⛔ Klik ⭐nya dulu dong sebelum lanjut baca ⛔
Selamat Membaca
*****
Joda tengah berada di pantry untuk menyeduh kopi saat dua orang pegawai dari divisi keuangan masuk ke dalam sana.
"Eh, Mbak Joda." Via menyapa dengan senyum sumringahnya.
"Mbak Joda bikin kopi?" Reksa, gadis yang datang bersama Via bertanya pada Joda.
"Eh Via, Reksa. Iya, nih. Kalian mau bikin kopi juga?" Joda tersenyum.
"Kayaknya Mbak Joda suntuk banget. Padahal setiap hari dapet anugrah dari Tuhan." Via berujar dengan wajah berseri-seri karena membayangkan wajah tampan dari bos besar mereka.
"Anugrah apanya, Vi?" Joda mendengus pelan.
"Mbak jangan pura-pura enggak tau, deh. Satu kantor kita ini kan yang paling di anugrahi wajahnya sama Tuhan ya Pak Kay." Reksa menepuk mulutnya. "Aduh, aku kadang enggak enak deh manggil Pak Kay. Takutnya Pak Kay salah denger, ngiranya aku ngatain dia Pat Kay lagi."
"Dia emang Chu Pat Kay, kali! Dasar bucin. Enggak tau aja aslinya kaya gimana tuh Siluman Babi!" batin Joda menggerutu.
"Lho, kan aku udah bilang, Sa. Di grup anak-anak juga sepakat manggil Pak Bos jadi Pak Lion alias Pak Singa." Via menegur Reksa.
"Grup? Pak Lion?" Joda terkekeh sendiri.
"Iya, Mbak. Mbak Joda mau di masukin enggak ke grup pecinta singa? Pak Lion kan singa jantan yang ... uuhhhhh enggak bisa bayangin deh liat mukanya dari deket setiap hari." Via gemas sendiri karena lagi-lagi membayangkan wajah Kay.
"Makasih deh, Vi. Aku takut sama singa. Kalo bisa, aku mau tembak langsung kepalanya sekarang juga." Joda tersenyum miring saat Via dan Reksa terlihat sedikit terganggu dengan ucapannya.
"Mbak Joda serem banget sih ngomongnya. Mentang-mentang setiap hari ngeliat singa dari deket." Reksa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jodaria, ruang meetingnya udah siap?" Tiba-tiba saja, pria yang menjadi topik pembicaraan itu muncul di pintu pantry.
"Jodaria riwing mitingnyi idih siyip?!" Joda menggerutu dalam hatinya. Ia tahu betul topeng apa yang sedang Kay pasang. Seburuk apa pun Joda membicarakan tentang Kay di hadapan karyawan lainnya, pasti tidak akan ada yang mempercayainya. Sebab di luar ruang kerjanya, Kay bertingkah selayaknya ia harus bertingkah.
"Udah siap dari tadi kok, Pak." Dan begini lah Joda mengikuti cara Kay bermain. Di depan karyawan lain, Joda tidak akan pernah mengeluarkan tanduknya seperti saat mereka hanya berdua saja.
"Siang Pak Lion." Via dan Reksa menyapa Kay yang melihat ke arah mereka.
"Oh. Siang." Kay tersenyum ramah. "Kalian udah pada makan siang?"
"Udah kok, Pak." Bak robot, Via dan Reksa menjawab dengan cepat dan kompak. Tatapan mata memuja terpancar jelas dari mata kedua wanita itu. Mungkin Joda bisa buta jika melihat pancaran mata mereka terlalu lama.
"Kalo gitu, saya ke ruang meeting dulu, ya." Kay pamit pada Via dan Reksa. "Saya ke sana ya, Jodaria." Suara Kay terdengar mengejek di telinga Joda.
"Iya, Pak. Sebentar lagi saya menyusul." Joda memasang senyum sopannya sampai Kay pergi dari hadapannya.
"Gilaaaaakkk! Ini yang di namakan ucapan adalah doa. Baru gue doa, Singa Jantan udah datengin gue aja." Via berbicara pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAROKO AND HER BOSS [LOVE, SAD, PAST #BOOK : 2] ON-HOLD
Romansa"Maroko, file yang saya minta mana?" Laki-laki dengan setelan baju mahal itu menginterupsi kegiatan mengenang masa lalu ala Joda. "Pak! Kan saya udah bilang. Nama saya itu Americo Jodaria. Bapak kenapa manggil saya Maroko-maroko terus, deh?! Orang s...