Dazai nampak mengobrak-abrik rak penyimpanan berkas. Kunikida baru saja menelpon, menyuruh Dazai untuk segera ke kantor menyerahkan dokumen laporan. Sambil berdecak frustasi, tangan dan matanya terus bergerak mencari. Sifat cerobohnya membawakan petaka. Bagaimana bisa ia lupa meletakkan berkas penting itu?!
Usaha kerasnya terbayarkan. Lima belas menit mencari, berkas tersebut akhirnya ditemukan. Dazai segera bersiap dan sebelum pergi, ia menghampiri dua bocah kesayangannya.
"Papa akan pergi ke kantor sebentar. Kalian di rumah saja ya? Nikmati nonton film itu. Oh sebentar lagi Chuuya akan pulang kok."
Dazai tersenyum lembut kala dua bocah itu menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Layar kaca berukuran 32inch tengah menampilkan tayangan kartun kesukaan Akutagawa dan Atsushi. Ditemani setoples biskuit dan bantal empuk, membuat mereka betah di rumah.
Tangan berbalut perban terulur untuk mengelus puncak kepala mereka bergantian. "Baiklah kalau begitu. Papa pergi dulu."
"Papa.. Hati-hati di jalan." Atsushi berujar dengan senyum hangatnya.
Mengingat ada dua anak kecil di rumah, Dazai tak lupa untuk mengunci pintu depan. Seolah membuat mereka terkurung. Namun sebenarnya, hanya untuk menghindari bahaya yang tidak diinginkan.
Tak terasa tayangan kesukaan mereka pun berakhir. Seiring dengan isi toples tersebut yang telah habis.
"Yahh.. sudah selesai.." wajah Atsushi tertekuk sedih. Nampak tidak rela film kesukaannya berakhir.
Akutagawa menekan-nekan tombol remote dan mengganti channel lain. Mencoba mencari tayangan yang bagus. Remote tersebut dilempar ke sembarang arah, merasa kesal karena tidak menemukan acara yang menarik.
"Aku bosaaan.." Akutagawa terlihat rebahan. Iris obsidiannya menatap langit-langit ruangan.
"Hei Atsushi, apa kau ada ide untuk melakukan-"
Ketika kepala Akutagawa menoleh ke samping―tempat dimana Atsushi duduk―kini menyisakan ruang kosong. Atsushi tidak ada di sampingnya.
Akutagawa beranjak untuk mencari Atsushi. Ia menemukan si bocah berambut perak tengah mengembalikan toples ke tempat semula.
"Aku bosaaann.." Akutagawa kembali mengeluh, "Harusnya tadi ikut papa Dazai saja ke kantor." gumamnya.
"Aku juga bosan." Atsushi menimpali. Ia lantas turun dari kursi setelah meletakkan toples tadi di atas meja.
"Ryuu, apa kau tidak ingin pergi ke luar sebentar?" Atsushi bertanya. Matanya menatap daun pintu belakang yang seolah pintu Doraemon. Pintu yang akan membawa mereka keluar dari rumah dan berkelana ke tempat lain.
"Tapi, mama kan tidak memperbolehkan kita keluar." ujar si bocah berambut ombre.
"Tapi aku penasaran, Ryuu.. Kau juga penasaran kan?" sorot mata Atsushi berbinar memohon.
"Iya sih, tapi kan-"
"Kita hanya pergi sebentar saja kok. Sebelum mama dan papa pulang, kita pasti sudah kembali. Ayo!"
Tangan mungil Atsushi langsung menyambar tangan Akutagawa. Menyeretnya untuk mendekat ke pintu belakang. Pintu tersebut tidak terkunci. Hanya dengan memutar kenop saja, mereka sudah bisa menginjak halaman luar belakang rumah.
Halaman belakang tak begitu luas. Dikelilingi pagar kayu rendah berwarna putih. Beralaskan rumput hijau nan empuk, sudah terlihat seperti karpet saja. Beberapa pot berjejer rapi dengan aneka macam bunga. Ada sebagian petak lahan yang ditumbuhi tanaman subur. Chuuya sering mendapatkan benih tanaman dari Kouyo dan wanita itu selalu memaksa Chuuya untuk menanamnya. Nampaknya, tanaman-tanaman tersebut juga terlihat terawat dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Family [新家族]
Fanfiction新家族 [New Family] Nakahara Chuuya ingin taubat menjadi orang baik, orang yang peduli dengan sesama. Karena dengan hal seperti itu, seseorang di masa lalunya bisa kembali lagi padanya. Akhirnya ia memutuskan untuk merawat dua bocah yang selamat dalam...