KATHALA || 08. ANIVERSERY

8 3 0
                                    

Makasih. Udah jadi yang terindah di hari yang indah.

-Bunda-

_____ __

Angin berhilir pelan menyenangkan, dengan tapaan kaki pasir putih lembut tak kalah menyenangkan juga, laut biru muda kontras dengan batu hitam. Sungguh memanjakan mata dari padatnya dunia kota, apalagi dunia importal. Tapi sayang matahari tengah senang berada di tengah-tengah membuat suasana menjadi panas, walau angin tetap berhilir pelan berharap menyejukkan.

Zaldy duduk di bawah payung peneduh, dengan kaki di selonjorkan ke kursi depan dan ia sibuk mengipasi diri nya menggunakan casing handphone, berharap rasa panas hilang dari tubuhnya, walau A sudah membawakan ia kelapa muda dingin dan Immanuel juga mengipasi dirinya tapi tetap saja ia berucap panas.

Tiba-tiba saja Bryan datang entah dari mana mengganggu ketenteraman penduduk lama, ia juga dengan entengnya duduk di tempat kaki Zaldy berada, lalu tanpa peduli apapun ia menyeruput hampir setengah air kelapa Zaldy, "Udah Bryan prank Bunda," ucap Bryan melirik jahil saudara-saudaranya.

Alfariel mengalihkan perhatiannya ke arah Bryan dari air kelapa, lalu berucap gemas, "A udah bilang jangan prank bunda, marah Papa tu," niat hati Alfariel ingin menampol Bryan menggunakan batok kelapa, berani-beraninya ia bermain dengan ibu negara.

"Bang Bry tanggung pokoknya kalau marah Papa," ucap Zaldy tidak mau ikut campur dengan tingkah Bryan, ia langsung mengambil kembali air kelapanya dengan pipet bekas sedotan Bryan ia buang, ia jijik dengan bekasan Bryan.

Sedangkan para ciwi-ciwi tengah sibuk menata makanan di meja outdoor dan Kara yang sibuk menghias tataan kue tart.

"Ini tulisannya mau happy atau Barakallah A?"

"Barakallah aja bebi," jawab Alfariel mengambil sendok untuk menyerut isi kelapa.

"A panas," keluh Zaldy setelah sekian menit nya Zaldy tak mengeluh.

"Diem, lu udah ngeluh dari tadi, deket-deket Mischa sana."

"Ngapain Zaldy harus dekat-dekat Mischa?" Tanya Coral yang tak paham dengan pikiran Bryan.

"Biar langsung mati, jadi nggak usah sibuk ngeluh-ngeluh panas," jawab Bryan sarkas tanpa mengangkat wajahnya, karena ia sibuk menunggu balasan dari bunda yang lebih dari sekedar penting.

"Bryan!" Tegur Alfariel, berharap setan dalam dirinya membatalkan niat untuk melemparkan kelapa yang di pegangnya.

"Apa--"

"Bunda typing nih," ucap Immanuel tak sengaja menjeda perdebatan yang akan terjadi.

Para anak-anak Papa K dengan cepat langsung mengerumuni handphone Bryan.

Bunda
Bryan nggak bohong kan?

Enggak bun.
Bunda cepat kesini.

"Menurut A gak bakal berhasil sih Bry."

"Jangan nangisin Bunda," Zaldy memperingati Bryan.

Immanuel mengangguk setuju dengan Zaldy, "Iya Bry sayang Bunda."

"Udah terlanjur," jawab Bryan tanpa peduli.

Bunda
Bunda udh sampe rumah ni.
Bryan bohong kan?
Dimana Coral?

Kalau bunda nggak percaya tanya aja A.
Kami ada di pulau pribadi karena keluarga kak Coral maunya di lautan yang sepi.
Tapi ada ledakan di lautan kayaknya orang ni berantem deh Bun.
Orang kami ga tau buat apa Bun, cepet datang kesini.

KathalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang