BAGIAN 5

456 22 0
                                    

Sambil memperdengarkan raungan keras, Siluman Muka Kodok cepat melompat ke atas untuk menghindari pukulan dahsyat yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti. Beberapa kali tubuhnya berputaran di udara. Dan pada saat itu, Rangga sudah melesat begitu cepat mengejar. Langsung kedua tangannya yang terkembang dikebutkan beberapa kali dengan kecepatan sangat tinggi. Tak salah lagi, Rangga kembali mengerahkan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'.
"Ghrooogkh...!"
Siluman Muka Kodok jadi kalang-kabut menghindari serangan-serangan Rangga yang begitu gencar. Pendekar Rajawali Sakti memang mempergunakan rangkaian beberapa jurus dahsyat yang begitu cepat, sehingga sukar sekali bagi Siluman Muka Kodok untuk membedakan antara jurus yang satu dengan jurus lainnya. Cepat-cepat Siluman Muka Kodok melenting ke belakang, sambil melakukan putaran di udara beberapa kali. Hal ini dilakukan untuk menghindari pukulan jarak jauh yang memancarkan sinar merah dari jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti.
"Ghrrrk...!"
"Hm...." Rangga menghentikan serangan setelah Siluman Muka Kodok berhasil membuat jarak sekitar dua batang tombak darinya. Memang sangat dahsyat serangan-serangan dari rangkaian tiga jurus maut yang dilancarkan Rangga. Akibatnya, napas Siluman Muka Kodok jadi mendengus-dengus, memperdengarkan suara menggorok yang sangat keras dan menyebarkan bau busuk.
Menyerang secara terus-menerus dan beruntun, ternyata juga membuat Pendekar Rajawali Sakti harus mengatur jalan pernapasannya. Secara jujur, diakui kalau lawannya kali ini benar-benar tangguh. Rangga sudah mencoba menggabungkan tiga jurus dari rangkaian lima jurus 'Rajawali Sakti' sekaligus, tapi Siluman Muka Kodok masih bisa menandingi. Bahkan tidak satu pun serangannya mencapai sasaran.
Gerakan-gerakan yang dilakukan Siluman Muka Kodok memang cepat luar biasa. Apalagi, Rangga memang belum pernah bertemu lawan yang jurus-jurusnya sangat aneh seperti itu. Tapi, seluruh kemampuan yang dimilikinya memang belum dikeluarkan. Malah Pendekar Rajawali Sakti juga belum menggunakan pedang pusaka yang sudah terkenal keampuhannya.
Trek!
Cring...!
Rangga langsung melompat mundur tiga langkah ke belakang ketika Siluman Muka Kodok mematahkan tongkatnya jadi dua bagian. Dan dari ujung patahan tongkat itu keluar rantai hitam dengan bandulan bulat berduri, juga berwarna hitam pekat.
Wuk!
Bet!
Siluman Muka Kodok mengebutkan senjatanya yang kini menjadi dua bagian. Rantai dan bandulan berduri di ujungnya tampak mengeluarkan api berkobar-kobar, memancarkan hawa panas luar biasa. Begitu panasnya, sampai-sampai Rangga menarik kakinya ke belakang beberapa langkah lagi.
"Ghrogk...!"
Wuk!
Cepat sekali Siluman Muka Kodok mengebutkan senjatanya. Dan seketika itu juga, dari rantai berbandul bola besar berduri memancar api yang meluruk deras ke arah Rangga.
"Hup!"
Cepat Rangga melenting ke atas, sehingga pijaran api yang sangat panas membakar itu lewat di bawah telapak kakinya. Tapi pada saat yang bersamaan, Siluman Muka Kodok sudah mengebutkan ke atas satu senjatanya lagi yang berada di tangan kiri. Maka, api kembali meluruk sangat cepat ke arah Pendekar Rajawali Sakti yang berada di udara.
"Hat!" Sret! "Yeaaah...!"
Memang tidak ada pilihan lagi bagi Rangga, kecuali cepat-cepat mencabut Pedang Pusaka Rajawali Sakti dari warangka di punggung. Dan secepat itu pula, pedangnya dikebutkan ke depan untuk menyampok ujung lidah api yang meluruk begitu cepat ke arahnya.
Glarrr...!
Satu ledakan keras menggelegar seketika terjadi, begitu pedang di tangan Rangga yang memancarkan cahaya biru berkilau berbenturan dengan ujung lidah api yang keluar dari senjata Siluman Muka Kodok. Tampak Rangga terpental ke belakang sejauh tiga batang tombak. Tapi, keseimbangan tubuhnya cepat bisa dikuasai dengan berputaran beberapa kali di udara. Lalu, manis sekali kakinya kembali menjejak tanah.
Sementara, Siluman Muka Kodok juga terpental ke belakang sejauh dua batang tombak. Dan keseimbangan tubuhnya juga cepat bisa dikuasai. Dia lalu melakukan beberapa gerakan dengan kedua senjatanya yang tergenggam di tangan kiri dan kanan. Keras sekali Siluman Muka Kodok mendengus, sampai mengeluarkan suara menggorok yang dapat menggetarkan jantung siapa saja yang mendengarnya.
"Hap!"
Rangga cepat menyilangkan pedangnya di depan dada. Sedangkan telapak tangan kirinya sudah menempel pada mata pedang yang memancarkan cahaya biru berkilauan, tepat di bagian ujung dekat gagang. Tapi, Pendekar Rajawali Sakti tidak jadi menggosok untuk mengerahkan aji 'Cakra Buana Sukma'nya. Hal itu terjadi begitu melihat Siluman Muka Kodok menyatukan lagi senjatanya, hingga kembali berbentuk sebatang tongkat dengan dua bandulan pada kedua ujungnya. Sedangkan kedua bulatan di ujung tongkat itu kembali berwarna merah bagai besi yang terbakar di dalam sebuah tungku.
"Aku akan kembali lagi, Pendekar Rajawali Sakti. Ghrooogkh...!"
Setelah berkata demikian, Siluman Muka Kodok langsung memutar tubuhnya cepat sekali. Dan seketika itu juga, seluruh tubuhnya terselimut asap tebal. Sesaat Rangga tersentak. Dia tahu, Siluman Muka Kodok akan menghilang dengan cara yang sama, ketika berhadapan dengannya di depan Istana Ringgading.
"Hei, tunggu...!"
Wusss!
Belum juga Rangga bisa bergerak mencegah, asap tebal itu sudah menghilang begitu cepat. Dan Siluman Muka Kodok seketika lenyap tak terlihat lagi, tanpa meninggalkan bekas sedikitpun. Sementara, Rangga sudah melompat hendak mencegah, tapi benar-benar sudah terlambat. Kini Siluman Muka Kodok sudah lenyap tak berbekas lagi.
"Keparat..!" maki Rangga kesal.
Begitu geramnya, sampai-sampai Pendekar Rajawali Sakti menghentak tanah, tepat tempat Siluman Muka Kodok tadi menghilang. Saat itu, dari atas tembok benteng Pandan Wangi meluncur turun. Begitu indah dan ringan gerakannya. Tanpa menimbulkan suara sedikit pun, kakinya menjejak tanah dengan manis sekali. Tapi Rangga sempat mendengar dan berpaling sedikit.
Pandan Wangi melangkah menghampiri, lalu berhenti tepat di samping kanan Pendekar Rajawali Sakti. Sementara, Rangga masih bersungut-sungut kesal sambil menghentakkan kakinya beberapa kali. Dipandanginya tanah tempat Siluman Muka Kodok tadi menghilang. Bahkan sama sekali tidak bisa diketahui lagi, ke mana arah perginya. Inilah yang membuat Pendekar Rajawali Sakti jadi kesal dan terus menggerutu dalam hati.
"Kau gagal lagi, Kakang...," kata Pandan Wangi.
"Hhh! Aku tidak tahu, ilmu apa yang digunakan sampai bisa menghilang begitu...!" dengus Rangga, masih merasa kesal.
"Dia pasti akan datang lagi, Kakang. Dan pasti akan semakin bertambah kekuatannya," duga Pandan Wangi.
"Ya! Dia memang berkata seperti tadi sebelum menghilang," sahut Rangga, agak perlahan suaranya.
"Tampaknya dia sangat mendendam padamu, Kakang," kata Pandan Wangi lagi.
Rangga hanya tersenyum saja. Jelas sekali dari nada suara Pandan Wangi tadi, kalau begitu mencemaskan ancaman yang diberikan Siluman Muka Kodok. Walaupun tidak ikut bertarung, tapi Pandan Wangi sudah bisa mengetahui kalau orang itu tidak bisa dianggap main-main. Tingkat kepandaiannya sangat tinggi. Bahkan Pendekar Rajawali Sakti sendiri sampai saat ini belum mampu menundukkannya.
Pandan Wangi juga tahu, Rangga tadi sudah hampir menguras habis seluruh kepandaiannya. Dan Siluman Muka Kodok sepertinya bisa cepat meraba kalau dirinya sudah terdesak, dan tidak mampu lagi menghadapi Pendekar Rajawali Sakti. Maka diambilnya langkah menghilang, sebelum Pendekar Rajawali Sakti berbuat lebih banyak lagi. Ilmu yang bisa menghilang itulah yang kini selalu mengganggu pikiran Rangga.
"Kalau bertemu lagi, apakah kau akan kembali membiarkannya pergi, Kakang?" tanya Pandan Wangi.
"Tidak," tegas Rangga.
"Lalu, dengan apa kau akan menghadapi ilmu menghilangnya nanti?" tanya Pandan Wangi lagi, seakan-akan ingin tahu cara Pendekar Rajawali Sakti dalam menghadapi ilmu langka Siluman Muka Kodok.
Rangga hanya mendengus kesal saja. Sedikit kakinya dihentakkan ke tanah. Saat itu, pintu gerbang istana terbuka. Tak lama, muncul Danupaksi yang disusul Cempaka. Sekitar sepuluh orang prajurit berpangkat punggawa menjaga di kiri dan kanan pintu yang dibiarkan terbuka sedikit. Kedua adik tiri Rangga itu melangkah cepat menghampiri Rangga dan Pandan Wangi. Sedangkan Pendekar Rajawali Sakti sudah memutar tubuhnya berbalik, menghadap ke arah Danupaksi dan Cempaka.
"Apa yang terjadi, Kakang?" Danupaksi langsung melontarkan pertanyaan begitu dekat di depan Pendekar Rajawali Sakti.
"Tidak ada apa-apa," sahut Rangga masih terdengar mendengus kesal.
Pendekar Rajawali Sakti langsung saja mengayunkan kakinya menuju ke pintu gerbang yang masih terbuka sedikit, dijaga sekitar sepuluh orang prajurit berpangkat punggawa. Sementara, Danupaksi dan Cempaka memandangi Pandan Wangi. Si Kipas Maut itu tahu, kedua adik tiri Pendekar Rajawali Sakti ini meminta penjelasan padanya. Karena, memang dia tadi melihat jelas semua yang terjadi di luar benteng istana ini.
"Kenapa Kakang Rangga kelihatan begitu kesal, Kak Pandan?" tanya Cempaka, tidak sabar ingin tahu.
"Nanti kuceritakan," sahut Pandan Wangi.
"Sebaiknya kita segera masuk."
Tanpa menunggu jawaban lagi, gadis cantik berjuluk si Kipas Maut itu langsung saja melangkah menuju pintu gerbang benteng istana yang masih terbuka sedikit. Sementara, Rangga sudah tidak terlihat lagi, setelah melewati pintu gerbang itu. Danupaksi dan Cempaka saling melempar pandang sebentar, lalu sama-sama mengangkat pundaknya sedikit. Kini, mereka melangkah mengikuti Pandan Wangi yang sudah berjalan lebih dulu mendekati pintu gerbang benteng Istana Karang Setra.

84. Pendekar Rajawali Sakti : Tujuh Mata DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang