DIMENSI KEDUA
Kalau hidup hanya tentang mementingkan diri sendiri,
Matahari tak perlu memancarkan sinarnya, air tak perlu mengalir,
Bumi tak perlu mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya.
Tapi hidup tak sesempit itu.
Seorang boleh saja memikirkan dirinya sendiri, menyimpan dirinya sendiri, namun perlu diingat semua yang dimiliki tidak akan bermanfaat kecuali bila dibagi.Sepele?! Bukan! Ini bukan masalah sepele bagi Lyra, teraniaya dengan ruangan hampa yang selalu menusuk nusuk dirinya. Lyra memilih untuk pergi mencari sekolah baru yang diharapkan bisa memberi cahaya baru, di sekolah lama ia hanya dianggap sebagai pluto dan ketika mereka butuh bantuan maka mereka akan menganggapnya jupiter. Namun semua anggapan itu harus ia hilangkan dan ia harus mencari diri yang sebenarnya di sekolah baru. Sekolah baru semangat baru harapan baru itulah keinginan terbesarnya saat ini.
Cukup jauh jarak sekolah baru dari rumah hingga harus kereta api yang mengantar.
Karna itu, sekarang Lyra tinggal di rumah onty dan sepupu laki-lakinya. Demi mencari dimensi baru yang diharapkan lebih bercahaya, Lyra harus meninggalkan dimensi lamanya.Bagi Lyra, membangun chemistry dengan orang baru merupakan hal yang lebih mudah daripada harus bersama orang-orang egois.
"Kring-kring," terdengar suara bel yang asing baginya, bel perdana yang Lyra dengar di sekolah baru ini. SMA Negeri 1 Laluna, inilah dimensi baru, akan ia buka siapa diri ini yang sebenarnya.
"Selamat pagi anak-anak, sekarang kalian akan kedatangan teman baru dari galaksi yang jauh, silahkan perkenalkan diri nak," ujar seorang guru yang menemani Lyra sedari tadi.
"Haii teman-teman.." sedikit nervous baginya untuk menyampaikan.
"Haiiiii" saut murid satu kelas seperti suatu salam kedatangan untuknya.
"Oke, aku yakin ini akan menjadi dimensi terbaik bagiku" batin Lyra.
"Kenalin namaku Lyra Dhanistha Starlyn, temen-temen bisa manggil Lyra. Aku pindahan dari SMA Negeri 57 Andromeda, semoga di sekolah baruku ini kita bisa menjadi teman baik," kalimat perkenalan Lyra di dalam kelas.
"Yakkk, sekarang silakan kamu duduk di bangku sebelah Deanna si anna anna," ucap Pak Triton sambil menunjuk bangku kosong itu.
Untuk hari pertama sekolah cukup baiklah perkenalan kali ini, Lyra sudah temukan planet-planet baru yang belum ia diketahui unsur dan sifatnya.
Lyra juga mulai merasakan sejuknya udara baru yang lebih bersih dan wangi, walaupun belum ditemukan cahaya yang ia cari, yaitu seorang sahabat."Hai, aku Anna" Anna memuali obrolan dengan Lyra.
"Hai, salam kenal Anna"
"Btw, kalo boleh tau alesan kamu pindah sekolah kenapa ya?" pertanyaan yang seakan membuat Lyra kembali mengingat dimensi lamanya.
"Yagitu dehh, aku ngerasa kalo di sekolah lama tuh, mereka selalu datang pas mereka butuh bantuan ku doang. Pas aku lagi butuh mereka, gak ada satupun yang mau datang menolongku.
Dan aku sangat-sangat benci keadaan ini . Mungkin kamu akan menganggap kalo ini adalah masalah sepele, tapi tidak bagiku." ujar Lyra."Ini bukanlah masalah sepele ra, ini masalah yang sangat fatal, karna jika kita sudah merasa lelah dan kesal dengan keadaan, nanti imbasnya ke diri kita sendiri, kita yang akan menderita," lanjut Anna.
»»——⍟——««
Dari rumah onty ke sekolah, Lyra berangkat bersama sepupunya yang kebetulan satu sekolah, namun beda angkatan.
Lyra sendiri sekarang kelas 11 mipa dan sepupu laki-lakinya yang bernama Dhaksa kelas 12 mipa. So Lyra menganggap Dhaksa sebagai kakaknya,
Hari-hari pun berlalu, hampir satu minggu Lyra tinggal di demensi barunya, ia juga mulai paham akan unsur yang terkandung dalam planet-planet baru tersebut.
Lyra semakin akrab dengan teman satu kelasnya, terutama Anna teman sebangku. Anna bukanlah gadis yang bisa membuat kata-kata mutiara, tapi siapapun orang yang kenal dia pasti akan merasakan bahagia, entah karna wajahnya yang selalu bersinar seperti venus atau karna energi positif yang slalu ia bawa. Lyra merasa snagat beruntung berteman dengan Anna.
"Lyra, besok minggu kita jalan-jalan keliling daerah sekitar sini, mau gak?" tanya Anna ketika jam istirahat pertama.
"Wahhh boleh tuh, kuyy lah aku ikut," saut Rigel, seorang cowok yang tenyata nguping dari tempat duduknya di barisan depan meja Lyra dan Anna.
"Ihh apaan sih, ikut-ikut aja" jawab Anna ketus.
"Mmm, kalo aku sih mau-mau aja, pengen banget malahan, tapi.." belum selesai bicara Anna langsung memotongnya.
"Tapi kenapa"
"Tapi aku harus ijin dulu sama onty aku, karnakan aku masih baru di sini"
"Phasthi diijhinhin khok, khita nanthi pherghinya yhang dhekhet-dhekhet ajha" Bintang menjawab dengan sepotong sandwich di mulutnya, 'cause dia belum sarapan tadi pagi.
"Makan dulu tu kraby patty nyaa, baru ngiming" ucap Rigel.
"Ck' iyadeh, nanti ku coba ngomong sama onty ku"
Bel pulang sekolah telah berdentang keras, semua murid dan gurupun akan kembali ke tempat rehat masin-masing. Lyra yang biasanya pulang berama Bang Dhaksa terpaksa naik angkot, karna bang Dhaksa ada les dadakan bersama temannya di sekolah.
Sesampainya di depan gerbang sekolah, Lyra hanya berdiri menunggu angkot lewat, setelah 10 menit berlalu, bukanlah angkot yang lewat melainkan Rigel dengan motor scoopy hitamnya yang lewat.
"Pulang bareng yuk raa"
"Ehh gak usah, aku naik angkot aja"
"Udah ayok, buruan naik gih, ujannya bakal turun bentar lagi, tu liat langitnya, mendungkan? Toh kita pulangnya searah."
Keadaan langit memang sedang bersedih, terlihat dari kapas yang berterbangan bewarna abu abu. Lyra akhirnya pulang bersama Rigel tanpa helm.
"Stop-stop ri, nah udah sampe, ini rumah onty ku, dan sekarang aku tinggal di sini. Makasih yaa udah nganterin pulang"
Rigel hanya menganggukan kelapanya ehh kepalanya.
"Yaudah, aku langsung pulang dulu yaa, takut kalo nanti ujannya batu"
"Hhh, mana mungkin ri, buruan pulang batunya keburu turun lho,"
Selain sebagai anak basket yang biasanya terlihat sombong atau dinginlah, Rigel ternyata sesosok yang penyayang dan sedikit humoris.
Aaaaaaa Lyra ternyata memendam perasaan kepada Rigel, sampai-sampai jantungnya berdetak dengan hebatnya sejak ia pulbar dengan Rigel.
Mau tau lanjutannya?
Nb: Jangan lupa berikan dukungan kepada penulis, agar cerita ini dapat terus berkembang, kritik dan saran dari teman-teman sangat berarti bagi kita.
~jupiter
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUINOX
Teen FictionTerlalu banyak menghibur orang, hingga lupa cara menghibur diri sendiri. Miris... Kutipan yang tepat untuk diriku saat ini. Mungkin kamu hanya menganggap diriku sebagai teman duka ketika engkau terjebak black hole yang amat dalam dan meteor yang sed...