Prolog

46 5 1
                                    

Ibuku selalu mengatakan bahwa aku harus menebar kebaikan kepada orang lain, membantu orang-orang yang sedang dalam kesusahan. Aku selalu menjunjung tinggi ucapan ibuku, karena itu aku selalu menolong teman-temanku misalnya, mengerjakan PR mereka, membantu mereka saat mereka melakukan acara penembakan bahkan kadang-kadang membiayai acara itu dengan uang jajanku, aku bukan sombong tapi itulah kenyataannya.

Namaku Raffasyah Putra Gurun, kalian bisa memanggilku Raffa, ingat ! Double "f", jika tidak double "f" maka itu bukan namaku, Gurun dibalakang namaku adalah nama ayahku, bukan Gurun pasir tentunya bukan pula ibu Guru atau bapak Guru.

Aku cukup terkenal sebenarnya disekolahku, kalau kata ikbal, laki-laki bertubuh tinggi tapi badanya kurus padahal makannya banyak, mungkin dia cacingan ? Aku tidak menanyakannya demi mengamankan persahabatan kami, dan satu hal lagi dia bukan Ikbal suaminya Nuraini namanyapun cuman Ikbal gak ada awalan maupun akhiran.

Dia bilang kalau wajahku serta tubuhku itu pemborosan, aku memiliki hidung yang mancung seperti ibuku juga bulu mata yang lentik, tapi aku bukan perempuan aku laki-laki tulen, aku juga punya lesung pipi dikedua pipi, badanku tinggi tapi tidak mengalahkan tingginya tiang listrik, serta aku punya roti sobek diperutku karna aku rajin olahraga, wajahku mulus padahal gak pernah perawatan, jerawat malu menghampiri kulit wajahku, begitu kata ikbal. Entah darimana pemborosan yang ia maksud aku tidak mengerti.

Lalu, kalau kata Indra, sahabatku yang satunya, dia bilang wajahku Masya Allah, jadi cewek-cewek yang mendekatiku dengan wajah dibawah standar penilaian Indra akan terlihat Naudzubillah, bukan aku yang mengatakan itu tapi Indra jika kalian kesal marahlah kepadanya.

Hidupku aman dan sentosa sebelum aku berpacaran, bukan apa-apa meski aku ganteng gak ketulungan dan populer, aku belum pernah pacaran, jadi aku masih jomblo sejak jaman aku masih menjadi embrio, sebut saja aku salah satu kaum yang menganut paham "tidak akan pacaran sebelum sukses" tetapi, paham yang aku anut harus runtuh, sejak aku bertemu seorang gadis 1 minggu yang lalu, sejak saat itu aku mengatakan bahwa "menolong orang tidak melulu pertolongan pula yang akan kau dapatkan kelak." Aku menyebutnya aku malah dapat SIAL.

Dia adalah Dea Putri Cantika, senior ku di SMA 06 Jakarta, seperti namanya ia sangat Cantik dan juga terkenal,ia bak seorang putri raja, cewek-cewek rela menjadi babunya untuk setidaknya mendapat sedikit eksistensi berkat dirinya, saat kabar tentang aku dan dia pacaran tersebar satu sekolah heboh dan menggadang-gadangkan kami adalah pasangan paling serasi, bagai cerita dongeng dengan pangeran yang tampan dan putri yang cantik.
Tapi jangan tertipu oleh kecantikannya, kau akan tau setelah ini kenapa aku mengatakan hal demikian.

My Kampret SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang