Yang diam bukan berarti tidak peduli. Mungkin saja, dia diam karena tak tahu harus seperti apa mengungkapkan rasa pedulinya yang sangat besar.
❤️❤️❤️
Panas terik tak membuat ketiga laki-laki itu berhenti memainkan bola oranye yang sedang didribel oleh salah satu dari mereka.
Ya, mereka adalah Chiko, Ansel, dan Raka. Meskipun keringat mulai bercucuran di pelipis mereka, tapi mereka tidak mempedulikannya.
Malah, mereka semakin semangat mendribel bola berwarna oranye itu, sesekali diiringi dengan teriakan atau gelak tawa dari mereka.
Sedangkan salah seorang pemuda duduk di bawah pohon yang berada di lapangan, sambil fokus membaca bukunya.
"Land, sini dong bantuin gue!! Curang mereka nih, masa dua lawan satu!!"
Ya, lelaki tersebut bernama Erland. Erland Arnawama.
Ansel memanggil Erland untuk gabung bermain dan menjadi timnya. Namun Erland hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
Erland memang tidak begitu menyukai permainan bola basket. Apalagi dengan cuaca yang sangat panas ini. Dia lebih memilih untuk membaca bukunya daripada harus panas-panasan memperebutkan bola besar itu, buang-buang waktu katanya.
Lalu Ansel pun menghampirinya, sambil merutuki kedua temannya itu. Siapa lagi jika bukan Chiko dan Raka.
"Curang banget sih, mereka. Masa dua lawan satu. Mana mereka gede-gede lagi badannya, pastilah gue kalah." Kata Ansel.
"Woy, payah Lo. Masa gitu aja nyerah. Bener-bener payah, Lo Sel!" Ucap Chiko sambil menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya. Diikuti Raka yang berjalan di belakangnya.
"Bodo, itu Lo yang curang yah. Udah gue sendirian mainnya, lawan kalian berdua yang gede-gede lagi, main fisik juga Lo. Dasar curang Lo, Chika!!"Jawab Ansel dengan bersungut-sungut. Lalu Chiko melotot pada Ansel dan menjitak kepala Ansel karena tidak terima dipanggil Chika.
Sebenarnya Chiko tidak besar, hanya saja, Ansel memiliki tinggi badan yang paling pendek diantara ketiga temannya. Membuat Ansel merasa menjadi kurcaci ketika bersama dengan ketiga temannya. Selain itu juga umur Ansel yang paling muda diantara mereka, membuatnya sering menjadi sasaran empuk untuk ledekan mereka bertiga.
❤️❤️❤️
Mereka selalu mengejek Ansel. Bukan mereka, lebih tepatnya Chiko. Chiko selalu mengejek Ansel dengan sebutan si anak mami.
Mungkin karena Ansel anak bungsu, dan anak satu-satunya yang berjenis kelamin laki-laki di keluarganya, sehingga dia sangat dimanjakan oleh keluarganya.
Apalagi, jika mereka mengingat saat mereka masih duduk di bangku SMP. Saat itu, mereka akan pergi berkemah, dan diantara keempatnya hanya Ansel yang diantar oleh kedua orangtuanya.
Malah, mereka masih ingat. Saat sebelum mereka menaiki bis masing-masing. Ibu ansel terus menciumi pipi Ansel, sampai Ansel risih karena dilihat oleh teman-temannya. Sampai-sampai, mereka berdua saling mengejar seperti kucing dan tikus.
"Ck, berisik banget sih Lo berdua. Gak tahu apa gue lagi baca?"
Akhirnya Erland pun melerai mereka berdua yang telah menggangunya yang sedang membaca buku.
Sedangkan Raka, dia hanya diam memperhatikan perdebatan kedua temannya yang menurutnya alay. Jangan tanya siapa. Sudah pasti jawabannya Ansel, si alay yang hobi mendramatisir keadaan. Dan si Chiko, tukang tebar pesona yang tak pernah mau kalah dari Ansel.
"Iya sorry Land, lagian Lo ngapain sih, lagi jamkos juga, masih aja belajar. Gak bosen apa?" Ucap Chiko.
"Serah gue, dong. Udahlah, daripada Lo berdua berisik terus, mending sekarang kerjain sana tugas kimia!!" Jawab Erland.
"Emang ada pelajarannya?" Tanya Ansel dengan wajah polosnya.
"10 menit lagi Bu Desi otw." Ucap Raka, setelah melihat jam tangannya dengan santai.
"Serius Lo Ka? Jangan bohong, Lo!" Ucap Ansel setengah histeris.
"Nih, kalo gak percaya." Ucap Raka sambil memperlihatkan jam tangannya pada Ansel. Setelah melihat jam tangan Raka, Ansel pun hendak berdiri. Namun, Chiko dengan tiba-tiba berdiri dan berlari dengan kencang.
"Eh anjir, Chiko, woyy!!! Ngeduluin aja Lo!" Teriak Ansel begitu tahu Chiko berlari ke kelas mereka sambil membersihkan celananya karena dorongan Chiko yang membuatnya jatuh terduduk tadi.
"Erland, gue lihat tugas Lo, ya!" Teriak Chiko dari arah koridor menuju kelasnya.
"Enak aja, lo Chiko. Gue duluan oyyy!!" Sahut Ansel, sambil berlari mengejar Chiko.
"Siapa cepat, dia dapat!" Jawab Chiko masih berteriak.
"Lah, gak bisa gitu dong. Pokoknya gue dulu yah, yang lihat!" Ansel.
Mereka berdua terus berlari sambil berteriak-teriak, memperebutkan siapa yang duluan mengerjakan tugasnya.
Sedangkan Erland dan Raka, mereka hanya menggelengkan kepalanya tidak mengerti dengan sikap kedua temannya itu.
"Aneh, padahal kan mereka bisa ngerjain tugasnya bareng-bareng." Ucap Raka yang melihat tingkah kedua temannya.
"Entahlah, heran juga gue. Kenapa ya, kita bisa temenan sama mereka yang termasuk spesies langka?" Jawab Erland.
Lalu mereka berjalan menyusul Ansel dan Chiko yang sudah tidak terlihat lagi.
"Eh Land, gue mau ke kantin dulu lah. Mau beli minum, haus gue." Ucap Raka.
"Yaudah, gue mau langsung ke kelas aja. Takutnya entar buku gue yang jadi korban kedua orang itu lagi. Kan bahaya?" Jawab Erland.
"Ok, tapi kalau ada Bu Desi, chat gue, ya!" Ucap Raka.
"Ok" jawab Erland.
Lalu mereka berjalan dengan berlawanan arah. Raka memutar arahnya menuju kantin, sedangkan Erland, dia terus berjalan ke arah kelasnya.
❤️❤️❤️
Erland berjalan dengan santai, sesekali ia bergumam menyanyikan lagu yang dihapalnya. Ketika dia akan berbelok menaiki tangga, tiba-tiba seorang perempuan muncul dari arah koridor perpustakaan di sebelah kanannya, dan menabrak Erland dengan lumayan keras.
Erland yang akan melangkahkan kakinya ke anak tangga pertama pun terdorong beberapa sentimeter ke samping, dan buku yang di pegang nya pun terjatuh, pun dengan perempuan tersebut.
"Aduh, maaf-maaf, gak sengaja." Ucap perempuan itu.
Perempuan itu ikut membantu mengambil buku Erland yang jatuh. Lalu setelah ia melihat nama yang tertera di buku tersebut, dia diam beberapa saat, lalu mendongakkan kepalanya, dan pergi dengan tergesa-gesa, sambil berkata ' maaf.'
Erland yang melihat itupun hanya diam mematung beberapa detik, dan setelahnya ikut pergi dengan perasaan yang tidak bisa didefinisikan.
❤️❤️❤️
Selamat sore semua!!!!
Bagaimana chapter satu nya? Jangan lupa komen dan vote ya, terimakasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story About "E" (2)
Teen FictionAku mencintaimu, percayalah. Hanya saja aku bingung, harus seperti apa aku mengatakannya.