1

18 3 0
                                    

"Terkadang hatimu menginginkan tidak tapi mulutmu berkata iya, hati dan pikiran emang terkadang tidak sejalan"

~ Raffa ~

****

1 minggu yang lalu

Pukul 07:00 di hari senin aku sudah berada disekolahku, aku terbiasa bangun subuh untuk shalat subuh bersama ayah dimasjid jadi setelah shalat subuh aku sudah bersiap-siap dan brangkat ke sekolah, aku memakai motor metic jika pergi kesekolah, meski ibuku awalmya bersih keras untuk menyuruh supir mengatarkanku kesekolah tapi aku menolaknya, ayolah aku bukan anak esempeh lagi yang harus diantar kemana-mana belum lagi aku laki-laki dan aku tidak mau dianggap anak mami.

"Oe Raff tunggu!"

Aku menoleh keblakang dan melihat sahabatky ikbal sedang berlari kearahku dengan napas yang memburu.

"Lo kenapa ? Kayak dikejar setan gitu" aku bertanya seraya melihat penampilannya yang sedikit acak-acakan padahal masih pagi.

"Ini semua tuh gara" lo tau gak?" Tudingnya, padahal kita baru bertemu.

"Loh kok gue sih ? Aku belum menyewa orang untuk neror lo kok bal" kataku heran.

"Anjay, berarti lo ada niat dong"

"Yah tergantung mood sih"

"Kok nyebelin banget sih lo Raff ? Untung ganteng"

Aku berjalan duluan meninggalkan ikbal, males mendengar ocehannya mirip mamang sayur yang ikutan ngegosip dengan ibu-ibu depan kompleks, kenapa aku bisa tau itu bukan karna aku bagian dari mereka tapi ihu selalu terlambat membuatkanku sarapan saat aku tanya ia bilang karna bergosip riya.

"Dih malah diringgalin, tungguin woe gue belum ngomong" Ikbal berteriak kesal dari arah belakang.

"Eh urus tuh cewek loh" katanya saat langkahnya tepat berada diblakangku.

"Gue kan gk punya cewek" ucapku seraya tiba-tiba berhenti tanpa aba-aba membuat Ikbal yang berada diblakangku menabrak tubuhku.

"Kalau berhenti bilang" dong". omelnya kesal.

"Tadi lo nyuruh gue buat berhenti, dan gue cuman menuruti omonganmu" jawabku seadanya.
Ikbal sahabatku sejak pertama masuk SMA itu terlihat kesal dengan ucapanku, terlihat dari hidungnya yang kembang kempis menahan emosi.

"tadi kakak kelas nyetop gue depan gerbang, trus ngasih ini" dia mengeluarkan sebuah roti juga sekotak susu coklat dari tasnya.

"Itu dari siapa?" Tanyaku heran.

"Dari ceweklo lah"

"Gue gak punya cewek"

"Ya mana gue tau, dia bilang tolong kasih ini ke pacarku tercinta".
Ia sepertinya menirukan suara gadis itu, terlihat dari suaranya yang ia usahakan terdengar halus dan juga cempreng, kalau-kalau dia ketawa dengan suara seperti itu aku akan yakin kalau dia adalah keturunan mbak kunti, serem.

Aku hanya mengambil roti yang Ikbal berikan juga susu coklatnya, syukurlah aku memang belum sarapan dan ini akan membuat uang jajanku aman, rezeki tidak boleh ditolak bukan ? meski keluargaku bukanlah kerluarga miskin tapi juga bukan kerluarga yang kaya , kami hidup sederhana dan berkecukupan dengan memiliki 2 mobil, dan 2 sepeda motor juga rumah yang cukup untukku dan kedua orang tuaku juga satu adik laki-lakiku, tapi soal uang jajan ibuku sangat pelit, jadi aku hampir mirip gelandangan tapi untunglah wajah tampanku menutupinya.

Aku mengikuti matapelajaran seperti biasanya sampai bel sekolah berbunyi tanda bahwa waktu belajar  telah usai.

Biasanya aku pulang sekolah dengan sepeda motor kesayanganku, motor metic yang ayahku belikan setelah aku berjuang dengan keras hampir mati tapi belum mati saat mengikuti lomba matematika tingkat nasional dan mendapat juara 2.

Aku menghampiri motor kesayanganku yang aku parkirkan di parkiran sekolah, aku mengeluarkannya dari tempat parkir dan bersiap melajukannya agar segera sampai kerumah karna kasur kesayanganku sudah terbayang-bayang dimataku sekarang, aku ingin tidur.

Tapi belum juga aku melajukan motorku, aku merasakan sebuah tangan sudah melingkari perutku, aku terkejut hampir ajah aku menjatuhkan motorku, aku menoleh kebelakang dan kudapati seorang gadis sudah duduk dan melingkarkan tangannya diperutku, dia memamerkan senyumannya, membuat tubuhku seketika merinding, percayalah padaku senyuman yang ditunjukannya bukan senyuman manis layaknya gadis-gadis lain yang menggodaku tapi itu senyuman yang menyeramkan, apa dia manusia?

Aku menelan ludahku sendiri, dan bertanya kepada si gadis dengan hati-hati.
"Si-siapa kau"

"Tolong gue". Ucapnya dengan memamerkan mata kucingnya, senyuman menyeramkannya tadi hilang entah kemana kini wajahnya benar-benar seperti kucing jalanan yang belum makan dan minta dikasihani, aku penyuka kucing meski belum pernah memelihara kucing karna ibuku alergi akan bulu kucing, melihatnya membuatku tidak bisa menolak.

"Baiklah, tapi apa?" Aku bertanya.

"Pertama jadilah pacarku, kedua antarkan pacarmu ini pulang, ketiga nanti malam kamu harus menelponku dan menemaniku sampai aku tertidur".

Pertolongan macam apa itu? Apa benar ia sedang meminta tolong padaku ? Atau ia sedang menegaskan bahwa aku harus menurutinya.
Hatiku mengatakan aku harus menolaknya, meminta maaf dan pergi, tetapi sepertinya mulutku tidak bisa berkompromi, mungki ini yang dikatakan orang-orang, hati dan pikiran bisa saja tidak sejalan dan aku hanya bisa mengatakan "iya".

***
Terimakasi buat kalian yang mampir ke ceritaku yang ini, jangan lupa vote nya yah biar bisa ketemu lagi sama Raffa ♥️

***Terimakasi buat kalian yang mampir ke ceritaku yang ini, jangan lupa vote nya yah biar bisa ketemu lagi sama Raffa ♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raffa ♥️

Aku dedikasikan ini buat kalian yang suka dengan cogan yang baik hati dan tidak sombong juga rajin menabung.

Salam cinta dari Raffa.

My Kampret SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang