BAGIAN 5

464 21 0
                                    

Rangga terus memacu cepat kudanya, menyusuri lereng Bukit Merak yang penuh ditumbuhi pepohonan. Meskipun tumbuh begitu lebat, tapi pepohonan itu tidak menghalangi Pendekar Rajawali Sakti memacu cepat kudanya. Demikian pula Dewa Bayu yang juga tidak merasa kesulitan untuk berlari cepat, walaupun berada di dalam hutan yang sangat lebat.
"Hooop...!"
Rangga baru menghentikan lari kudanya setelah tiba di sebuah padang rumput kecil, di lereng bukit ini. Sebentar pandangannya beredar ke sekeliling, kemudian melompat turun dari punggung kudanya dengan gerakan manis dan indah sekali. Kembali pandangannya beredar, lalu perlahan melangkah. Kudanya ditinggalkan di tepi padang rumput yang ada di lereng Bukit Merak ini.
"Hm..." Rangga menggumam perlahan.
Pendekar Rajawali Sakti berhenti melangkah setelah tiba di tengah-tengah padang rumput yang tidak begitu besar di lereng Bukit Merak ini. Perlahan kepalanya bergerak menengadah ke atas. Tak ada yang dapat dilihat di atas sana, kecuali awan saja yang berarak di langit.
"Hm...," kembali Rangga menggumam kecil. Dan begitu tubuhnya diputar berbalik, mendadak saja....
Wusss!
"Upts...!"
Cepat Rangga memiringkan tubuhnya ke depan. Bahkan tangan kirinya langsung bergerak mengibas cepat sekali begitu matanya melihat sebuah benda berbentuk anak panah meluncur begitu cepat ke arahnya.
Tap!
Sebatang anak panah manis sekali berhasil ditangkap tangan kiri Pendekar Rajawali Sakti. Sebentar diamatinya anak panah yang sangat sederhana buatannya itu. Hanya dibuat dari batangan kayu biasa, tanpa sedikit pun terlihat keistimewaannya. Dan anak panah itu biasa digunakan untuk berburu di dalam hutan.
Srek!
Pada saat Rangga tengah memperhatikan anak panah dalam genggaman tangan kirinya, mendadak saja telinganya mendengar suara bergemeresik tidak jauh dari sebelah kanan. Dan begitu tubuhnya berputar....
"Hiyaaat..!"
"Uts!"
Begitu cepat dan manis Rangga meliuk, ketika tiba-tiba saja diserang oleh seseorang yang muncul dari dalam semak belukar, dengan sebilah pedang berukuran panjang dan lebar.
Wukkk!
Hanya sedikit saja pedang itu lewat di depan dada Rangga. Dan Pendekar Rajawali Sakti cepat menarik kakinya ke belakang beberapa langkah. Tapi belum juga ayunan kakinya sempat dihentikan, mendadak saja dari arah lain muncul dua orang bersenjata pedang yang ukuran dan bentuknya sama dengan yang pertama muncul tadi. Tapi, salah seorang dari mereka membawa sekantung anak panah yang tersampir di punggung.
"Haiiit..!"
Rangga cepat merunduk begitu sebatang pedang yang berukuran sangat panjang dan lebar berkelebat begitu cepat dari arah kanan. Dan sabetan pedang itu dapat dihindari Rangga dengan kelitan indah dan ringan sekali.
"Hiyaaa...!"
"Yeaaah...!"
Hampir bersamaan, ketiga laki-laki yang sudah berusia separuh baya itu bergerak menyerang. Pedang mereka berkelebatan begitu cepat, terarah langsung ke bagian tubuh Pendekar Rajawali Sakti.
"Hup!"
Dan begitu pedang-pedang hampir menyambar tubuhnya, cepat sekali Pendekar Rajawali Sakti melesat ke angkasa. Dengan demikian, ketiga pedang tidak sampai mengenai sasaran. Sementara setelah Rangga berputaran beberapa kah di udara, langsung saja meluruk turun. Seketika kakinya menjejak tanah dengan indah dan sangat ringan, di luar kepungan tiga orang laki-laki separuh baya yang mengeroyoknya secara bersamaan.
"Tunggu...!" sentak Rangga begitu ketiga orang itu hendak menyerang kembali.
Mereka yang sudah bergerak hendak mendekati Pendekar Rajawali Sakti, langsung berhenti begitu mendengar bentakan yang begitu keras menggelegar. Sementara, Rangga berdiri tegak dengan sikap waspada.
"Siapa kalian?! Kenapa menyerangku tanpa alasan...?" tanya Rangga heran.
Tapi ketiga orang yang semuanya memegang pedang itu tidak menjawab. Bahkan dengan cepat sekali berlompatan mengepung dari tiga jurusan, langsung menyerang dengan babatan pedang secara bergantian.
"Haiiit..!"
Cepat Rangga mengerahkan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib' untuk menghindari serangan-serangan yang datang begitu cepat dan beruntun dari tiga jurusan. Tiga batang pedang berkilatan tajam, berkelebatan di sekitar tubuh Pendekar Rajawali Sakti.
Beberapa kali Rangga meminta ketiga orang itu menghentikan serangannya, tapi sedikit pun tidak dipedulikan. Mereka terus saja menyerang dengan jurus-jurus cepat secara bergantian. Tentu saja hal ini membuat Rangga jadi geram. Namun, Pendekar Rajawali Sakti masih bisa mengendalikan diri. Dan dia tetap berusaha menghindar tanpa memberi serangan balasan sedikit pun juga.
"Ups...!"
Hampir saja babatan pedang salah seorang lawan menyambar Pendekar Rajawali Sakti. Untung saja kepalanya cepat-cepat ditarik ke belakang. Dan belum juga kepalanya bisa ditegakkan kembali, satu serangan susulan dari arah kiri sudah melayang ke arahnya.
"Hup!"
Rangga tidak punya pilihan lain lagi. Maka cepat-cepat dia melompat ke depan. Dan seketika itu juga, tangan kirinya bergerak cepat. Dan tahu-tahu, mata pedang orang itu sudah terjepit di antara dua ujung jari Pendekar Rajawali Sakti. Dan sebelum ada yang sempat menyadari, dengan kecepatan yang sangat luar biasa, Rangga menghentakkan tangan kanannya. Langsung diberikannya satu sodokan yang begitu keras dan cepat, disertai pengerahan tenaga dalam tingkat sempurna.
"Hih!"
Desss!
"Ugkh...!"
Orang itu kontan mengeluh pendek, dan langsung terhuyung ke belakang. Tapi belum juga keseimbangan tubuhnya bisa dikuasai, Rangga sudah kembali bergerak cepat Sambil berputar, dilayangkannya satu tendangan yang begitu keras, disertai pengerahan tenaga dalam tinggi. Begitu cepat tendangannya, sehingga orang itu tidak sempat lagi menghindar. Dan....
"Yeaaah...!"
Begkh!
"Akh...!"
Satu jeritan panjang melengking tinggi seketika itu juga terdengar menyayat, diiringi terpentalnya tubuh orang itu ke belakang sejauh tiga batang tombak. Pedangnya juga terlepas dari genggaman tangan, namun masih berada dalam jepitan dua jari tangan Pendekar Rajawali Sakti.
"Hih!"
Rangga menjentikkan jari tangan yang menjepit pedang lawan. Maka, seketika pedang itu terpental ke arah pemiliknya. Begitu cepat pedang itu meluncur, hingga sulit sekali diikuti pandangan mata biasa. Dan...
Crab!
"Aaa...!"
Kembali terdengar satu jeritan panjang yang begitu menyayat dan melengking tinggi. Rupanya, pedang yang dilontarkan Rangga menancap tepat di tengah-tengah dada orang itu. Hanya sebentar saja orang itu mampu menggeliat, kemudian diam tak bergerak-gerak lagi. Sementara, dua orang lagi yang melihat temannya tewas tertikam pedangnya sendiri, jadi terlongong bengong. Seakan-akan mereka tidak percaya dengan apa yang terlihat.
Begitu gencar mereka menyerang, tapi pemuda yang diserang malah bisa membunuh satu orang dari mereka. Kini, perlahan-lahan Rangga memutar tubuhnya berbalik. Kedua tangannya tempat di depan dada dengan sorot mata begitu tajam menatap dua orang yang berdiri berdampingan di depannya.
"Hm...," gumam Rangga periahan, begitu melihat dua orang itu bergerak menyebar ke samping.
Pedang mereka melintang di depan dada dengan tatapan mata begitu tajam, menusuk langsung ke bola mata Pendekar Rajawali Sakti. Perlahan kaki-kaki mereka bergerak menggeser ke samping, hingga berada tepat di samping kanan dan kiri Pendekar Rajawali Sakti. Sementara, Rangga sendiri tetap berdiri tegak dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Dengan ujung ekor matanya, diamatinya setiap gerak yang dilakukan dua orang yang tidak dikenalnya ini.
"Hiyaaat..!"
"Yeaaah...!"
Hampir bersamaan, kedua orang itu berlompatan menyerang sambil cepat sekali mengebutkan pedangnya. Namun, Rangga kelihatan seperti menunggu saja serangan itu datang. Dan begitu kedua orang itu sudah dekat, bagaikan kilat Pendekar Rajawali Sakti bergerak berputar dengan kedua tangan terentang ke samping.
"Yeaaah...!"
Saat itu juga, Rangga mengerahkan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Begitu cepat gerakannya sehingga sulit diikuti mata biasa. Dan tahu-tahu, kedua orang yang menyerangnya itu menjerit keras. Tubuhnya kontan terpental jauh ke belakang. Tepat di saat Rangga berhenti berputar, kedua orang itu sudah tergeletak di tanah dengan dada terbelah seperti terbabat pedang!
Memang sangat dahsyat jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Kedua ujung-ujung jarinya bagaikan mata pedang, yang mampu merobek tubuh lawan hingga tewas seketika itu juga. Dan memang, kedua orang itu tidak mampu bergerak sedikit pun juga. Mereka telah tewas begitu tubuhnya menghantam tanah. Darah tampak mengucur deras dari dadanya yang terbelah, bagai terbabat pedang.
"Huh!"
Rangga menghembuskan napas berat. Dipandanginya tiga tubuh yang tergeletak tak bernyawa lagi. Sebentar kemudian ditatapnya puncak bukit yang masih terselimut kabut. Kemudian, pandangannya beralih ke langit yang membiru, tersaput awan.
"Hup...!"
Tiba-tiba saja Pendekar Rajawali Sakti melesat cepat menggunakan ilmu meringankan tubuh. Begitu sempurna ilmu meringankan tubuhnya, sehingga dalam sekejapan mata saja sudah lenyap dari pandangan mata. Bahkan bayangan tubuhnya langsung tak terlihat lagi.

89. Pendekar Rajawali Sakti : Pedang HalilintarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang