Prelude-Immanuel

79 33 34
                                    

Katanya ... cinta itu Hadiah?.
Kalau begitu aku tidak akan menjadi pihak kontra, karena aku setuju.

Bahwa kamu hadiah, hadiah termanis yang pernah aku punya diseumur hidupku.

-immanuel-

___ ___ __

Sabtu, 12 - sept, 2019
08.13

"Akhi, kemarin udah ajuin proposal ke Mr. Kafka kan?"

Setelah Immanuel duduk di kursi meja makan dan menunggu Bunda menyiapkan lauk, Bunda bertanya perihal anak sulungnya.

"Udah Bun, udah di acc lagi sama Mr. Kafka," jawab Immanuel mengangguk mantap, meyakinkan Bunda.

Seorang devil tidak berteman dengan takdir, dengan kata jelasnya mereka ENEMY dan itu sudah terjadi beratus-ratus tahun yang lalu. Keluarga Mr. Kafka tidak lagi menentukan takdir devil dan devil juga terlalu ogah untuk menerima jalan hidup dari keluarga Mr. Kafka, si pemegang takdir.

Bagi makhluk yang di black list dari manusia. juga di biarkan mengajukan proposal kehidupannya sendiri, takdirnya sendiri, seperti jodoh, cita-cita dan impian terbesarnya. Tidak lebih dari pada itu. Dengan salah satu persyaratan jodoh, kedua belah pihak harus sama-sama mengajukan proposal perhodohan tersebut.

Makanya Immanuel mencoba mengajukan proposal perjodohan Alfariel dan Kara, walaupun Kara manusia dan Alfariel devil.

Tentu sudah lama juga, Alfariel mengajukan proposal perjodohan kepada devisi takdir devil.

"Tapi kenapa tadi malam A bilang lamaran nya di tolak lagi?" tanya Bunda duduk di samping Immanuel yang sedang menyeruput teh hangatnya. "Apa mungkin ceo takdir enggak terima proposal nya A, karena A devil dan juga anak papa?"

"Engga mungkin bun. Karena sebelum itu Imma juga udah bilang ke Mr.Kafka, dia juga tau kalau imma anak papa khavithala," ucap Immanuel melihat Bundanya yang sedang berpikir keras.

Persoalan tetang papa K --panggilan rumah-- atau Khavithala, memang sangat bergantung. Dulu Papanya dengan senang hati juga dengan semangat yang membara, mengukir namanya dengan tinta buruk. Bukan hanya makhluk important yang menerima lembaran bertuliskan tinta hitam, manusia juga menjadi salah satu sasarannya.

"Jadi kenapa lamaran A ditolak lagi?" Bunda menuangkan teh kedalam gelas khusus Immanuel, bertuliskan akhi imma dan beberapa love-love yang bertebaran, itu cukup membuat norak. Bagaimana lagi hasil karya para devil di rumah ini.

"Mungkin ada cara lain yang lebih baik disiapkan sama Mr. Kafka, Bun," Immanuel tersenyum menenangkan Bunda yang tampak khawatir.

"Iya, semoga," Bunda juga membalas senyum Immanuel tak kalah menenangkan.

Bunda mengambil rantangan warna merah yang bersebelahan rantangan para pemancing pagi ini.
"Akhi nanti antarin ini ke Gracie sama---" Perkataan Bunda terputus karena teriakan melengking si bungsu Zaldy di pagi hari.

"BUNDA ... TOPI KUPLUK ZALDY MANA?" Zaldy turun dengan rambut yang masih mengembang dan tangan yang menggaruk garuk badan, belakang-depan, belakang-depan begitu seterusnya.

Menimbulkan sisi suci angel Bunda dan Immanuel menyala.

"Joroklah Zaldy, mandi sana. Nanti bunda cariin," Bunda mendorong Zaldy agar kembali ke tangga dan segera mandi.

"Bunda emang tau yang mana topi kupluk Zaldy?" Zaldy yang sedang di dorong Bunda, hanya pasrah kembali ke tangga.

"Yang kayak pedagang sate-sate itu kan?"

KathalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang