*****
Tak terasa setengah jam telah berlalu, kini semua siswa dari kelas pemula sudah mengambil posisi di depan ruang seleksi. Mereka tinggal menunggu nama mereka dipanggil untuk masuk ke dalam.
Setelah beberapa lama menunggu akhirnya tiba giliran Silvia, ia pun masuk ke dalam ruang seleksi bakat. Setelah Silvia selesai, selanjutnya giliran Veronica, ia pun masuk ruang seleksi dengan gugup.
Setelah keduanya selesai, kini giliran Zeevanya. Zee masuk dengan gugup dan tangan yang berkeringat dingin. Ia sungguh takut sekarang. Saat ia sudah masuk ke dalam, ternyata di sana terdapat banyak alat-alat aneh. Ada bola kristal, alat tumbuk obat, ada kotak hitam yang dikelilingi kabut putih, dan ada berbagai element alam, seperti air, api, tanah, pusaran angin, tumbuhan, salju, petir dan masih banyak lagi.
"Sekarang fokuskan pikiranmu, biarkan alat-alat itu memilihmu,"ucap salah satu pembina yang ada di sana.
Zeevanya mengangguk patuh, ia mulai memejamkan mata. Yang ia pikirkan adalah semua alat itu melayang. Setelah beberapa lama, ia merasakan ada angin yang meniup pelan surai hitamnya. Zeevanya pun membuka mata, alangkah terkejutnya saat ia melihat element alam angin dan api tadi melayang. Memang biasanya seorang pengendali element bisa mengendalikan satu atau dua element, tidak mungkin sampai semua element dapat dikendalikan. Kecuali, jika ia merupakan keturunan dari Ratu Alam, tapi sampai sekarang tidak ada yang tau dimana keberadaan Ratu Alam dan keluarganya.
"Jadi kau masuk kelas pengendali element nona dan kau memiliki bakat element api dan angin," ucap pembina tadi.
"Terimakasih Mr," ucap Zeevanya sebelum melangkah kan kakinya ke luar ruang seleksi bakat.
Di luar ruangan, Silvia dan Veronica sudah menunggu dengan tak sabaran. Saat Zeevanya keluar, mereka berdua langsung memberondong Zee dengan beberapa pertanyaan.
"Bagaimana Zee? Kau masuk kelas apa?" tanya Veronica
"Aku masuk kelas element Ve," jawab Zeevanya sumringah. Ia bersyukur memiliki bakat di Academy ini, sebenarnya ia juga bingung bagaimana api dan angin tadi dapat melayang.
"Wah hebat, aku sebenarnya juga ingin, tapi aku tak berbakat." ucap Silvia lesu. Ia berharap bisa masuk kelas pengendali element, tapi yasudahlah ia tak berbakat.
"Tak apa Sil. Memang kalian masuk kelas apa?" tanya Zeevanya penasaran, ia berharap salah satu dari mereka dapat berada di kelas yang sama dengannya.
"Aku masuk kelas ramuan," jawab Silvia sedikit lesu. Memang keluarga Maekyllie sudah terkenal sebagai keluarga peramu yang hebat.
"Ah aku masuk kelas pengendali roh," ucap Veronica ceria. Menjadi pengendali roh merupakan impiannya sejak kecil.
"Selamat Ve!" ucap Zeevanya dan Silvia bersama. Mereka berdua ikut bahagia melihat ekspresi ceria yang diperlihatkan Veronica.
"Ah terimakasih," sahut Veronica. Ia tersenyum.
Zeevanya menghela nafas pelan. Tatapan matanya memancarkan kekhawatiran besar. Tanpa Zeevanya sadari, sedari tadi ia sedang diperhatikan secara intens oleh kedua sahabat barunya.
"Em, kau kenapa Zee? Apa ada masalah?" tanya Veronica hati-hati.
"Eh tidak, aku hanya sedikit khawatir. Sekarang aku berbeda kelas dengan kalian, aku khawatir tak memiliki teman di kelas element nanti," ucap Zeevanya sambil menunduk. Memang hal inilah yang mengganggu pikirannya sejak ia keluar kelas seleksi bakat tadi.
"Jangan terlalu dipikirkan Zee. Kita bertiga masih bisa bertemu di kelas ramuan dan kelas bertarung nantinya." ucap Veronica mencoba menenangkan
"Benar yang dikatakan Veronica Zee. Walaupun kita berbeda kelas tapi kita bisa pergi ke kantin bersama-sama," tambah Silvia. Zeevanya mengangguk dan tersenyum manis. Ia terharu, baru pertama kali Zeevanya memiliki sahabat. Dulu Zeevanya sering dijauhi dikarenakan ia hanya seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan. Bahkan ia tak tau siapa orang tua kandungnya, untung ada Siren yang mau merawatnya dengan tulus. Ah aku jadi rindu ibu, batinnya.
"Kalian yang terbaik,"ucap Zeevanya sambil bergerak memeluk kedua sahabatnya. Silvia dan Veronica pun membalas pelukan Zeevanya sambil tersenyum sumringah.
Kegiatan pelukan mereka terhenti saat mendengar suara seseorang menginterupsi, "hei menyingkir! Kalian menghalangi jalanku," ucap ketus suara tadi.
Silvia, Veronica dan Zeevanya kompak menoleh ke sumber suara. Tampaklah seorang gadis cantik bergaun merah darah. Gadis itu mengangkat dagu angkuh sambil berkacak pinggang. Setelah melihat gadis tersebut, Silvia tampak menghela nafasnya jengah.
"Jalan masih luas kak. Mengapa kau harus mengganggu kita bertiga?!" ucap Silvia kesal. Memang Silvia sangat membenci kakak kelas tingkatannya ini.
"Heh! Kalian yang menghalangi jalanku. Memang salah? Seharusnya kalian lah yang meminta maaf," suara tadi menyahut dengan nada angkuh. Ya. Dia Selina Maxton. Siswi kelas menengah yang terkenal angkuh dan suka membully. Ia sangat ditakuti karena ia merupakan Puteri tunggal dari Raja Maxton, raja vampire yang terkenal beringas.
"Aku tak su-," belum sampai Silvia menyelesaikan kalimatnya, Veronica telah menyela dan bersuara.
"Sudahlah Sil. Lebih baik kita kembali ke asrama," bujuk Veronica. Zeevanya yang tidak paham hanya diam menyimak dan sesekali menunduk saat tatapan tajam Selina mengarah kepadanya. Selina menatapnya dengan tatapan kaget kemudian berubah menjadi tatapan meremehkan.
"Ayo Zee!" ajak Veronica sambil menggandeng tangan Zee di sebelah kiri dan tangan Silvia di sebelah kanan. Zeevanya hanya mengangguk dan mengikuti langkah kaki Veronica yang menariknya.
Sesampainya di dalam asrama, Veronica pun melepaskan gandengannya. Ia menatap Silvia yang masih terlihat kesal. Memang Silvia sudah memiliki masalah dengan Selina sejak dulu, hal itulah yang membuatnya kesal setiap kali melihatnya.
"Tenangkan dirimu Sil. Kau hanya akan membuang waktu saja jika kau terus meladeni nenek lampir tadi," ucap Veronica. Sebenarnya Veronica juga sangat membenci Selina. Tapi, Veronica masih bisa mengendalikan emosinya saat berhadapan dengan kakak kelas angkuh itu.
"Em, kalau aku boleh tahu. Siapa gadis tadi Ve?" tanya Zeevanya pelan. Akhirnya pertanyaan ini meluncur lancar dari mulut Zeevanya. Ia bingung mengapa Silvia terlihat begitu emosi setelah perdebatan singkat tadi.
"Dia Selina Maxton, siswi kelas menengah. Ia seorang puteri dari klan vampire," jelas Veronica.
Zeevanya hanya mengangguk paham, "Apa kalian berdua lapar?" tanya Zeevanya mencoba mengalihkan pembicaraan supaya mood Silvia membaik.
"Ah aku lupa kita belum makan siang. Mau ke kantin Zee?" tanya Silvia.
"Tidak usah. Aku akan memasak untuk kalian berdua," Zeevanya tersenyum amat manis. Ia bahagia melihat Silvia sudah kembali ceria seperti tadi.
"Aaa terimakasih Zee. Kamu yang terbaik," ucap Veronica dan Silvia kompak. Mereka bertiga pun tertawa bersama. Zeevanya segera beranjak menuju dapur dan mulai memasak. Ia tak memasak sendiri kali ini, melainkan dibantu oleh Silvia dan Veronica. Mereka bertiga memasak diselingi dengan canda tawa.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Academy
Fantasia[Fantasy] ✨✨✨ Semuanya berubah sejak mimpi itu datang. Mimpi yang mengantarkanku ke dunia ini. Dunia yang aneh, aku tak mengerti apa yang harus aku lakukan. Sihir? aku bahkan tak percaya. Tapi keadaan memaksaku untuk mempercayainya. ~ Diamond Academ...