Hari Pertama

63 10 10
                                    

"Denis tunggu.." teriak keisya sambil berlari mengejar cowok jangkung itu.

"Denis gue minta maaf." Keisya melingkarkan tangannya kedalam lengan Denis.

Denis menghentikan langkahnya dan menepis tangan keisya dengan kasar "setelah semua itu kei?, 2 tahun Lo gak ada kabar. Dan sekarang lo dateng untuk memperbaiki semuanya?"

Mereka bertatapan sangat dalam, mencoba menebak apa yang ada di hati dan pikiran masing-masing.

Denis sangat rindu tatapan ini, tatapan mata yang membuat Denis nyaman dan bahagia. Tapi setelah Denis mengingat kejadian 2 tahun silam.

Saat keisya pergi tanpa memberinya kabar. Tatapan Denis berubah, amarah terpancar dari sorot matanya.

"Sudah terlambat kei." Ucap Denis sebelum ia pergi meninggalkan keisya.

Keisya terduduk lemas di bangku sekolah, tatapannya kosong. Dia tak menyangka, bahwa keputusannya 2 tahun lalu akan berdampak seburuk ini.

Tetesan air mulai membasahi wajah cantiknya. Ingatan masa lalu membawa keisya kepada Denis yang dulu, yang hangat dan perhatian.

                                   *
Bel sekolah berbunyi, para murid SMA Gunadharma memasuki kelasnya masing-masing.

Keisya beranjak memasuki kelasnya. diperjalanan, keisya bertemu dengan Denis. Tangan keisya ingin melambai tapi nihil, kali ini Denis tidak menatapnya sama sekali.

Denis Putra Sena, adalah murid tampan dan pintar. Dia ahli dalam semua mata pelajaran, terutama fisika.

Orang tua Denis adalah seorang pebisnis hebat, perusahaannya tersebar dimana-mana. Tapi sayang, Denis tidak cukup mendapat kasih sayang dari orang tuanya.

"Denis Putra Sena..." Suasana menjadi hening. Tak ada satu pun menjawab panggilan Bu tatik.

"Denis Putra Sena!" Suara Bu Tatik lebih keras dari semula.

"Woy., dipanggil Bu Tatik noh." Dimas membuyarkan lamunan Denis.

"Den.." Bu Tatik hendak memanggil Denis untu ke 3 kalinya tapi langsung dipotong oleh Denis.

"Hadir Bu!".

"Kalau kamu tidak fokus, saya persilahkan kamu meninggalkan kelas ini." Ucap Bu Tatik lalu kembali mengabsen murid XII IPA 1.

"Lagi mikirin neng Keisya ya bang. Cocwit banget sih Abang ini..." Ucap Dimas sambil memukul lengan Denis layaknya seorang perempuan.

"Apaan sih Lo, jijik." Denis mengusap usap lengannya.

Awalnya pelajaran berlangsung seperti biasa tapi tiba-tiba konsentrasi murid-murid pecah karena suara tawa dari luar ruang kelas.

"Ha.,Ha.,Ha...., Si bapak lucu banget deh." Suara itu terdengar tepat di depan kelas Denis.

"Woy siapa tuh."
"Tawanya aja merdu banget."
"Ih, lucu kali ketawanya."
"Orangnya pasti cantik nih"

Murid-murid mulai ricuh mendebatkan tentang pemilik suara itu. Bu Tatik yang melihat kericuhan langsung memukul papan tulis untuk mengembalikan konsentrasi siswa.

"Konsentrasi atau keluar!"

Para siswa langsung diam, karena takut pada guru fisika yang terkenal killer itu.

"Permisi.," suara yang disertai ketokan pintu itu berhasil mengalihkan perhatian para siswa.

Gadis manis itu melangkah memasuki ruang kelas dengan sangat percaya diri.

"Perkenalkan, nama saya Aqilla. Saya murid baru disini." Ucapnya memperkenalkan diri.

---



Between TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang