||TIGA BELAS||

16 2 0
                                    

"El, sorry banget gue gak bermaksud." mohon Raden.

"Hm. Sans ae." balas Raffael sambil memainkan ponselnya.

"Tanks, El." ucap Raden.

"Si Aldo mana?" tanya Gery mengalihkan pembicaraan.

"Masih marah sama si Raden." jawab Raffael sambil memasukkan ponselnya.

"Yahh, gue kan mau minta maaf padahal sama dia." ucap Raden merasa bersalah.

"Besok aja. Gue duluan ya, mau jemput nyokap gue." pamit Raffael diangguki keduanya.

Raffael pun segera menaiki motor ninjanya, lalu menyalakan mesinnya dan berlalu pergi meninggalkan Gery dan Raden.

••••••••••

Lara masuk kedalam kamarnya sambil membawa nampan yang berisi cemilan juga minuman untuk sahabat-sahabatnya.

Sepulang sekolah tadi mereka berempat memutuskan untuk bermain dulu. Dan sekarang mereka berada dikamar Lara.

Lara menaruh nampannya ditengah-tengah. Lalu ia pun ikut nimbrung dengan sahabat-sahabatnya.

Mereka mengambil cemilan dan minuman lalu menyantapnya.

"Ra, loe bener-bener yakin mau nikah sama ka Raffael?" tanya Kansa kembali memastikan.

"Yaa, mau gimana lagi orang nasib gue sekarang ada ditangan keluarga dia. Loe semua juga tau kan gimana kondisi keluarga gue?"

"Iya sih Ra. Tapi gue takut kalo loe nikah diusia muda kaya gini, gak ada jaminan loe bisa hidup bahagia seterusnya."

"Iya tuh ra. Gimana kalo nanti ada masalah dalam rumah tangga kalian yang gak kalian faham, kalian mau apa?" Raya menimbrung.

"Itu belum gue pikirin. Intinya gue mau jalanin dulu yang udah diatur." ucap Lara.

"Yaudah, kita sebagai sahabat loe cuma bisa dukung dan ngasih doa yang terbaik buat loe." ucap Nilla.

"Iya ra. Kita akan slalu mendukung loe dalam keadaan apapun." tambah Raya.

"Dan semisal nanti kak Raffael nyakitin loe, bilang sama kita, nanti kita bikin dia kapok! Biar gak nyakitin loe lagi." timbal Kansa.

"Iya ra, jangan nyembunyiin apapun dari kita. Kalo loe butuh bantuan bilang ke kita juga, siapa tau kita bisa bantu loe."

Lara terharu mendengar ucapan ketiga sahabatnya. Sampai ia tak sadar matanya sudah berkaca-kaca siap untuk mengeluarkan air mata.

"Makasih buat semuanya. Gue bangga punya sahabat kaya kalian." ucap Lara sambil memeluk mereka.

"Iya sama sama. Kan loe itu sahabat kita."

Lara melepas pelukannya.
"Dan kalian harus dateng pas acara pernikahan gue sama dia ya." ucap Lara.

"Pasti dong!" jawab mereka kompak.

Mereka pun kembali melanjutkan obrolan mereka hingga menjelang sore.

Setelah puas bermain, Kansa,Raya dan Nilla pamit pulang kepada Lara.

"Hati-hati ya dijalan." ucap Lara sambil melambaikan tangannya.

"Iya ra! Sampe besok, bayyy!" balas mereka.

Lara menunggu sebentar didepan gerbang, hingga sahabat-sahabatnya benar-benar menghilang dari penglihatannya.

Setelah itu Lara kembali masuk kedalam rumah setelah menutup gerbang rumahnya.

"Aduh stok bahan makanan habis lagi. Gue harus belanja dulu deh." gumam Lara saat melihat isi kulkas yang hampir kosong.

Lara sangat lapar dan tadinya ingin membuat makanan. Namum melihat isi kulkasnya yang kosong ia terpaksa harus belanja dulu.

Lara masuk kedalam kamarnya untuk mengambil tas dan memakai jaket.

Sekarang sudah pukul setengah tujuh malam. Jadi hawa dingin akan menusuk tubuhnya jika tidak menggunakan jaket.

Setelah siap Lara keluar rumah dan mengunci rumahnya. Ia meletakkan kunci rumah dibawah pot, agar saat Sarah pulang tidak repot mencari kunci.

Lara berjalan menuju minimarket yang dekat dengan rumahnya. Sambil bersenandung kecil.

Tanpa Lara sadari ada beberapa preman yang tengah mengikutinya dibelakang.

"Sayang...main sama abang dulu yu," goda salah seorang preman itu.

Lara menelan saliva susah payah dan memberanikan diri untuk berbalik badan.

"Ngomong sama saya?" tanya Lara dingin.

"Iya cantik. Sama kamu"

"Mending kita main dulu."

Lara mendecih. "Sorry saya gak suka kakek-kakek kaya kalian." ucap Lara.

Seketika membuat empat preman itu emosi. Mereka maju mendekati Lara. Namun Lara mencoba untuk diam.

"Jangan belagu lu!"

"Ikut kita!" mereka pun menarik tangan Lara.

Lara memberontak, namun tenaga mereka sangat besar jika dibandingkan dengan tenaga Lara.

Dalam hitungan detik Lara menendang kelamin diantara mereka. Membuat yang lainnya terkecoh dan Lara lari.

Lara tidak sadar bahwa ia melewati jalan yang sangat sepi. Dengan begitu ia menambah kecepatan lari nya menghindari preman sialan itu yang sudah mengejarnya.

Entah mengapa Lara sangat takut. Apalagi jalanan nya ini tidak ada satupun orang yang lewat.

'Ka Raffael, tolong Lara.'

Dan entah ada badai apa Lara menyebut nama Raffael sambil meneteskan air mata.

Yang Lara harapkan hanya Raffael datang dan menolongnya. Namun sepetinya itu mustahil!

••••••

Gimana partnya?
Lanjut yuk!

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang