi gue menghargai Langit yang memcoba mempertahankan hubungan kalian!
Berapa lama sih lo pacaran sama Langit?! Sampai-sampai lo gak tau kalau gue itu adik sepupunya!" Gadis dengan rambut hitam sepinggang itu menunjuk muka Della dengan salah satu tangannya, satu lagi ia gunakan untuk menutupi matanya yang terkena kerikil.

Degh!

Lagi, lagi. Hati Della harus tertusuk telak ia tak menyangka kekecewaan yang mendalam membuatnya salah paham tanpa mendegarkan penjelasan Langit.

"Kemarin aku mau jelasin, Del. Tapi kamu yang terbawa emosi menjambak Fifah dan pergi tanpa mau mendengar apa yang akan aku jelaskan. Kalau waktu 3 tahun kamu belum cukup untuk bisa membuat kamu percaya sama aku, lalu bagaimana dengan aku Del? Aku sudah percaya sangat sama kamu, nggak ada niat sedikitpun aku untuk menuduh kamu tapi kalau kamu kayak gini Baiknya kita putus saja. Aku gak mungkin terusin hubungan kita, Del."

Langit memapah Fifah setelah mengucapkan kata yang mampu membuat Della merenung lalu hancur seketika, sesingkat itukah? Hanya karena kesalahpahaman hubungan tiga tahun hancur. Della menangis memeluk lututnya di tengah keramaian, lisannya berucap
'maaf Langit' berulang kali tanpa berniat memperdulikan sekitarnya. untuk sekarang ia benar-benar butuh sendiri.

#coerpo

Sepenggal Cerita Cinta {Box story}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang