2

8 1 0
                                    

Penyesalan datang diakhir peristiwa karena jika datangnya di awal maka itu bukan penyesalan tapi pendaftaran.

~ Raffa ~

***

Kini aku sudah berada didepan sebuah rumah bercat putih dengan pagar yang tinggi, ternyata ia orang kaya. kulirik gadis asing yang tadi berubah status menjadi pacarku itu.

"Apa ini rumah lo?" Tanyaku.

"Iyah, dan akan menjadi rumahmu kalau saat kita menikah nanti" katanya.
Ia melilitkan, memainkan rambutnya saat mengatakan itu, apa ia malu?

"Nama lo siapa?" Tanyaku lagi, tanpa menghiraukan ucapannya barusan, tawaran bagus tapi aku belum kekurangan uang hingga rela menikahi gadis kaya untuk mendaptkan kekayaannya.

"Ihh kamu jahat, masa nama pacar sendiri gak tau, aku ini terkenal loh disekolah".
Gadis didepanku itu terlihat kesal, ia menghentak-hentakan kakinya sikap malu-malunya tadi sekarang berubah menjadi seperti macan, mengerikan.

Aku mencoba mengingat siapa gadis dihadapanku ini, tapi sepertinya otakku tidak bisa diajak kerjasama entah karna aku terlalu capek belajar atau karna efek mengantukku.

"Aku Dea, Dea Putri Cantika" tukasnya dengan nada jutek, sepertinya ia lelah melihatku berpikir tapi tidak menemukan jawaban.

"Aahh Kak Dea yang terkenal itu" seruku setelah berhasil mengingat saat ia menyebutkan namanya.

"Kok kakak sih ? Aku ini pacarmu, PA-CAR-MU" ia menekan kata pacar
Sepertinya dia ngambek lagi saat aku tidak sengaja memanggilnya kakak, apa salahku ?   dia kakak kelasku jadi wajar aku memanggilnya kakak, tapi cewek selalu benar dan cowok selalu salah, aku hanya bisa diam dan meminta maaf.

Sebelum pulang aku ingin meluruskan sesuatu, pertama aku memang mau menolongnya dengan mengantarkannya pulang tapi aku tidak ingin menjadi pacarnya, apalagi aku bahkan tidak kenal dan hanya mendengar namanya saja yang sering dibicarakan cowok-cowok dikelasku.
Tetapi belum saja aku mengeluarkan satu katapun ia sudah menyela lebih dulu.

"Aku masuk dulu yah Boy, jangan lupa menelponku nanti malam, kesalahanmu karna tidak mengingat namaku,  aku maafkan karna ini hari jadian kita dan satu hal lagi saat bersamaku kamu haru mengunakan "aku-kamu" jangan pake Lo-Gue ".

Dea maju beberapa langkah, dan menepuk-nepuk kepalaku seolah aku adalah hewan peliharaannya, dengan senyuman mengerikan yang ia berikan membuatku merinding, aku hanya bisa diam menerima perlakuan Dea sambil menelan ludah dengan susah payah. Dea masuk kedalam pekarangan rumahnya dan menghilang dibalik pintu rumah yang besar itu.

Sepertinya sekarang aku mulai menyadari kesalahanku, kenapa aku harus mengatakan iya padanya tadi? Kenapa juga aku mau mengatarkannya pulang ? Padahal tadinya aku memandangnya bagai seekor kucing yang memohon untuk dipelihara tapi sayangnya malah aku yang diperlakukan seperti seekor kucing peliharaan.

Aku sampai dirumahku hampir pukul 6 sore, aku menjatuhkan tubuhku diatas kasur, badan serta pikiranku terlalu lelah hari ini jadi aku memutuskan untuk tidur.

Aku terbangun saat ibuku berteriak dengan kencang dan menggedor-gedor pintu kamar.

"Raffa, bangun" ibuku terus berteriak sampai aku membuka pintu kamar.

"Wah anak manja baru bangun, ohh astaga kamu belum mengganti pakaianmu, kamu pikir jam berapa sekarang ? Ini sudah magrib dan waktu shalat magrib tinggal sebentar lagi cepat ganti baju dan segeralah shalat". Ibuku memberikan perintah dengan sekali tarikan nafas, dan aku dengan segera mengiyakan karna jika tidak maka siraman rohaninya akan berlanjut sampai besok pagi.

Hari ini aku harus berurusan dengan dua perempuan yang tidak kalah dari seorang jendral jika sudah mengatakan sesuatu maka sang prajurit harus dengan sigap melaksanakannya tanpa bantahan apalagi kesalahan, nasib.

"Enak tidurnya pangeran?" Sapa ibuku saat aku turun dari kamar untuk makan malam, cacing diperutku sudah minta di deberi asupan dan sepertinya ibuku akan melanjutkan siraman rohaninya.

"Bu, ibu masak apa hari ini ? Pasti enak" aku mencoba memujinya harap-harap ia tidak akan marah lagi dan sepertinya berhasil ibuku langsung senyam senyum lalu menyuruhku makan, dasar perempuan dipuji sedikit langsung melayang, baperan.

Jangan heran atas sikap ibuku, dirumah kami ada 3 laki-laki dan ibuku sendiri yang perempuan, jadi aku diperlakukan layaknya anak perempuan apalagi ibuku sangat mengidamkan anak perempuan, tapi sepertinya Allah tidak mengijinkan ibuku memilikinya.

Aku sejak kecil sudah diajarkan untuk memasak, mencuci pakaian sendiri, mengepel, menyapu, dan merapikan tempat tidur sendiri, jika dibayang-bayang kalian laki-laki bisa sedikit lebih bebas dibanding perempuan untuk urusan pekerjaan ruma maka tidak denganku jadi terkadang saat ikbal juga indra datang tanpa konfirmasi disaat hari minggu mereka tidak jarang melihatku melakukan pekerjaan beres-beres seperti perempuan, aku tidak masalah selama itu bisa membantu ibuku itung-itung biar dapat pahala, tapi konsekuensinya aku dipanggil tuan putri oleh Ikbal juga Indra.

Keesokan harinya seperti biasa aku bangun sebelum azan subuh, lalu pergi ke masjid untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim, merapikan tempat tidur, mandi, lalu bersiap-siap berangkat kesekolah.

"Bang Raffa, dipanggil ibu disuruh buruan kebawah katanya"
Itu Andi, adikku yang sekarang duduk dibangku kelas 2 SMP.

Aku segera turun sebelum ibu menghadiahiku dengan siraman rohani dipagi hari.
"Iya bu kenapa" Tanyaku.
"Itu diluar ditungguin cewekmu"
"Hah ? Cewek ? Aku tidak punya cewek" tanyaku bingung.
"Lalu diluar siapa ?" Ibuku malah balik bertanya menambah kebingunganku.
"Dia tidak terlihat seperti pengemis soalnya memakai baju seragam sepertimu, apa dia penjahat ? Tapi ibu belum pernah tuh melihat penjahat secantik dia"  lanjutnya.

Aku segera pamit dan menemui cewek diluar sana yang mencariku dipagi buta ini.

"Selamat pagi Boy" sapa seorang gadis dengan senyuman lebar, sangat lebar malahan.
Badanku seketika membeku, melihat Dea sudah berada didepan rumahku dan menatapku seolah-olah akan menyatapku sebentar lagi.

"Se-selamat pagi Dea"

"Kau membuat kesalahan semalam,coba cek handphonemu Boy" titahnya santai dengan senyuman mengerikan juga suara yang dingin bak raja iblis, jika aku tidak menurut maka aku mungkin akan disihir menjadi batu atau mungkin benalu.

Aku buru-buru mengecek handphoneku dan sedetik kemudian terperangah, ada 200 panggilan dan 100 lebih pesan masuk dari nomor tidak dikenal tapi sekarang aku tau siapa yang mengirimkannya.

Aku tidak tau kenapa, tapi sepertinya setelah ini aku akan mendapatkan masalah, oh tuhan kali ini maafkan aku yang harus menyesal saat aku telah menolong seseorang.

***
Jangan lupa vote sama komennya yah, salam cinta dari tuan putri Raffa ♥️ dan raja iblis Dea ♥️

My Kampret SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang