Matanya teralihkan, aku tahu kalau dia sudah sadar tentang keberadaanku sedari tadi, tapi tidak punya kepedulian lebih hanya untuk sekedar menoleh
"Apa?" Katanya acuh
"Apa?" Balasku berteriak, berjalan cepat mendekat padanya, mengangkat tubuh yang lebih kecil itu dengan menarik kerah seragamnya sampai mata kami sejajar. Tawa renyahnya menganggu ditelingaku "Kamu tidak seharusnya tertawa, seumur hidupmu, kamu membunuhnya!"
Baekhyun balas menggenggam kepalan lenganku di kerah seragamnya, mendorongku menjauh tapi tetap menggantungkan lengannya di telapak tangan milikku
"Apa bedanya?" dia memutar telapak tanganku, menyibakan kain yang menutupi sekujur pergelanganku "Apa bedanya denganmu, Park Chanyeol?"
Aku tertegun, menarik lenganku menjauh, menutupi luka-luka sayatan milikku
"Aku tidak membunuh orang lain, aku tidak sama sepertimu" racauku akhirnya
Baekhyun kembali terkekeh "Aku tidak membunuh siapa-siapa, aku hanya kebetulan ada disini dan melihatnya melompat, tidak menahan karena tidak peduli" jelasnya
Aku menciut, entah kenapa merasa sangat takut padanya sekarang
"Dan Chanyeol, kamu bukannya tidak" dia membenahi dirinya, menyapu rambut cokelat miliknya dengan jemari yang sudah membeku "Kamu hanya tidak tahu bagaimana"
- - -
Aku pikir itu akan jadi hari terakhir kami bertemu, karena selama seminggu penuh dia tidak kembali ke Sekolah. Aku dengar kalau dia dipanggil ke kantor polisi, menjadi satu-satunya saksi dan dinyatakan tidak bersalah kemudian
Aku mendengar Luhan menangis dibelakangku "Aku yakin kalau itu adalah perbuatannya"
Aku memutar tubuh, menemukan Luhan yang menutupi wajah dengan telapak tangannya sambil terisak. Kehilangan sahabat untuk selamanya tentu meninggalkan trauma berat, terlebih dengan kepergian yang terbilang tidak wajar. Aku kasihan padanya, tapi tidak tahu harus bagaimana
Pintu kelas dibuka sedikit kasar dan Baekhyun berjalan masuk seperti bukan apa-apa, aku menciut, kembali pada buku yang aku baca, menyembunyikan lenganku dimanapun aku bisa
Luhan seperti kehilangan kendali dan mulai berteriak, semua orang panik mencoba menghentikannya
"Sialan kau Baekhyun!" Luhan berteriak nyaring, berlari, memberi satu pukulan di wajah putih pucat Baekhyun yang sekarang memerah
Baekhyun mendesis, mencemooh Luhan yang gemetar hanya karena satu tinjuan yang terasa seperti bukan apa-apa di kulit Baekhyun "Pantas saja temanmu lebih memilih untuk bunuh diri, bagaimana dia bisa bertahan hidup bersama seseorang yang ceroboh sepertimu?"
Hening, tidak ada yang sanggup menimpali kalimat Baekhyun barusan
Aku ikut gemetar, terserang panik hebat dengan apa yang barusan aku lihat. Hyewon mencoba menarik Luhan untuk kembali ke tempat duduknya, begitu, kelas menjadi lebih tenang, juga bel tanda pelajaran berbunyi
Aku mengurung diriku di kamar mandi sepanjang jam kosong juga waktu istirahat, melihat Baekhyun kembali membuatku merasa tidak tahan
Benturan kepalaku di tembok sampai menimbulkan suara yang sedikit ribut tapi tidak sampai mengundang orang-orang, darah dari bekas gigitan di jari-jariku juga mulai menetes sampai ke lantai, tapi aku tidak bisa berhenti melakukannya
Kalau Baekhyun sampai menceritakan apa yang dia tahu tentang penyakitku, orang-orang pasti akan semakin menjauh dan bisa saja aku dikeluarkan dari sekolah, orangtuaku pasti tidak akan senang dengan kabar ini, mereka akan menghukumku atau lebih buruk membunuhku
KAMU SEDANG MEMBACA
Cigarette, Wine, Red lipstick and Park Chanyeol
FanfictionBoys love • ChanBaek • Dark • Romance "Lagi pula aku sudah legal" dia memelet "Jika kamu sudah berumur dua puluh, aku bisa merekomendasikan beberapa alcohol atau wine, dan juga beberapa film" Aku mendengus sebal "Tidak, terimakasih" "Serius, Chan...