LIMA

2.5K 377 11
                                    

Aku dengan gugup berdiri di halte bus, menunggu dia yang berjanji akan datang tepat waktu. Kita janji untuk bertemu tepat jam sepuluh pagi dan ini masih tiga puluh menit sebelum jam sepuluh, tapi aku sudah ada disini, mengasihani diri sendiri

Peganganku pada jaket tebal yang aku pakai semakin menguat kala angin bertiup menyapu wajahku yang mulai membeku

Jam sepuluh kurang lima menit Baekhyun datang, berlarian dengan tergesa, menubruk seseorang sampai hampir terjatuh untuk sampai dihadapanku

"Aku pikir kamu belum sampai, rasanya aku sudah sangat tepat waktu"

Aku mengusak rambutnya yang memang selalu berantakan "Kamu tepat waktu, hanya aku saja yang datang terlalu cepat"

Dia juga terlihat bersemangat. Kami menunggu sebentar sampai Bus yang akan mengantar kami ke Gapyeong sampai, Bus lumayan sepi jadi tidak sulit untuk dapat tempat duduk

"Ini pertama kalinya aku naik kendaraan umum" dia berbicara dengan mata bersinar

Aku berdecih "Aku tidak tahu seberapa banyak uang yang orang tuamu punya di brangkas sampai tidak membiarkan anaknya naik kendaraan umum"

Dia memukul lenganku main-main tapi lumayan terasa sakit. Bus melaju sekitar sepuluh menit sebelum berhenti di halte berikutnya. Saat turun, mata juga hidungku dimanjakan dengan apa yang alam miliki

Sangat indah dan cantik dan harum, beberapa pepohonan tanpa daun sudah dihiasi lampu warna-warni. Baekhyun setuju kalau datang pada malam hari akan lebih terlihat menakjubkan

"Tapi aku tidak bisa membawamu di malam hari, meninggalkanmu di persimpangan jalan saja sudah membuatku cukup takut"

Baekhyun tertawa pada pengakuanku "Ey, itu terdengar cheesy, kamu hampir membuatku berdebar"

Aku mengusap wajah, merasa malu

Dia menarik pergelangan tanganku agar berjalan lebih cepat untuk sampai ke puncak perbukitan, dari atas sana aku lihat hamparan bunga yang di dominasi warna ungu dan putih karena dari semalam salju mulai turun

Aku lihat Baekhyun mengeluarkan sesuatu dari kantung jaketnya, sebuah kertas yang dilipat jadi dua

"Jangan membukanya sebelum sampai rumah" dia mengucapkannya dengan pelan, tapi aku masih bisa mendengar dengan jelas "Aku mau makan kue beras pedas, kue ikan dan heotteok. Aku tidak mau pulang sebelum jam lima sore karena Papa hari ini ada di rumah"

Aku mengangguk menyanggupi, menyimpan kertas misterius itu ke kantung jaketku













Kami mulai merasa lelah saat akhirnya Baekhyun menyerah untuk menjadi begitu bersemangat, kami duduk di bangku taman, memandang langit yang mulai di gores warna jingga

Baekhyun menggerakan kaki-kakinya ke depan dan belakang dengan imut "Terimakasih, Chanyeol" katanya kemudian

Aku tersenyum malu "Aku belum pernah bepergian sebelumnya, aku juga tidak akan tahu tempat ini jika kamu tidak memberitahuku, Baekhyun"

"Aku juga tahu dari internet"

Dia tidak berhenti tersenyum, aku bersumpah kalau ini adalah Baekhyun yang paling aku suka. Seperti tersadar akan sesuatu, dia kembali menyentuh kantung jaketnya dan mengeluarkan sebuah bolpoin, menarik lenganku dan menggambar sesuatu ditelapaknya

Aku memandangi hasil gambarnya, tersenyum canggung sebelum sadar kalau dia tengah menatapku dalam, aku terhipnotis sesuatu dari sana, menemukan diriku yang akhirnya sadar akan keinginan untuk mengetahui segala hal tentangnya yang tidak tersentuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memandangi hasil gambarnya, tersenyum canggung sebelum sadar kalau dia tengah menatapku dalam, aku terhipnotis sesuatu dari sana, menemukan diriku yang akhirnya sadar akan keinginan untuk mengetahui segala hal tentangnya yang tidak tersentuh

"Baekhyun?"

"Iya?"

Aku berkedip, ragu tapi juga tertantang untuk menghapus jarak di wajah kami, pun Baekhyun juga melakukan hal serupa. Aku ikut menutup mata ketika dia melakukannya lebih dulu dan bibir kami bersatu untuk beberapa detik sebelum aku menarik diri, dengan gugup mengusak tengkungku yang seperti tersengat udara dingin

Kami terdiam, kembali memandang langit jingga dengan lengan Baekhyun yang ada diatas pahaku













Langit sudah menghitam saat akhirnya kami berpisah di halte Bus tempat kami bertemu

"Sekali lagi terimakasih untuk hari ini" dia berdiri dihadapanku

Aku sedikit menunduk untuk menemukan maniknya yang tertutup karena senyuman manis terpatri di wajah itu

"Kamu sudah banyak mengucapkan terimakasih tadi, dan sekarang kamu tetap mengatakannya"

Dia tidak menjawab dan malah menatap lurus ke belakang punggungku yang ada jalanan besar disana, aku ingin menoleh tapi dia menahan dengan memegang kedua bahuku

"Selamat tinggal, Chanyeol!"

Aku bergumam meminta jawaban tapi dia tidak mengatakan apa-apa, juga karena supirnya sudah datang untuk menjemput dan aku pulang dengan menggunakan taksi karena Chenle yang memintaku

Sampai di rumah, aku langsung masuk ke kamar, tidak mengindahkan pertanyaan Ibu tentang apa yang aku lakukan seharian. Aku mengunci pintu kamar, mengganti setelanku menjadi lebih santai dan tidak lupa memeriksa kertas apa yang tadi Baekhyun berikan

"The Shilla Seoul
Lantai dua, kamar nomor 50
Besok, setelah kelas selesai"

Mataku membulat sempurna "Apa-apaan?!" Aku mencicit, lalu tertawa setelah sadar dengan apa yang aku baca "Byun Baekhyun, benar-benar, aku malu sekali, sial!"

Bukan hanya karena isi dari suratnya, tapi juga cetakan bibir berwarna merah di ujungnya

Jangan bilang kalau bibir itu milik Baekhyun, meski aku benar-benar tahu apa jawabannya, oh ayolah, wajahku panas sekali!





• TBC •

Cigarette, Wine, Red lipstick and Park ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang