Pagi ini, dewi terlihat lebih bersemangat dari hari biasanya. Ia bahkan berangkat sehabis solat subuh dah sarapan. Dan dia juga sudah memberi tau ara untuk tidak bisa berangkat bersama.
Hari ini, tepatnya Selasa 25 november 2019, umurnya bertambah satu. Hari special yang dinantikan oleh dewi.
Sepanjang koridor sekolah, ia tak bisa menyembunyikan senyumnya. Ia sudah bersiap untuk kejutan yang akan datang nanti.
Waktu menunjukkan pukul 06.01 , ia rasa bahwa ia adalah murid pertama yang sampai ke sekolah. Ternyata, dari arah kanan, terdengar suara langkah kaki lain.
Samar-samar ia melihat seorang siswa dengan membawa gitar di tangan kanan menuju ke arahnya. Sosok yang sangat ia kenali.Untuk beberapa saat, dewi mematung. Tak berkutik sama sekali. Digantikan oleh debaran jantungnya yang lagi-lagi tak karuan.
Semakin lama, laki-laki itu semakin dekat dengan dewi. Langkah alfi ikut terhenti melihat dewi yang sedang mematung dekat tangga. Dewi memperhatikan setiap bagian tubuh alfi dari bawah hingga atas. Hingga kemudian, mata mereka bertemu.
Kecanggungan menghiasi mereka. Tiba-tiba alfi membuat lengkungan pada bibirnya. Dan untuk pertama kalinya, dewi melihat langsung senyum alfi. Senyuman yang lagi-lagi selalu ia rindukan.
Dewi semakin gugup, jaraknya dengan alfi yang hanya selangkah membuat dewi sulit menemukan oksigen. Senyum itu, hadiah pertama dan paling indah di hari bahagianya ini. Tapi kemudian ia sadar, ia takkan pernah bisa memiliki senyuman itu.
Dewi cepat-cepat menunduk dan memalingkan wajahnya. Begitupun alfi yang menatap dewi dengan heran. Selanjutnya, mereka berdua kembali melangkah menuju kelas mereka masing-masing.
Ini masih terlalu pagi untuk pertemuan dua mahkluk yang sebelumnya sudah pernah bertemu. Pertemuan tanpa kata yang sangat berkesan bagi dewi. Mungkin juga alfi.
Mengingatnya, membuat senyum dewi semakin mengembang dan tak pernah pudar hari ini.
🌑🌑🌑
Alfi meletakkan gitarnya dengan hati-hati, kemudian duduk di kursinya. Di dalam kelasnya hanya terdapat dirinya. Ia mencoba menetralisir jantungnya yang berdegup cepat. Perempuan itu. Dia tak ingat pastinya, tapi dia sangat ingat perempuan itu pernah menyelamatkan kucing kesayangannya yang hampir tertabrak motor.
Saat itu sehabis hujan reda, saat alfi baru saja pulang sekolah. Tiba-tiba kucing kesayangannya hilang dan dia sudah panik karena tidak dapat menemukannya dimana-mana. Dia mengayuh sepedanya tanpa tau harus kemana, dia hanya melihat kanan kiri berharap dapat menemukan kucing kesayangannya, lucy.
Tuhan mendengar doanya. Ia menemukan anak perempuan yang wajahnya ia kenal sedang menggendong lucy di tengah-tengah jalan. Ia memang kenal wajahnya, tapi ia tak tau namanya anak perempuan itu.
Dengan cepat alfi langsung turun dari sepedanya dan membantu anak perempuan itu meyebrang. Kemudian langsung merebut lucy dari tangannya.
"Dia kucing kamu? Tadi dia kebingungan karena ragu buat nyebrang, pas dia nyebrang ditengah jalan dia berhenti, aku kasian liatnya jadi aku ambil aja dia"
Alfi hanya diam mendengar hal itu, jika saja anak itu tidak mengambil lucy dari keramaian jalan, sudah pasti lucy sudah tertabrak oleh kendaraan yang berlalu lalang.
Tapi saat itu, alfi terlalu gengsi untuk mengucapkan terimakasih pada seorang perempuan. Karena ia memiliki prinsip bahwa ia seorang laki-laki yang bertugas melindungi perempuan, termasuk ibunya. Bukan merepotkan,apalagi menyakiti.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM A FAR
Teen FictionWalau hanya dari kejauhan,aku tak apa. Asal bisa melihat senyummu, itu sudah cukup untukku.