15.Dia siapa?

14.3K 752 78
                                    

Happy reading😊

"Namanya Utara? Dia anak kita kan?" kalimat Arkan membuat emosi Elena memuncak seketika, wanita itu menurunkan Tara dari gendonganya dan membalikan tubuhnya menghadap Arkan,

"Maaf mungkin yang anda maksud ANAK saya" ucap Elena disertai tekanan di kalimat terakhirnya, Arkan tidak menggubris perkataan Elena dan malah berjalan mendekti Tara, reflek Elena menyembunyikan Tara di belakangnya, Arkan yang mengerti menghentikan langkahnya dan menatap sendu kearah mereka berdua,

"Dia juga anaku Len"

"Dia bukan anak lo, Tara anaku, cuma anaku" tegas wanita itu

"Terserah kamu mau bicara apa, tapi faktanya memang akulah ayah biologisnya, memang apa salahnya jika aku pengen meluk dia," lirih Arkan

"Apa salahnya? Lo bilang apa salahnya? COBA LIHAT KE MASALALU BARU LO TANYA KE GUE APA SALAHNYA" kata Elena emosi, Arkan hanya diam tak bergeming,

"Apa salahnya? Apa salahnya pas gue hamil? Itu bukan satu-satunya salah gue, bukan gue yang jadi penyebab hamil sendiri, apa salahnya gur mertahanin kandungan? Dia gak salah apa-apa,dan sekarang gue sedang melindungi apa yang udah gue pertahanin dari awal dari orang yang ingin menghilangkanya, apa salahnya? Ha? Apa salahnya?" lirih Elena,tanpa sadar air matanya mengalir, Tara yang sedari tadi menyaksikan pertengkaran kedua orang dewasa dihadapanya ini terkejut saat melihat Elena menangis,

"Mama kenapa nangis? Mama jangan nangis" ucap Tara yang mencoba menenangkan Elena, gadis kecil itu balik menatap tajam Arkan

"Om ini siapa? Kenapa bikin mama Tara nangis, Tara gak suka sama om, mending om pergi aja" Utara memarahi Arkan karena merasa pria itu yang membuat mamanya menangis,

Hati Arkan berdenyut nyeri saat Tara mengusirnya dan mengatakan tidak menyukainya 'apa ini yang dulu kamu rasain waktu diusir orang tuamu Len? Kalo iya maafin aku, rasanya sakit banget waktu anak aku sendiri ngusir aku' batin Arkan,

"Jangan nangis Len, maaf kalo kehadiranku cuma membuatmu mengingat masalalu," lirih Arkan, Elena hanya diam tak menjawab

"Aku akan pergi,kamu jangan nangis lagi dan maaf," Elena hanya diam sambil menatap punggung Arkan yang semakin menjauh,

*****

Setelah pertemuanya dengan Arkan tiga hari yang lalu, Elena jadi lebih banyak diam, Tara sedih melihat Elena tapi dia juga tidak tau harus berbuat apa, bahkan dia juga tidak tau siapa pria yang dia usir tiga hari yang lalu,

"Mama sekarang kenapa lebih banyak diam?" tanya Tara

"Mama gak papa kok, mama cuma kecapekan aja" jawab Elena sambil memaksakan senyumnya,

"Mama bohong, mama gak baik-baik aja kan, ini pasti gara-gara om kemarin itu kan? Om itu siapa ma?" Elena terdiam memikirkan sesuatu,

"Kamu mau tau siapa ayah kandungmu kan?" ucap Elena serius, Utara menganggukan kepalanya,

"Om yang kemarin itu ayah kandung kamu" Tara terkejut mendengar perkataan Lena, tapi Elena lebih dibuat terkejut dengan perkataan Tara selanjutnya,

"Tara benci ayah"

"Kenapa kamu ngomong gitu? Kamu gak boleh ngomong kayak gitu,"

"Ayah bikin mama nangis, Tara gak suka liat mama nangis, tapi Tara lebih gak suka sama orang yang buat mama nangis" ujar Tara yang membuat Elena merasa terharu, dipelukanya erat putrinya, Elena merasa beban dipundaknya terangkat saat mendengar ucapan gadis kecil itu, ketakutanya akan Tara yang akan memilih Arkan hilang

"Mama sayang banget sama Tara"

*****

"Mama gak mau tau, kalo kamu gak mau ceraiin dia, kamu harus mau nikah lagi," Arkan yang mendengar ucapan Astrid langsung naik pitam

"MAMA"

"Kenapa? Ada yang salah sama omongan mama? Benerkan, dia emang gak bisa kasih keluarga ini keturunan jadi buat apa dipertahankan" Arkan benar-benar tak habis pikir dengan ibunya, mereka sama-sama wanita, tapi kenapa ibunya tega menyuruhnya untuk menikah lagi hanya karena Adis tidak bisa memberikan keturunan,

Poligami, tidak Arkan tidak akan melakukan hal bodoh itu,cukup sekali dia menyakiti perempuan yang sangat dicintainya dimasa lalu dan sekarang tidak lagi, Arkan melangkahkan kakinya menuju kamarnya, dilihatnya Adis yang menangis sambil menelungkupkan lututnya, pria itu segera menghampirinya dan memeluk Adis agar wanita itu sedikit tenang,

"Kamu tenang aja Dis, aku gak akan ngelakuin hal bodoh itu,"ucap Arkan menenangkan

"Hiks hiks mama bener mas, aku emang gak berguna kamu boleh nikah lagi, aku izinin kok" ucap Adis pasrah,

"Ssstt kamu ini ngomong apa sih? Aku gak akan mau nikah lagi, bagiku nikah itu cuma ada sekali seumur hidup," Adis terdiam memikirkan sesuatu,

"Mas, anak kamu sama Elena" Arkan terkejut mendengar ucapan Adis

"Nggak, aku gak mau ganggu mereka, dan kamu tau Dis? Bukan hanya Elena tapi juga Utara, anak aku benci sama aku"Adis bisa melihat luka di mata Arkan saat mengatakanya,

"Dia masih kecil mas, dia belum ngerti apa-apa" jelas Adis berusaha menenangkan

"Kamu bener tapi, dengan aku ngambil Tara bukan hanya Elena yang menderita, tapi juga Tara, aku bisa lihat kasih sayangnya pada Lena itu dalam banget," Adis terdiam meresapi semua perkataan Arkan,






"Kalo begitu, kamu bisa rebut hatinya, buat dia sayang sama kamu,"



*****

Langkah kaki Tara terhenti saat melihat Arkan berada di depan sekolahnya sambil bersandar pada mobilnya, Arkan yang menyadari kehadiran Tara segera menghampiri gadis itu,

"Hai Tara, apa kabar" sapa Arkan mencoba Akrab, Tara hanya diam tak menyahut, Arkan tersenyum hangat, sifat Tara sama persis dengan Elena,

"Kamu marah ya sama papa? Karena papa bikin mama kamu nangis? Kalo gitu papa minta maaf deh" gadis kecil itu masih diam dan hanya menatap datar Arkan,

"Kamu beneran marah sama papa, Tara papa cuma pengen deket sama kamu, kamu gak mau deket sama papa? Papa bener-bener minta maaf kalo papa punya salah sama Tara," Tara tetap diam,

"Kalo Tara emang gak mau ngomong sama papa hari ini gak papa, mungkin lain kali, papa duluan ya, sebentar lagi mama kamu pasti datang, kamu jangan kemana-mana ya? Papa pergi dulu" sepeninggal Arkan, Tara hanya menundukan pandanganya, sampai sebuah suara mengejutkanya

"Tara" gadis kecil itu mendongak melihat siapa orang memanggilnya,

"Papa," itu Devano yang tersenyum kearahnya,

"Ayo kita pulang,"

"Papa jemput Tara? Mama mana?"

"Mama kamu lagi banyak kerjaan, jadi papa yang jemput, ayo" Tara mengikuti Devano ke mobilnya,

"Kamu mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu?" ujar Dev memberikan penawaran

"Tara pengen makan Es krim dulu"

"Oke deh,"

"Tara mau es krimnya yang banyak, tapi jangan bilang-bilang Mama"

"Hahaha iya deh, gak bilang-bilang" jawab Devano kemudian mereka tertawa bersama,

Walaupun bukan ayah kandungnya, tetapi Utara sangat menyayangi Devano dan hanya Devano orang yang bisa membuat suasana hatinya kembali senang, begitupun sebaliknya,

*****

Tbc.

Gimana ceritanya? Jangan lupa vote dan komenya ya😊

Salam hangat dari author yang maha benar🤗

Kuy next part selanjutnya di Dreame

[1] Mama Tara [End] Pindah Ke DreameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang