⛔ Klik ⭐nya dulu dong sayang. Gratis dan gampang kok ⛔
Selamat Membaca
*****
Kaki Joda terasa kaku dan tak bisa digerakkan saat ia melihat sosok Monalisa yang sama dengan Monalisa yang membullynya dulu ketika ia masih duduk di bangku SMA.
"Mona?! Dia kan yang suka nyuruh gue beliin jajanannya di kantin tapi kalo ngasih uang kurang terus." Meski dalam hatinya berapi-api, Joda paham betul jika rasa takutnya melebihi amarahnya. "Tenang, Jod. Tenang. Lo bukan si Gimbal lagi!"
"Kamu beneran mau gangguin mobilitas saya ya, Maroko?" Kay berbisik tepat di telinga Joda. Hembusan napas pria itu entah mengapa malah membuat bulu kuduknya meremang.
"Bapak!" Joda berseru dengan suara pelannya. Sebelah tangannya yang bebas ia gunakan untuk menyikut Kay.
"Silahkan masuk." Bima yang sedari tadi membuka pintu ruang rapat itu dan berdiri menunggu orang dari Hyde Corp. itu masuk pun akhirnya mempersilahkan mereka masuk setelah keterdiaman Joda menginterupsi mereka.
Joda yang sudah merapalkan mantra dalam hatinya jika Monalisa takkan mengenalinya itu pun memberanikan dirinya untuk ikut berjalan masuk ke dalam ruangan itu setelah Kay menyelaknya dan jalan terlebih dahulu.
"Perkenalkan, Pak Kaylion, ini adalah model dari perusahaan kami yang akan bekerja sama dengan perusahaan Bapak." Bima memperkenalkan Monalisa yang berdiri dan melepaskan kacamata hitam besarmya saat ia hendak bersalaman dengan Kay.
"Monalisa." Dengan senyum menggoda karena wanita itu melihat Kay sebagai tangkapan besar, Mona mengulurkan tangannya.
"Lho, saya kira cuma Monalisa yang ada di dalam lukisan saja yang alisnya botak. Ternyata model dari perusahaan anda juga memiliki alis yang sama," ujar Kay menanggapi senyuman Mona.
"Pak." Joda lagi-lagi menyikut perut Kay meski sebenarnya dalam hati ia tengah tertawa terbahak-bahak.
Wajah Mona tampak bersemu malu saat ia pikir Kay tengah memujinya. Padahal jelas sekali jika Kay tengah menghinanya.
"Maaf, Pak. Mona baru menjalani perawatan untuk wajah. Kebetulan Mona terkena malpraktek sampai alisnya harus hilang." Bima berdehem sebelum menjelaskan kondisi Mona.
"Bisa balik lagi enggak tuh, alisnya?" tanya Kay serius meski ia menghilangkan kalimat formalnya.
"Bisa kok, Pak Ganteng." Mona mengedipkan matanya manja.
"Mona!" Bima menegurnya. Jelas saja, perkataan Mona benar-benar tidak sopan untuk didengar orang sekelas Kay.
"Enggak apa-apa. Saya sudah biasa dipanggil seperti itu," jawab Kay membanggakan dirinya membuat Joda yang berada di sampingnya mendengus.
"Syukur kalau begitu. Saya takut Pak Kaylion merasa terganggu." Bima bernapas dengan lega meski matanya menatap tajam ke arah Mona seolah ia memperingati wanita itu untuk tak main-main dengan orang yang berada di hadapannya. "Sebaiknya meetingnya kita mulai."
"Lho? Itu siapa yang ada di samping Pak Ganteng?" tanya Mona tiba-tiba membuat jantung Joda seolah berhenti berdetak.
"Mampus! Jangan bilang dia ngenalin gue?! Pokoknya enggak boleh ada yang ngenalin gue apa lagi di depan nih Siluman Babi!" Tanpa sadar, tubuh Joda sedikit bergetar ketakutan. Lagi-lagi bertentangan dengan hatinya yang menggebu-gebu.
"Ini sekertaris saya," jawab Kay karena Joda diam saja sedari tadi.
"Siapa namanya? Kok aku kayak kenal?" tanya Mona.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAROKO AND HER BOSS [LOVE, SAD, PAST #BOOK : 2] ON-HOLD
Romance"Maroko, file yang saya minta mana?" Laki-laki dengan setelan baju mahal itu menginterupsi kegiatan mengenang masa lalu ala Joda. "Pak! Kan saya udah bilang. Nama saya itu Americo Jodaria. Bapak kenapa manggil saya Maroko-maroko terus, deh?! Orang s...