DILARANG KERAS!! MENIRU, MENGOPY, MEMPERBANYAK, MENJIPLAK. Yang berhubungan dengan cerita ini.
_ ___ __
Sabtu, 11/9/2019
12 : 30"Pagi Bunda," sapa Alfariel mencoba ceria, melupakan kejadian kemarin, yang sukses membuatnya jatuh.
"Siang A." Bunda tersenyum hangat, senyuman yang mempunyai dua makna di dalamnya termasuk menyindir.
"Makan dulu A. galau itu, juga butuh tenaga," Bunda menepuk pelan bahu Alfariel, setelahnya duduk disamping Alfariel."Papa, Imma, Zaldy sama Bryan mana Bun?" tanya Alfariel, jelas-jelas mengabaikan sindiran Bunda.
"Papa, Zaldy, sama Bryan mancing ikan. Imma ke tempat Coral. Sekarang waktunya kita quality time," Bunda tersenyum lembut, seakan berkata. 'A masih punya bunda kok. Jangan sedih.'
Alfariel mengangguk pelan setelahnya ingin bertanya perihal sang pujaan hati, tapi entah mengapa suaranya tercekat.
Bunda memijat pelan pundak Alfariel, membantu Alfariel yang terlihat kacau.
"Salah ya, kalau A devil?" tanya Alfariel, nyaris tanpa suara.
Deg ...
Deg ...
Entah mengapa, satu pertanyaan Alfariel membuat jantung Bunda seperti di cengkram erat, terasa amat sangat menyakitkan.
Bunda menggeleng pelan, tidak lupa tersenyum hangat, setelahnya berkata. "Itu memang udah takdir kita A. Papa, Bry, dan A jadi devil. Bunda sama Immanuel angel, dan juga Zaldy yang punya elemen air," Bunda mengambil nafas sebentar, membuat jeda penuh deg-degan.
"A jangan salahin pencipta, kalau A itu devil.""Tapi karena A devil, Kara gak mau sama A," kata Alfariel tidak melihat ke arah Bunda, karena pertanyaannya ini sangat fatal.
Alfariel malah membentur-benturkan gelas khususnya bertuliskan sulung A, dengan gelas sang adik ketiga bertuliskan dengan jelas bos dari segala bos, bermaksud memanas-manaskan papa.
Kara --Karamel Keandra Athala--
Entah kenapa setiap dia menyebutkan nama indah yang telah lama bersemayam di dalam dirinya, berjuta luka terbuka tanpa bisa ia cegah.
"Kara bukan gak suka sama A. Yang pertama aja A langsung lamar dia, padahal kalian juga baru 2 bulan sama-sama," terang Bunda, mencoba membangkitkan sifat optimis sulungnya yang sepertinya tidak berniat meneruskan hidup.
Alfariel terdiam, mengingat kejadian tersebut. Setelah merasa perkataan Bunda benar, dia menenggelamkan kepalanya kedalam lipatan tangan.
"Terus yang kedua Kara juga tolak A, karena dia shok A itu devil. Orang normal tu gak akan percaya kalau makhluk mitos kayak kita ada A," jelas Bunda memijat pelan kepala Alfariel, setelah lama memijat pundaknya.
"Tapi Bun. Alfariel udah ngejaga Kara dari smp kelas 2 dan A juga udah berubah profesi dari guardian devil jadi guardian angel. Cuman buat Kara," setelah berbicara, Alfariel kembali memasukkan kepalanya kedalam lipatan tangan.
Bunda diam, memikirkan jawaban dari pernyataan Alfariel. Lalu tersenyum lebar, mendapat cara membuat Alfariel skakmat.
"Udah Bunda bilang makan. Sok sok kan gak makan. makanya lola," tangan Bunda yang semula memijat kepala naik ke telinga Alfariel, menariknya pelan.Alfariel menatap bingung bundanya, dari posisi kepala masih di lipatan tangan.
"Gak mudeng juga A?" tanya Bunda mulai kesal.
"Kan A nya bunda ...
cuman A aja yang dari kecil bisa lihat Kara, Kara kan gak. A lupa ya Kita kalbu? Juga Kara bisa lihat A kan baru-baru ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kathala
Fantasy"Baby," panggil Alfariel lembut, dengan jari mengunyel-unyel pipi Kara. "Kara!" ucap Kara, menyingkirkan jari Alfariel dari pipi tirusnya. "Kamu baby aku Ra." "Gue bukan binatang lu!" "Ini baby Ra, panggilan sayang," ucap Alfariel sambil menggeleng...