New Family [新家族]

The Person Who They Call Mama

新しい 家族
Atarashii Kazoku
New Family

WARNING :
Bungo Stray Dogs © Asagiri Kafka & Harukawa Sango
Atarashii Kazoku © Scarlet-risse
Pair : [Soukoku] Dazai x Chuuya, Kid Akutagawa & Atsushi

Happy Reading~

Pukul empat sore waktu Jepang, Chuuya tiba di bandara Yokohama. Belum selesai pesawat itu mendarat, dirinya sudah terjun dari pesawat dengan kekuatan gravitasinya.

Ingin rasanya ia menggunakan kekuatan gravitasinya untuk pergi menuju kota Suribachi tetapi tenaganya tak cukup. Salah ia sendiri yang tak memakan apapun selama berada di pesawat. Sebenarnya memang, ia merasa tak nafsu makan.

Beruntungnya, salah satu asistennya telah menjemput, membawakan mobilnya.

Buru-buru ia masuk ke dalam mobil. Tanpa ia sadari, seseorang dalam jarak sepuluh meter darinya memperhatikannya dalam diam.

"Dia pasti akan berbuat onar lagi."

Pemuda berambut brunette itu hanya tersenyum maklum. Kemudian ia mengeratkan mantel cokelatnya, sebelum akhirnya menyeret kakinya masuk ke dalam pesawat.

Chuuya langsung saja mengendarai mobil dengan kecepatan penuh. Persetan dengan lampu lalu lintas, ia menerjangnya saja.

Tidak peduli jika ia akan dikejar-kejar polisi. Pikirannya hanya mengkhawatirkan dua bocah yang entah bagaimana nasibnya sekarang.

Entah mengapa pelupuk matanya kini seperti membendung sesuatu yang siap tumpah kapan saja, tetapi ia dengan kuat menahannya.

Ia hanya perlu fokus mengendarai mobil untuk bisa cepat sampai di kota Suribachi.

Dalam beberapa meter saja, kota itu sudah terlihat. Namun pemandangan mengerikan dari kota tersebut adalah kota yang bagai terbelah menjadi dua. Separuhnya kota yang masih seperti biasa dan separuhnya lagi kota yang sudah rata dengan tanah dengan lautan debu arang.

Chuuya membulatkan matanya, ia terkejut tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia pun merasakan jantungnya bagai berhenti saat itu juga. Menghirup oksigen saja rasanya tidak mampu.

Chuuya mengedarkan pandangannya, mencari bangunan yang dicarinya tak terlihat sama sekali. Ia yakin bangunan panti asuhan itu berdiri di salah satu lahan yang telah rata itu. Separuh kota Suribachi yang nampak menjadi lautan debu sungguh membuat hatinya teriris.

Ia mulai melangkahkan kakinya dan mendekat ke tempat dimana tadinya sebuah panti asuhan itu berdiri.

Angin sore itu berhembus kencang, membuatnya sedikit terbantu untuk berlari menghampiri bekas bangunan panti asuhan.

Perasaan takut dan khawatir sudah memenuhi isi dirinya. Ia sebenarnya tidak kuat lagi melangkah, sampai ia terkejut menyadari kakinya menginjak salah satu mayat yang tergeletak. Mayat tersebut telah hangus terbakar.